
Pertumbuhan Ekonomi RI Terus Melambat, Bisa Bangkit Gak?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 November 2019 17:47

Perekonomian RI yang loyo tentunya memerlukan "bensin" untuk bisa terpacu lagi. Kebijakan moneter longgar bisa menjadi stimulus agar roda perekonomian berputar lebih kencang. Bank sentral di berbagai negara sudah melakukan pelonggaran moneter, termasuk BI.
BI bahkan terbilang agresif dalam menurunkan suku bunga. Hingga Oktober Gubernur BI, Perry Warjiyo, sudah memangkas suku bunga acuan dalam empat bulan berturut-turut, masing-masing 25 basis poin ke level 5%.
Penurunan suku bunga acuan tersebut diharapkan akan membuat industri perbankan menurunkan suku bunga kreditnya. Meski demikian Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani mengatakan saat ini terdapat sejumlah kondisi yang membuat bank-bank Indonesia sulit menurunkan suku bunga kredit.
Perbankan nasional dikatakan sedang menghadapi tantangan adanya potensi peningkatan kredit macet (non performing loan/NPL). Bank harus meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) jika NPL industri perbankan meningkat.
"Penurunan suku bunga belum bisa di-eliminir oleh perbankan karena bank harus meningkatkan CKPN, untuk kredit macet. Kalau kredit macet tinggi itu-kan membutuhkan biaya lagi, otomatis bank harus menjaga keuntungan," kata Aviliani saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Cara bank menjaga keuntungan, kata Aviliani, adalah meningkatkan penyaluran kredit atau menaikkan suku bunga kredit. Namun untuk meningkatkan penyaluran kredit hampir tidak mungkin, pasalnya pertumbuhan kredit nasional saat ini hanya sekitar 7%.
Seperti diketahui sebelumnya, setelah BI menurunkan suku bunga, suku bunga kredit masih belum turun. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam perhelatan Indonesia Banking Expo 2019 kemarin (6/11/2019) menyampaikan pesan khusus kepada para pemimpin industri perbankan, salah satunya yakni meminta untuk menurunkan suku bunga kredit.
"Ketiga, saya mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit, ini yang saya tunggu" kata Jokowi.
Selain kebijakan moneter, kebijakan fiskal RI juga dinanti untuk bisa memacu perekonomian. Lembaga riset internasional, Fitch Solutions, memprediksi bahwa kondisi perekonomian Indonesia akan lebih baik 6 bulan ke depan. Hal ini mengingat stimulus kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter yang longgar diharapkan dapat meringankan tekanan yang dialami ekonomi Ibu Pertiwi saat ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belum lama ini mengungkapkan bahwa pemerintah akan memberi toleransi defisit anggaran 2019 melebar dari 1,8% PDB menjadi 2% PDB.
Defisit fiskal yang lebih besar sama saja berarti anggaran belanja pemerintah akan meningkat dan ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan domestik untuk 6 bulan ke depan. Terlebih lagi, karena kabinet baru telah terbentuk maka beberapa proyek-proyek pemerintah yang tertahan dapat mulai dijalankan.
Satu lagi yang dapat membantu perekonomian RI untuk bangkit adalah kesepakatan dagang AS-China. Saat dua raksasa ekonomi dunia tersebut berdamai, arus perdagangan internasional bisa kembali lancar, roda perekonomian global kembali berputar dan ekspor Indonesia dapat meningkat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap)
BI bahkan terbilang agresif dalam menurunkan suku bunga. Hingga Oktober Gubernur BI, Perry Warjiyo, sudah memangkas suku bunga acuan dalam empat bulan berturut-turut, masing-masing 25 basis poin ke level 5%.
Penurunan suku bunga acuan tersebut diharapkan akan membuat industri perbankan menurunkan suku bunga kreditnya. Meski demikian Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani mengatakan saat ini terdapat sejumlah kondisi yang membuat bank-bank Indonesia sulit menurunkan suku bunga kredit.
Perbankan nasional dikatakan sedang menghadapi tantangan adanya potensi peningkatan kredit macet (non performing loan/NPL). Bank harus meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) jika NPL industri perbankan meningkat.
"Penurunan suku bunga belum bisa di-eliminir oleh perbankan karena bank harus meningkatkan CKPN, untuk kredit macet. Kalau kredit macet tinggi itu-kan membutuhkan biaya lagi, otomatis bank harus menjaga keuntungan," kata Aviliani saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Cara bank menjaga keuntungan, kata Aviliani, adalah meningkatkan penyaluran kredit atau menaikkan suku bunga kredit. Namun untuk meningkatkan penyaluran kredit hampir tidak mungkin, pasalnya pertumbuhan kredit nasional saat ini hanya sekitar 7%.
Seperti diketahui sebelumnya, setelah BI menurunkan suku bunga, suku bunga kredit masih belum turun. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam perhelatan Indonesia Banking Expo 2019 kemarin (6/11/2019) menyampaikan pesan khusus kepada para pemimpin industri perbankan, salah satunya yakni meminta untuk menurunkan suku bunga kredit.
"Ketiga, saya mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit, ini yang saya tunggu" kata Jokowi.
Selain kebijakan moneter, kebijakan fiskal RI juga dinanti untuk bisa memacu perekonomian. Lembaga riset internasional, Fitch Solutions, memprediksi bahwa kondisi perekonomian Indonesia akan lebih baik 6 bulan ke depan. Hal ini mengingat stimulus kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter yang longgar diharapkan dapat meringankan tekanan yang dialami ekonomi Ibu Pertiwi saat ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belum lama ini mengungkapkan bahwa pemerintah akan memberi toleransi defisit anggaran 2019 melebar dari 1,8% PDB menjadi 2% PDB.
Defisit fiskal yang lebih besar sama saja berarti anggaran belanja pemerintah akan meningkat dan ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan domestik untuk 6 bulan ke depan. Terlebih lagi, karena kabinet baru telah terbentuk maka beberapa proyek-proyek pemerintah yang tertahan dapat mulai dijalankan.
Satu lagi yang dapat membantu perekonomian RI untuk bangkit adalah kesepakatan dagang AS-China. Saat dua raksasa ekonomi dunia tersebut berdamai, arus perdagangan internasional bisa kembali lancar, roda perekonomian global kembali berputar dan ekspor Indonesia dapat meningkat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular