
Rupiah Kini Terlemah Kedua di Asia, Ada Apa Gerangan?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 November 2019 10:16

Sementara dari dalam negeri, laju rupiah juga terbeban karena penantian terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019. Pos yang akan dicermati oleh pelaku pasar adalah transaksi berjalan (current account).
Transaksi berjalan menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih stabil, lebih tahan lama, sehingga mampu menopang stabilitas nilai tukar.
Masalahnya, transaksi berjalan Indonesia terus mencatat defisit sejak 2011. Ini membuat rupiah rentan berfluktuasi cenderung melemah kala terjadi guncangan di perekonomian, sebab mata uang Tanah Air bergantung kepada pasokan devisa dari investasi portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi kapan saja.
Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun pada kuartal III-2019, sepertinya defisit itu akan melandai di bawah 3% PDB.
Sebab kinerja neraca perdagangan pada kuartal III-2019 jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya. Net ekspor juga sudah memberikan kontribusi positif dalam pembentukan PDB kuartal III-2019 setelah kuartal sebelumnya negatif.
Jika benar transaksi berjalan Indonesia membaik pada periode Juli-September 2019, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, walau masih seret, tetapi tidak separah kuartal sebelumnya. Semoga sentimen ini cukup kuat untuk mengangkat rupiah dari zona merah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Transaksi berjalan menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih stabil, lebih tahan lama, sehingga mampu menopang stabilitas nilai tukar.
Masalahnya, transaksi berjalan Indonesia terus mencatat defisit sejak 2011. Ini membuat rupiah rentan berfluktuasi cenderung melemah kala terjadi guncangan di perekonomian, sebab mata uang Tanah Air bergantung kepada pasokan devisa dari investasi portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi kapan saja.
Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun pada kuartal III-2019, sepertinya defisit itu akan melandai di bawah 3% PDB.
Sebab kinerja neraca perdagangan pada kuartal III-2019 jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya. Net ekspor juga sudah memberikan kontribusi positif dalam pembentukan PDB kuartal III-2019 setelah kuartal sebelumnya negatif.
Jika benar transaksi berjalan Indonesia membaik pada periode Juli-September 2019, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, walau masih seret, tetapi tidak separah kuartal sebelumnya. Semoga sentimen ini cukup kuat untuk mengangkat rupiah dari zona merah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular