
Bisa Pecah Rekor, tapi Investor Butuh IPO Jumbo
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 November 2019 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski jumlah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia hingga 8 November 2019 ini sudah mencapai 44 perusahaan, tapi masih minim perusahaan dengan emisi di atas Rp 1 triliun.
Data BEI menunjukkan, sejak awal tahun, baru dua emiten yang nilai emisi-nya di atas Rp 1 triliun, keduanya adalah perusahaan manufaktur PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) dan perusahaan asuransi PT Asuransi Sinarmas MSIG Tbk (LIFE). Selebihnya emisi yang dihimpun cukup bervariasi, dari Rp 100 miliar-Rp 600 miliar, tetapi banyak yang di bawah Rp 100 miliar.
GGRP mencatatkan saham perdana pada 19 September 2019, nilai emisi yang dihimpun Rp 1,03 triliun. Sedangkan, LIFE mencatatkan saham perdana pada 9 Juli 2019 dengan raihan emisi Rp 4,76 triliun, sejauh ini paling besar di tahun ini.
Chief Investment Officer KISI Asset Management Susanto Chandra menilai, jumlah emisi yang diserap pasar pada IPO tahun 2019 rata-rata di bawah Rp 1 triliun. Hal ini, kata dia, perusahaan sangat mempertimbangkan kondisi pasar sepanjang tahun 2019 yang cukup dinamis: ada perhelatan Pilpres, perang dagang yang terus berkecamuk antara AS dan China bahkan meluas ke Eropa.
Kondisi ini, terlihat dari laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun berjalan yang justru imbal hasilnya bergerak di zona merah. Data perdagangan BEI mencatat, imbal hasil IHSG masih terkoreksi 0,74% hingga perdagangan kemarin. Periode yang sama, investor asing membukukan aksi jual bersih Rp 21,68 triliun.
"Kalau sekarang valuasi belum menarik, sehingga IPO kurang optimal. Semua kembali ke kondisi pasar, kalau bisa naik lagi, bisa ada IPO dengan emisi besar," kata Susanto Chandra, kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/11/2019).
Susanto meyakini, dilihat dari potensi investor domestik, seharusnya dari sisi daya serap masih ada, namun investor masih sangat mempertimbangkan kondisi pasar belakangan ini. "Kalau pasar saham melemah, investor akan wait and see," jelas dia.
Lantas, bagaimana dengan kondisi 2020? Susanto meyakini, kondisinya akan cenderung membaik. Perkembangan terbaru dari negosiasi dagang antara China dan Amerika Serikat diyakini akan menghasilkan kesepakatan dalam waktu dekat. "Kalau China dan AS sepakat, harusnya animo investor lebih positif," terang dia.
Potensi Rekor Lagi
BEI menyebutkan, hingga akhir tahun ini di pipeline masih ada setidaknya 36 perusahaan yang akan melantai di BEI. Artinya, bila semua mencatatkan saham perdana, BEI akan mengantongi 78 perusahaan tercatat hingga penghujung tahun ini. Jumlah ini tentu melampaui capaian IPO tahun lalu sebanyak 57 perusahaan tercatat, tertinggi sejak tahun 1992.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, tingkat keberhasilan IPO selama 3 tahun terakhir mencapai 80%, karena tak semua calon emiten baru diterima oleh bursa.
"Kita sampaikan bahwa rate untuk keberhasilan 80% dari tiga tahun terakhir, 20% memang kita tolak karena memang pemenuhannya yang belum. Itu pun kalau kita tolak 20%, 60 [emiten] ke atas mudah-mudahan tercapai," ucap Yetna di Hotel Indonesia, Kempinski, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
(hps/hps) Next Article IHSG Ambles 31%, 23 Perusahaan Masih Antre IPO
Data BEI menunjukkan, sejak awal tahun, baru dua emiten yang nilai emisi-nya di atas Rp 1 triliun, keduanya adalah perusahaan manufaktur PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) dan perusahaan asuransi PT Asuransi Sinarmas MSIG Tbk (LIFE). Selebihnya emisi yang dihimpun cukup bervariasi, dari Rp 100 miliar-Rp 600 miliar, tetapi banyak yang di bawah Rp 100 miliar.
GGRP mencatatkan saham perdana pada 19 September 2019, nilai emisi yang dihimpun Rp 1,03 triliun. Sedangkan, LIFE mencatatkan saham perdana pada 9 Juli 2019 dengan raihan emisi Rp 4,76 triliun, sejauh ini paling besar di tahun ini.
![]() |
Chief Investment Officer KISI Asset Management Susanto Chandra menilai, jumlah emisi yang diserap pasar pada IPO tahun 2019 rata-rata di bawah Rp 1 triliun. Hal ini, kata dia, perusahaan sangat mempertimbangkan kondisi pasar sepanjang tahun 2019 yang cukup dinamis: ada perhelatan Pilpres, perang dagang yang terus berkecamuk antara AS dan China bahkan meluas ke Eropa.
Kondisi ini, terlihat dari laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun berjalan yang justru imbal hasilnya bergerak di zona merah. Data perdagangan BEI mencatat, imbal hasil IHSG masih terkoreksi 0,74% hingga perdagangan kemarin. Periode yang sama, investor asing membukukan aksi jual bersih Rp 21,68 triliun.
"Kalau sekarang valuasi belum menarik, sehingga IPO kurang optimal. Semua kembali ke kondisi pasar, kalau bisa naik lagi, bisa ada IPO dengan emisi besar," kata Susanto Chandra, kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/11/2019).
Susanto meyakini, dilihat dari potensi investor domestik, seharusnya dari sisi daya serap masih ada, namun investor masih sangat mempertimbangkan kondisi pasar belakangan ini. "Kalau pasar saham melemah, investor akan wait and see," jelas dia.
Lantas, bagaimana dengan kondisi 2020? Susanto meyakini, kondisinya akan cenderung membaik. Perkembangan terbaru dari negosiasi dagang antara China dan Amerika Serikat diyakini akan menghasilkan kesepakatan dalam waktu dekat. "Kalau China dan AS sepakat, harusnya animo investor lebih positif," terang dia.
Potensi Rekor Lagi
BEI menyebutkan, hingga akhir tahun ini di pipeline masih ada setidaknya 36 perusahaan yang akan melantai di BEI. Artinya, bila semua mencatatkan saham perdana, BEI akan mengantongi 78 perusahaan tercatat hingga penghujung tahun ini. Jumlah ini tentu melampaui capaian IPO tahun lalu sebanyak 57 perusahaan tercatat, tertinggi sejak tahun 1992.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, tingkat keberhasilan IPO selama 3 tahun terakhir mencapai 80%, karena tak semua calon emiten baru diterima oleh bursa.
"Kita sampaikan bahwa rate untuk keberhasilan 80% dari tiga tahun terakhir, 20% memang kita tolak karena memang pemenuhannya yang belum. Itu pun kalau kita tolak 20%, 60 [emiten] ke atas mudah-mudahan tercapai," ucap Yetna di Hotel Indonesia, Kempinski, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
(hps/hps) Next Article IHSG Ambles 31%, 23 Perusahaan Masih Antre IPO
Most Popular