Pidato Trump Tembak Kanan-Kiri, Investor SUN Disarankan Jual

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 November 2019 09:09
Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi melanjutkan koreksi pada perdagangan hari ini.
Foto: President AS Donald Trump / REUTERS/Kevin Lamarque
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi melanjutkan koreksi pada perdagangan hari ini, Rabu (13/11/2019) terutama karena tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sedang menghangat.

"Kami merekomendasikan jual hari ini dengan volume terbatas," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Invesment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya hari ini.

Dia mengatakan koreksi harga yang terjadi Selasa kemarin dan diprediksi akan terjadi lagi hari ini masih normal. Menurut dia, koreksi tersebut penting untuk dapat menyiapkan bantalan yang lebih baik lagi untuk pasar obligasi menyongsong kenaikan di kemudian hari.


Sentimen yang akan diperhatikan pelaku pasar hari ini, lanjutnya, adalah menghangatnya tensi Washington-Beijing setelah Presiden AS Donald Trump menyindir permintaan China dalam acara Economic Club di New York.

Dalam acara itu, Trump menyebut sejak masuknya China ke organisasi World Trade Organization (WTO) pada 2001, tidak ada negara selain Negeri Tirai Bambu yang bisa memanipulasi atau mengambil keuntungan lebih banyak dari Amerika Serikat. Tidak hanya China, Trump juga menyerang Uni Eropa dalam pidatonya.

Di pertemuan lain, delegasi dari Washington menekan WTO dengan memperbesar kemungkinan untuk memblokir anggaran 2 tahunan dan secara efektif menghentikan kontribusi Amerika mulai tahun depan.

Hal itu disampaikan dalam pertemuan regular Komite Anggaran WTO di Jenewa, Swiss.

Faktor lain yang akan sulit diharapkan positif adalah rilis inflasi dari Inggris, Jerman, dan AS nanti siang dan nanti malam.

Dari domestik, hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang digelar pemerintah kemarin ramai, dengan hasil penerbitan Rp 8 triliun, di atas target Rp 7 triliun.

Selain itu, sisi positif yang dapat mendukung pasar obligasi pemerintah adalah masih derasnya aliran dana investor asing ke pasar SUN hingga kembali mengukir level tertinggi sepanjang masa di angka Rp 1.070 triliun per 8 November.

Data porsi investor di pasar SBN mengacu informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.070 triliun SBN dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 8 November. Angka itu menjadi rekor tertinggi baru, menghapus rekor sebelumnya Rp 1.068 triliun pada 7 November.

Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 12 Nov'19
SeriJatuh tempoYield 11 Nov'19 (%)Yield 12 Nov'19 (%)Selisih (basis poin)
FR00775 tahun6.43866.4450.64
FR007810 tahun7.0037.02482.18
FR006815 tahun7.32767.36984.22
FR007920 tahun7.56197.6165.41
Sumber: Penilai Harga Efek Indonesia, PT

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular