
Fitch: Prospek Telko Asia Pasific Negatif, Bagaimana RI?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
07 November 2019 11:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat utang global, Fitch Ratings (Fitch) dalam risetnya hari ini (7/11/2019) memproyeksi bahwa sektor telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik memiliki prospek negatif di tahun 2020.
Hal ini dikarenakan pelaku industri dihadapkan pada persaingan sengit yang berkepanjangan, tingginya anggaran belanja modal dan pengembalian bagi para pemegang saham, di mana hal ini berujung pada arus kas negatif.
Oleh karena itu, dalam risetnya Fitch berekspektasi perusahaan operator telekomunikasi sebaiknya mengambil sikap pencadangan modal yang bijak, dan fokus utama pada peningkatan profitabilitas untuk 12 tahun ke depan agar perusahaan dapat mengelola profil kredit mereka seiring dengan rencana investasi untuk jaringan 5G.
Hal ini mengingat perluasan jaringan 5G membutuhkan infrastruktur dan ekosistem yang kuat sebelum dapat diaplikasikan. Tekanan untuk memperoleh pita spektrum yang lebih luas untuk jaringan tersebut berdampak pada tingkat utang yang lebih tinggi yang akan membebani arus kas.
Lalu, bagaimana dengan proyeksi prospek operator telekomunikasi Indonesia?
Arus kas negatif akan tetap dialami operator telekomunikasi Ibu Pertiwi sepanjang tahun depan sering dengan tingginya investasi pada anggaran belanja modal dan lelang untuk spektrum ban 2300MHz. Intensitas belanja modal tetap tinggi karena perusahaan akan terus memperluas jaringannya di area uar Jawa dan pembangunan infrastruktur kabel optik jaringan telepon tetap (fixed line fiber).
Oleh karena itu, divestasi aset non inti, seperti penjualan menara diharapkan dapat membuat keuangan operator lebih fleksibel, terutama bagi PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Meskipun demikian, secara umum, tingkat pembiayaan perusahaan operator telekomunikasi dalam negeri tetap stabil karena pertumbuhan laba (sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mengalahkan pertumbuhan belanja modal. Selain itu penetapan harga layanan data yang baik juga mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Lebih lanjut, jika dianalisa performa para pemain itu, maka ISAT memiliki prospek negatif karena penurunan pada tingkat pembiayaan modal perusahaan yang berdampak pada ekspansi perusahaan. Sedangkan TLKM memiliki prospek positif karena jaringan yang luas didukung oleh posisinya sebagai jawara sektor telekomunikasi Indonesia.
Di lain pihak, Fitch menganalisis industri telekomunikasi akan dihadapkan pada penurunan pendapatan sementara setelah pemerintah Indonesia mengesahkan aturan pelarangan distribusi dan penjualan telepon genggam illegal yang akan diterapkan per April 2020.
Alhasil, langganan data atau mobile subscriber para pengguna telepon illegal akan otomatis terputus, di mana ini berdampak pada penurunan pendapatan.
Kemudian, meski pemerintah Indonesia dan beberapa operator telekomunikasi raksasa mulai melakukan investasi untuk membangun jaringan 5G, sektor telekomunikasi Indonesia untuk beberapa tahun ke depan masih akan bergantung pada teknologi LTE (jaringan 4G).
Menurut Fitch, hal ini dikarenakan visibilitas terbatas pada alokasi spektrum 5G dan minimnya kebijakan pemerintah untuk mendukung jaringan tersebut membuat peluncuran komersial tidak akan terjadi dalam dua hingga 3 tahun ke depan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Emiten Telekomunikasi Moncer Gegara Jual Menara
Hal ini dikarenakan pelaku industri dihadapkan pada persaingan sengit yang berkepanjangan, tingginya anggaran belanja modal dan pengembalian bagi para pemegang saham, di mana hal ini berujung pada arus kas negatif.
Oleh karena itu, dalam risetnya Fitch berekspektasi perusahaan operator telekomunikasi sebaiknya mengambil sikap pencadangan modal yang bijak, dan fokus utama pada peningkatan profitabilitas untuk 12 tahun ke depan agar perusahaan dapat mengelola profil kredit mereka seiring dengan rencana investasi untuk jaringan 5G.
Lalu, bagaimana dengan proyeksi prospek operator telekomunikasi Indonesia?
Arus kas negatif akan tetap dialami operator telekomunikasi Ibu Pertiwi sepanjang tahun depan sering dengan tingginya investasi pada anggaran belanja modal dan lelang untuk spektrum ban 2300MHz. Intensitas belanja modal tetap tinggi karena perusahaan akan terus memperluas jaringannya di area uar Jawa dan pembangunan infrastruktur kabel optik jaringan telepon tetap (fixed line fiber).
![]() |
Oleh karena itu, divestasi aset non inti, seperti penjualan menara diharapkan dapat membuat keuangan operator lebih fleksibel, terutama bagi PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Meskipun demikian, secara umum, tingkat pembiayaan perusahaan operator telekomunikasi dalam negeri tetap stabil karena pertumbuhan laba (sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mengalahkan pertumbuhan belanja modal. Selain itu penetapan harga layanan data yang baik juga mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Lebih lanjut, jika dianalisa performa para pemain itu, maka ISAT memiliki prospek negatif karena penurunan pada tingkat pembiayaan modal perusahaan yang berdampak pada ekspansi perusahaan. Sedangkan TLKM memiliki prospek positif karena jaringan yang luas didukung oleh posisinya sebagai jawara sektor telekomunikasi Indonesia.
Di lain pihak, Fitch menganalisis industri telekomunikasi akan dihadapkan pada penurunan pendapatan sementara setelah pemerintah Indonesia mengesahkan aturan pelarangan distribusi dan penjualan telepon genggam illegal yang akan diterapkan per April 2020.
Alhasil, langganan data atau mobile subscriber para pengguna telepon illegal akan otomatis terputus, di mana ini berdampak pada penurunan pendapatan.
Kemudian, meski pemerintah Indonesia dan beberapa operator telekomunikasi raksasa mulai melakukan investasi untuk membangun jaringan 5G, sektor telekomunikasi Indonesia untuk beberapa tahun ke depan masih akan bergantung pada teknologi LTE (jaringan 4G).
Menurut Fitch, hal ini dikarenakan visibilitas terbatas pada alokasi spektrum 5G dan minimnya kebijakan pemerintah untuk mendukung jaringan tersebut membuat peluncuran komersial tidak akan terjadi dalam dua hingga 3 tahun ke depan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Emiten Telekomunikasi Moncer Gegara Jual Menara
Most Popular