
Banyak Sentimen Negatif, Disarankan Trading SUN Tenor Pendek
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 November 2019 09:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi sulit menguat dan cenderung terkoreksi terutama karena tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sedang meningkat.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Invesment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya hari ini (11/11/19) menilai faktor lain yang akan sulit diharapkan positif adalah rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi beberapa negara pekan ini.
"Kami merekomendasikan para pelaku pasar dan investor harap berhati-hati terkait dengan beberapa data ekonomi yang akan muncul pekan ini. Oleh sebab itu sudah saatnya mengurangi eksposure obligasi jangka panjang, dan mulai memperbesar porsi obligasi jangka pendek" ujar Nico dan tim.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak akan menghilangkan semua tarif yang sudah berlaku, seperti yang diinginkan dan diumumkan Beijing sebelumnya.
Karena dinaungi sentimen negatif pasar keuangan global, investor dunia sedang dalam mode 'risk-off' atau menghidari investasi dengan return dan risiko tunggu seperti pasar keuangan di negara maju, khususnya Indonesia.
Sebaliknya, dari sisi positif, saat ini pasar obligasi pemerintah masih menerima derasnya aliran dana investor asing hingga kembali mengujir level tertinggi sepanjang masa di angka Rp 1.068 triliun.
Data porsi investor di pasar SBN mengacu informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068 triliun SBN, atau 39,09% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 7 November. Angka itu menjadi rekor tertinggi baru, menghapus rekor sebelumnya Rp 1.064 triliun pada 6 November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Invesment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya hari ini (11/11/19) menilai faktor lain yang akan sulit diharapkan positif adalah rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi beberapa negara pekan ini.
"Kami merekomendasikan para pelaku pasar dan investor harap berhati-hati terkait dengan beberapa data ekonomi yang akan muncul pekan ini. Oleh sebab itu sudah saatnya mengurangi eksposure obligasi jangka panjang, dan mulai memperbesar porsi obligasi jangka pendek" ujar Nico dan tim.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak akan menghilangkan semua tarif yang sudah berlaku, seperti yang diinginkan dan diumumkan Beijing sebelumnya.
Sebaliknya, dari sisi positif, saat ini pasar obligasi pemerintah masih menerima derasnya aliran dana investor asing hingga kembali mengujir level tertinggi sepanjang masa di angka Rp 1.068 triliun.
Data porsi investor di pasar SBN mengacu informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068 triliun SBN, atau 39,09% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 7 November. Angka itu menjadi rekor tertinggi baru, menghapus rekor sebelumnya Rp 1.064 triliun pada 6 November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Most Popular