Pasar Obligasi Greget, Lelang Sukuk Negara Penuhi Target

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 October 2019 19:53
Pemerintah menerbitkan sukuk negara senilai Rp 7,12 triliun dalam lelang rutin hari ini, di atas target indikatif pemerintah.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan sukuk negara (surat berharga syariah negara/SBSN) senilai Rp 7,12 triliun dalam lelang rutin hari ini, di atas target indikatif yang ditetapkan pemerintah di setiap lelang sukuknya senilai Rp 7 triliun.

Angka penerbitan tersebut di atas angka hasil lelang sebelumnya Rp 7,05 triliun yang digelar pada 17 September meskipun masih di bawah rerata hasil penerbitan lelang sejak awal tahun Rp 7,55 triliun.

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu menunjukkan angka permintaan lelang mencapai Rp 28,11 triliun hari ini, di bawah angka permintaan peserta lelang sebelumnya Rp 29,02 triliun tetapi masih lebih tinggi dari rerata permintaan lelang sejak awal tahun Rp 22,53 triliun.

Hasil yang relatif sesuai dengan target tersebut terjadi di tengah positifnya pasar obligasi konvensional rupiah hari ini, yang juga dibarengi oleh masih positifnya dana arus investor asing ke pasar surat utang pemerintah hingga awal pekan ini.

Harga obligasi rupiah pemerintah menguat justru ketika pasar saham dan rupiah masih terkoreksi terutama setelah data indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan adanya deflasi sepanjang September yang mengindikaskan melemahnya daya beli masyarakat karena inflasi inti juga melemah.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 2,4 basis poin (bps) menjadi 7,73%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 1 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 30 Sep'19 (%)

Yield 1 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 1 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.714

6.702

-1.20

6.6622

FR0078

10 tahun

7.296

7.301

0.50

7.2645

FR0068

15 tahun

7.758

7.734

-2.40

7.6896

FR0079

20 tahun

7.86

7.853

-0.70

7.8367

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,5 poin (0,02%) menjadi 261,84 dari posisi kemarin 261,78.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 557 bps, menyempit dari posisi kemarin 562 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik 5,7 bps hingga 1,73% dari posisi kemarin 1,67%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang sudah mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 1 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 30 Sep'19 (%)

Yield 1 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.885

1.874

3 bulan-5 tahun

27.4

UST 2020

2 Tahun

1.622

1.662

2 tahun-5 tahun

6.2

UST 2021

3 Tahun

1.565

1.609

3 tahun-5 tahun

0.9

UST 2023

5 Tahun

1.551

1.6

3 bulan-10 tahun

14.4

UST 2028

10 Tahun

1.673

1.73

2 tahun-10 tahun

-6.8

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.029,39 triliun SBN, atau 38,64% dari total beredar Rp 2.664 triliun berdasarkan data per 30 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 136,14 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk dari pasar SUN senilai Rp 1,37 triliun, sedangkan sepanjang bulan lalu masih mencatatkan surplus Rp 19,79 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,5% menjadi 6.138 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan -0,11% menjadi Rp 14.205/dolar AS untuk rupiah.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih menguat sehingga yield mayoritas obligasi negara turun. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 30 Sep'19 (%)

Yield 1 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.05

7.09

4.00

China

3.163

3.155

-0.80

Jerman

-0.57

-0.528

4.20

Prancis

-0.27

-0.232

3.80

Inggris

0.488

0.55

6.20

India

6.695

6.657

-3.80

Jepang

-0.146

-0.16

-1.40

Malaysia

3.346

3.323

-2.30

Filipina

4.683

4.663

-2.00

Rusia

7.02

7.02

0.00

Singapura

1.738

1.75

1.20

Thailand

1.5

1.52

2.00

Amerika Serikat

1.673

1.73

5.70

Afrika Selatan

8.34

8.35

1.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular