
8 Anggota Baru Indeks MSCI Indonesia, Bagaimana Kinerjanya?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 November 2019 18:03

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Emiten dari segmen tambang batu bara tersebut dimiliki oleh perusahaan asal Korea Selatan yang bernama Banpu Public Company Ltd. Emiten yang didirikan sejak 1987 tersebut mencatatkan sahamnya di bursa pada 2007 di harga Rp 14.000/saham dengan dana raihan Rp 3,16 triliun.
Sejak awal tahun, saham perseroan masih terkoreksi 36,17% dari harga Rp Rp 20.250/saham per akhir tahun lalu yang membentuk kapitalisasi pasarnya (market cap) Rp 14,6 triliun dan valuasi trailing P/E ratio 4,41 kali. Saat ini, perusahaan dipimpin oleh Djisman Simandjuntak sebagai komisaris utama dan Kirana Limpaphayom sebagai direktur utama.
Laporan keuangan emiten per Juni menunjukkan laba bersihnya US$ 70,82 juta, mencerminkan NPM 7,7% dengan pendapatan US$ 892,7 juta yang naik 10,4% YoY. Aset perseroan pada saat yang sama menunjukkan angka US$ 1,32 miliar.
PT Indosat Tbk (ISAT)
Didirikan sejak 1967, perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corp kepada pemerintah dan dijadikan BUMN pada 1980. Perusahaan mencatatkan sahamnya di bursa pada 1994 dan menjadi salah satu BUMN tertua di pasar modal.
Saham perseroan dicatatkan juga di pasar saham New York Stock Exchange Amerika Serikat pada 1994, tetapi tidak tercatat lagi mulai dari 2014. Saat ini, pemegang saham pengendali perseroan adalah Ooredoo QPSC (dulunya Qatar Telecom QSC) yang membeli saham perseroan dari Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (Singtel) pada 2009.
Pemerintah masih memiliki 14,29% saham operator ponsel tersebut, ditambah 1 lembar saham merah putih, atau biasa juga disebut saham emas. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Pesona, Medan Merdeka Barat (Jakarta) tersebut dipimpin oleh Waleed Mohamed Ebrahim Al-Sayed sebagai komisaris utama dan Ahmad Abdulaziz Al-Neama sebagai direktur utama.
Per September, aset perseroan tercatat Rp 58,37 triliun dengan pendapatan Rp 15,08 triliun, yang naik 12,4% YoY. Rugi bersih emiten dicatatkan Rp 284,59 miliar, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp 1,53 triliun rugi bersih.
Harga saham perusahaan sudah naik 108,31% sejak awal tahun menjadi Rp 3.500/saham dari Rp 1.685/saham hingga membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 19,07 triliun.
PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)
Perusahaan yang awalnya mengelola department store itu didirikan sejak 1987 dan mencatatkan sahamnya di bursa sejak 2000 dengan menawarkan 100 juta saham di harga Rp 500 sehingga mendapatkan dana Rp 50 miliar.
Saat ini, perusahaan dipimpin oleh Franky Tjokrosaputro sebagai komisaris utama dan Teddy Tjokrosaputro sebagai direktur utama. Saham perseroan berada pada level Rp 50/saham hari ini, yang turun 64,29% sejak awal tahun dan membentuk kapitalisasi pasar Rp 2,25 triliun serta valuasi trailing P/E sebesar 56,25 kali.
Selain menjadi direktur utama, Teddy Tjokrosaputra juga menjadi pemegang 5,91% saham perseroan bersama dengan NBS Client 5,47%, sisanya publik.
Emiten yang memiliki aset Rp 6,48 triliun per akhir September tersebut menghasilkan laba bersih Rp 76,89 miliar yang mencerminkan NPM 15,13% serta pendapatan Rp 507,98 miliar.
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
Perusahaan yang berkantor pusat di Pluit tersebut adalah produsen onderdil otomotif, khususnya filter mobil dan truk. Didirikan sejak 1976, perusahaan yang dimiliki oleh PT Adrindo Intiperkasa (Grup ADR) tersebut mencatatkan sahamnya di bursa pada 1996 dengan menawarkan 34,4 juta saham di harga Rp 500, sehingga dana publik yang digalang Rp 58,48 miliar.
Perseroan memiliki aset Rp 2,97 triliun per akhir September, dengan pendapatan Rp 2,78 triliun (turun 2,35% YoY) dan laba bersih Rp 450,07 miliar, yang naik 1,87% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Harga saham yang dipimpin Surja Hartono (komisaris utama) dan Eddy Hartono (direktur utama) tersebut turun 0,36% menjadi Rp 1.395/saham dari Rp 1.400/saham pada akhir 2018 dan membentuk market cap Rp 8,03 triliun dengan valuasi trailing P/E sebesar 24,2 kali.
PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
Perusahaan media milik Keluarga Sariaatmadja dari Grup Emtek tersebut didirikan sejak 1999. Pada 2002, saham perusahaan dicatatkan di bursa dan sebelumnya ditawarkan sebanyak 375 juta saham di harga Rp 1.100/saham. Dengan harga tersebut, induk usaha stasiun SCTV dan Indosiar tersebut meraup dana Rp 412,5 miliar dari publik.
Harga saham perusahaan yang dipimpin Raden Soeyono (komisaris utama) dan Sutanto Hartono (direktur utama) itu turun 37,17% menjadi Rp 1.175/saham dari Rp 1.870/saham. Harga saham terakhir emtein membentuk market cap Rp 17,35 triliun dan valuasi trailing P/E 14,06 kali.
Pendapatan emiten pada periode 9 bulan pertama 2019 dicatatkan Rp 4,14 triliun, naik 4,04% YoY, dengan laba bersih Rp 1, triliun, turun 15,31% dari Rp 1,18 triliun. NPM perseroan yang terbentuk dari kinerja tersebut adalah 24,29%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas)
Emiten dari segmen tambang batu bara tersebut dimiliki oleh perusahaan asal Korea Selatan yang bernama Banpu Public Company Ltd. Emiten yang didirikan sejak 1987 tersebut mencatatkan sahamnya di bursa pada 2007 di harga Rp 14.000/saham dengan dana raihan Rp 3,16 triliun.
Sejak awal tahun, saham perseroan masih terkoreksi 36,17% dari harga Rp Rp 20.250/saham per akhir tahun lalu yang membentuk kapitalisasi pasarnya (market cap) Rp 14,6 triliun dan valuasi trailing P/E ratio 4,41 kali. Saat ini, perusahaan dipimpin oleh Djisman Simandjuntak sebagai komisaris utama dan Kirana Limpaphayom sebagai direktur utama.
Laporan keuangan emiten per Juni menunjukkan laba bersihnya US$ 70,82 juta, mencerminkan NPM 7,7% dengan pendapatan US$ 892,7 juta yang naik 10,4% YoY. Aset perseroan pada saat yang sama menunjukkan angka US$ 1,32 miliar.
PT Indosat Tbk (ISAT)
Didirikan sejak 1967, perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corp kepada pemerintah dan dijadikan BUMN pada 1980. Perusahaan mencatatkan sahamnya di bursa pada 1994 dan menjadi salah satu BUMN tertua di pasar modal.
Saham perseroan dicatatkan juga di pasar saham New York Stock Exchange Amerika Serikat pada 1994, tetapi tidak tercatat lagi mulai dari 2014. Saat ini, pemegang saham pengendali perseroan adalah Ooredoo QPSC (dulunya Qatar Telecom QSC) yang membeli saham perseroan dari Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (Singtel) pada 2009.
Per September, aset perseroan tercatat Rp 58,37 triliun dengan pendapatan Rp 15,08 triliun, yang naik 12,4% YoY. Rugi bersih emiten dicatatkan Rp 284,59 miliar, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp 1,53 triliun rugi bersih.
Harga saham perusahaan sudah naik 108,31% sejak awal tahun menjadi Rp 3.500/saham dari Rp 1.685/saham hingga membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 19,07 triliun.
PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)
Perusahaan yang awalnya mengelola department store itu didirikan sejak 1987 dan mencatatkan sahamnya di bursa sejak 2000 dengan menawarkan 100 juta saham di harga Rp 500 sehingga mendapatkan dana Rp 50 miliar.
Saat ini, perusahaan dipimpin oleh Franky Tjokrosaputro sebagai komisaris utama dan Teddy Tjokrosaputro sebagai direktur utama. Saham perseroan berada pada level Rp 50/saham hari ini, yang turun 64,29% sejak awal tahun dan membentuk kapitalisasi pasar Rp 2,25 triliun serta valuasi trailing P/E sebesar 56,25 kali.
Selain menjadi direktur utama, Teddy Tjokrosaputra juga menjadi pemegang 5,91% saham perseroan bersama dengan NBS Client 5,47%, sisanya publik.
Emiten yang memiliki aset Rp 6,48 triliun per akhir September tersebut menghasilkan laba bersih Rp 76,89 miliar yang mencerminkan NPM 15,13% serta pendapatan Rp 507,98 miliar.
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
Perusahaan yang berkantor pusat di Pluit tersebut adalah produsen onderdil otomotif, khususnya filter mobil dan truk. Didirikan sejak 1976, perusahaan yang dimiliki oleh PT Adrindo Intiperkasa (Grup ADR) tersebut mencatatkan sahamnya di bursa pada 1996 dengan menawarkan 34,4 juta saham di harga Rp 500, sehingga dana publik yang digalang Rp 58,48 miliar.
Perseroan memiliki aset Rp 2,97 triliun per akhir September, dengan pendapatan Rp 2,78 triliun (turun 2,35% YoY) dan laba bersih Rp 450,07 miliar, yang naik 1,87% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Harga saham yang dipimpin Surja Hartono (komisaris utama) dan Eddy Hartono (direktur utama) tersebut turun 0,36% menjadi Rp 1.395/saham dari Rp 1.400/saham pada akhir 2018 dan membentuk market cap Rp 8,03 triliun dengan valuasi trailing P/E sebesar 24,2 kali.
PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
Perusahaan media milik Keluarga Sariaatmadja dari Grup Emtek tersebut didirikan sejak 1999. Pada 2002, saham perusahaan dicatatkan di bursa dan sebelumnya ditawarkan sebanyak 375 juta saham di harga Rp 1.100/saham. Dengan harga tersebut, induk usaha stasiun SCTV dan Indosiar tersebut meraup dana Rp 412,5 miliar dari publik.
Harga saham perusahaan yang dipimpin Raden Soeyono (komisaris utama) dan Sutanto Hartono (direktur utama) itu turun 37,17% menjadi Rp 1.175/saham dari Rp 1.870/saham. Harga saham terakhir emtein membentuk market cap Rp 17,35 triliun dan valuasi trailing P/E 14,06 kali.
Pendapatan emiten pada periode 9 bulan pertama 2019 dicatatkan Rp 4,14 triliun, naik 4,04% YoY, dengan laba bersih Rp 1, triliun, turun 15,31% dari Rp 1,18 triliun. NPM perseroan yang terbentuk dari kinerja tersebut adalah 24,29%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular