Pasar Obligasi Adem, CAD dan Asing Terbangkan Harga SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 November 2019 13:58
Harga obligasi rupiah pemerintah terbang pada perdagangan hari ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terbang pada perdagangan hari ini, Jumat (8/11/2019) yang diwarnai sentimen positif dari pengumuman data defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) siang ini.

Selain itu, sentimen positif dari derasnya aliran dana asing ke pasar surat utang domestik juga berpengaruh ke pasar. Saat ini, posisi investor asing di pasar obligasi negara mencapai Rp 1.058 triliun, atau mencerminkan porsi 39,15% dari total obligasi serupa yang beredar.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield menakjubkan, yaitu hingga 8,9 basis poin (bps) menjadi 7,35%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pada pengumuman siang ini, 
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan defisit US$ 46 juta pada kuartal II-2019, jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tekor nyaris US$ 2 miliar.

Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial yang signifikan sepertinya menjadi faktor utama yang membantu perbaikan NPI.

Pada kuartal III-2019, transaksi berjalan masih membukukan defisit US$ 7,66 miliar atau 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 8,15 miliar (2,93% PDB). Artinya, defisit transaksi berjalan alias
Current Account Deficit (CAD) membaik sekitar 6%

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai pengumuman data CAD mengangkat pasar SUN, terutama seri 15 tahun dan seri acuan baru tahun depan yaitu FR0082. FR0082 akan jatuh tempo pada 2040 sehingga berpotensi besar menjadi seri acuan 10 tahun pada 2020.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 8 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 7 Nov'19 (%)

Yield 8 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 7 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.447

6.44

-0.70

6.3986

FR0078

10 tahun

7.003

6.989

-1.40

6.973

FR0068

15 tahun

7.444

7.355

-8.90

7.3801

FR0079

20 tahun

7.666

7.601

-6.50

7.6269

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.058 triliun SBN, atau 39,15% dari total beredar Rp 2.711 triliun berdasarkan data per 5 November.

Angka kepemilikannya masih mencerminkan positifnya aliran dana asing Rp 168,21 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk pasar SUN senilai Rp 1,1 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 2,99 triliun.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular