Kian Diburu, Penawaran Lelang Sukuk Negara Tembus Rp 24,32 T

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 November 2019 17:57
Pemerintah menerima penawaran Rp 24,32 triliun Surat Berharga Syariah Negara.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerima penawaran Rp 24,32 triliun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/sukuk negara) dalam lelang rutin hari ini, Selasa (12/11/2019) di atas rerata lelang sejak awal tahun yakni sebesar Rp 23,74 triliun.

Pengumuman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan angka penawaran sukuk negara hari ini masih lebih rendah dibanding lelang sebelumnya yaitu Rp 35,91 triliun pada 29 Oktober.


 

Di sisi penerbitan, meski mendapat penawaran tinggi, tapi pemerintah menetapkan total nominal yang dimenangkan dari kelima seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp 8 triliun, lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya Rp 7,43 triliun dan dari rerata lelang sejak awal tahun Rp 7,5 triliun.

 

 

Lelang hari ini bisa ramai meskipun kondisi pasar tidak kondusif, yang ditandai dengan koreksi pasar yang terjadi sejak Senin kemarin hingga penutupan hari ini. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Yield
yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,4 basis poin (bps) menjadi 6,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pasar dilanda sentimen negatif dari belum membaiknya hubungan dagang Amerika Serikat (AS)-China, tetapi sore hari muncul kabar bahwa Presiden AS Donald Trump berencana memperpanjang penetapan tarif impor tambahan kepada barang-barang ekspor dari negara-negara Uni Eropa. 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 12 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 11 Nov'19 (%)

Yield 12 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 12 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.435

6.489

5.40

6.445

FR0078

10 tahun

7.014

7.05

3.60

7.0248

FR0068

15 tahun

7.34

7.389

4.90

7.3698

FR0079

20 tahun

7.581

7.616

3.50

7.616

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article Sentimen Negatif Membalikkan Arah, Pasar SUN Ditutup Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular