
Awal Pekan, IHSG Kurang Tenaga & Berkubang di Zona Merah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 November 2019 09:44

IHSG sulit membukukan penguatan karena meningkatkan kecemasan investor seiring dengan angka ekonomi terbaru menunjukkan permintaan domestik Indonesia menurun.
Rabu pekan lalu (6/11/2019) Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan ritel periode September 2019 yang tercatat hanya mampu tumbuh 0,7% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% dan menjadi laju terlemah sejak Juni.
Sedangkan secara kuartalan, penjualan ritel pada kuartal kemarin tumbuh 1,4% YoY, lebih rendah dari capaian kuartal sebelumnya yang berhasil naik 4,2% YoY. Capaian kuartal III-2019 juga lebih lambat dari periode yang sama tahun lalu (kuartal III-2018) yang mampu tumbuh 4,6% YoY.
Rilis data penjualan ritel BI menjadi penegas bahwa konsumsi masyarakat Indonesia memang melambat.
Hal ini dikarenakan sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kosumsi rumah tangga penduduk Ibu Pertiwi melambat dengan hanya tumbuh 5,01% YoY pada kuartal III-2019 dari sebelumnya tumbuh 5,17% YoY di kuartal II-2019. Ini menjadi laju terlemah sejak setahun lalu, tepatnya kuartal III-2018.
Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi hampir di seluruh aspek pengeluaran, terutama pakaian, alas kaki dan jasa perawatan.
Penurunan konsumsi rumah tangga tentu bukan berita baik bagi perekonomian Indonesia karena pos pengeluaran ini adalah kontributor utama pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB), di mana pada kuartal kemarin kontribusinya mencapa 56,52%.
Dengan kondisi permintaan domestik yang menurun tentu akan berdampak pada perolehan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu wajar saja jika pelaku pasar sementara enggan untuk menggelontorkan dana mereka di pasar keuangan dalam negeri karena ada resiko penurunan imbal hasil.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Rabu pekan lalu (6/11/2019) Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan ritel periode September 2019 yang tercatat hanya mampu tumbuh 0,7% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% dan menjadi laju terlemah sejak Juni.
Sedangkan secara kuartalan, penjualan ritel pada kuartal kemarin tumbuh 1,4% YoY, lebih rendah dari capaian kuartal sebelumnya yang berhasil naik 4,2% YoY. Capaian kuartal III-2019 juga lebih lambat dari periode yang sama tahun lalu (kuartal III-2018) yang mampu tumbuh 4,6% YoY.
Rilis data penjualan ritel BI menjadi penegas bahwa konsumsi masyarakat Indonesia memang melambat.
Hal ini dikarenakan sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kosumsi rumah tangga penduduk Ibu Pertiwi melambat dengan hanya tumbuh 5,01% YoY pada kuartal III-2019 dari sebelumnya tumbuh 5,17% YoY di kuartal II-2019. Ini menjadi laju terlemah sejak setahun lalu, tepatnya kuartal III-2018.
Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi hampir di seluruh aspek pengeluaran, terutama pakaian, alas kaki dan jasa perawatan.
Penurunan konsumsi rumah tangga tentu bukan berita baik bagi perekonomian Indonesia karena pos pengeluaran ini adalah kontributor utama pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB), di mana pada kuartal kemarin kontribusinya mencapa 56,52%.
Dengan kondisi permintaan domestik yang menurun tentu akan berdampak pada perolehan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu wajar saja jika pelaku pasar sementara enggan untuk menggelontorkan dana mereka di pasar keuangan dalam negeri karena ada resiko penurunan imbal hasil.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Pages
Most Popular