
Situasi Global Meresahkan, Sesi I Asing Keluar Rp 219 M
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
12 November 2019 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang penutupan perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (12/11/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencoba untuk melipir ke zona hijau. Namun sayangnya kembali tertekan dan pada akhir sesi I tercatat melemah 0,08% ke level 6.144,16 indeks poin.
Tidak hanya itu, penanam modal asing juga terlihat masih memilih untuk melepas saham-saham domestik Ibu Pertiwi dengan membukukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 219,56 miliar.
Emiten yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 89,62 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 42,62 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 33,92 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 24,15 miliar), PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (Rp 12,44 miliar).
Jika hingga akhir perdagangan investor asing tercatat masih membukukan net sell, maka ini menjadi aksi jual bersih 6 hari beruntun.
Pelaku pasar asing tampaknya masih cukup waspada sambil mencermati perkembangan terbaru hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Malam ini, investor menantikan pidato Presiden AS Donald Trump di ajang Economic Club di New York. Pasar akan menantikan perkembangan terbaru seputar kesepakatan dagang AS-China fase I.
Sebelumnya, Trump menyebut bahwa perundingan dengan China berjalan mulus. Namun dia menegaskan bahwa AS hanya akan menerima kesepakatan terbaik.
"Perundingan terus berjalan, dan saya rasa berlangsung dengan sangat baik. Jika kedua negara mencapai kesepakatan, maka itu haruslah sebuah kesepakatan yang baik," kata Trump kepada para jurnalis sebelum bertolak menuju Alabama untuk kunjungan kerja, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, belum terdapat klarifikasi lebih lanjut terkait penghapusan tarif masuk atas produk impor senilai ratusan miliar yang dikenakan oleh kedua negara. Seperti diketahui, China menginginkan hal tersebut sebagai bagian dari kesepakatan. Namun Negeri Paman Sam sepertinya enggan untuk memenuhi permintaan Negeri Panda.
Lebih lanjut, kondisi politik Hong Kong yang masih mencekam sepertinya juga membuat investor undur diri dari menggelontorkan dana mereka di bursa saham Benua Kuning.
Aksi demonstrasi di Hong Kong semakin memanas setelah salah satu personel kepolisian pada pagi kemarin (11/11/2019) menembakkan peluru tajam pada salah satu pengunjuk rasa, seperti diberitakan Reuters.
"Unjuk rasa di Hong Kong sudah menjadi sentimen pemberat dalam beberapa waktu terakhir. Namun dari sisi pasar keuangan, sepertinya kejadian hari ini (kemarin) yang benar-benar memberi pukulan. Apabila situasi terus memburuk, maka tentu akan menjadi sentimen negatif," tegas James McGlew, Analis di Argonaut, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tidak hanya itu, penanam modal asing juga terlihat masih memilih untuk melepas saham-saham domestik Ibu Pertiwi dengan membukukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 219,56 miliar.
Emiten yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 89,62 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 42,62 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 33,92 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 24,15 miliar), PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (Rp 12,44 miliar).
Pelaku pasar asing tampaknya masih cukup waspada sambil mencermati perkembangan terbaru hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Malam ini, investor menantikan pidato Presiden AS Donald Trump di ajang Economic Club di New York. Pasar akan menantikan perkembangan terbaru seputar kesepakatan dagang AS-China fase I.
Sebelumnya, Trump menyebut bahwa perundingan dengan China berjalan mulus. Namun dia menegaskan bahwa AS hanya akan menerima kesepakatan terbaik.
"Perundingan terus berjalan, dan saya rasa berlangsung dengan sangat baik. Jika kedua negara mencapai kesepakatan, maka itu haruslah sebuah kesepakatan yang baik," kata Trump kepada para jurnalis sebelum bertolak menuju Alabama untuk kunjungan kerja, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, belum terdapat klarifikasi lebih lanjut terkait penghapusan tarif masuk atas produk impor senilai ratusan miliar yang dikenakan oleh kedua negara. Seperti diketahui, China menginginkan hal tersebut sebagai bagian dari kesepakatan. Namun Negeri Paman Sam sepertinya enggan untuk memenuhi permintaan Negeri Panda.
Lebih lanjut, kondisi politik Hong Kong yang masih mencekam sepertinya juga membuat investor undur diri dari menggelontorkan dana mereka di bursa saham Benua Kuning.
Aksi demonstrasi di Hong Kong semakin memanas setelah salah satu personel kepolisian pada pagi kemarin (11/11/2019) menembakkan peluru tajam pada salah satu pengunjuk rasa, seperti diberitakan Reuters.
"Unjuk rasa di Hong Kong sudah menjadi sentimen pemberat dalam beberapa waktu terakhir. Namun dari sisi pasar keuangan, sepertinya kejadian hari ini (kemarin) yang benar-benar memberi pukulan. Apabila situasi terus memburuk, maka tentu akan menjadi sentimen negatif," tegas James McGlew, Analis di Argonaut, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Most Popular