
Jelang Delisting TMPI
Dari MNC hingga Dapen BNI, Ini Jejak Pemegang Saham TMPI
Irvin Avriano Arief & Monica Wareza, CNBC Indonesia
07 November 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemegang saham ritel PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI) mengeluhkan tidak tercatatnya identitas pemegang saham pengendali perseroan yang menyulitkan pertanggungjawaban perusahaan terkait dengan nasib emiten tambang emas ini yang akan segera 'ditendang' dari pasar saham 4 hari lagi, 11 November mendatang.
Boris, seorang investor yang namanya disamarkan, dalam pertemuan sebelumnya, menyebut manajemen perseroan menyatakan bahwa saat ini TMPI tidak memiliki pemegang saham pengendali, berdasarkan keterangan manajemen.
Tidak hadirnya pemegang saham pengendali perseroan dan mayoritas pemegang saham lain membuat rapat umum pemegang saham (RUPS) TMPI tidak pernah kuorum.
"Jawaban direktur utamanya selalu tidak tahu. Dia [direktur utama dan komisaris] juga tidak menyebutkan identitas pemegang sahamnya, hanya memberitahu lokasinya di Singapura dan sudah tidak dapat dihubungi lagi," ujar Boris bersama dua orang investor ritel lain, Selasa pekan ini (5/11/19).
Boris, seorang bapak yang memiliki marga dari Tanah Batak dan berumur di atas 50 tahun, adalah seorang investor ritel yang bersedia diwawancara oleh CNBC Indonesia tetapi meminta namanya disamarkan atas alasan keamanan dirinya.
Saat ini, dia masih memiliki lebih dari 50.000 lot saham TMPI yang berpotensi tidak memiliki kuasa ketika emiten sudah tidak lagi diawasi otoritas bursa dan pasar modal jika TMPI jadi didepak dari bursa alias delisting. Menurut dia dan dua rekannya, setiap kali perusahaan menggelar RUPS, direksi dan komisaris datang tetapi tidak banyak memberikan keterangan.
Manajemen yang dimaksud adalah direktur utama perseroan Adriano Wolfgang Pietruschka dan komisaris utama Eka Hikmawati Supriyadi. Adriano bahkan sudah mengundurkan diri dari jabatannya pada 5 November kemarin.
Alasan manajemen tidak membahas banyak hal tentang identitas pemegang saham, lanjut Boris, adalah RUPS hanya membahas agenda yang terjadwal.
Terkait dengan pemegang saham, di dalam daftar pemegang saham pada akhir 2018, hanya tercatat satu nama yaitu PT Pratama Duta Sentosa dengan kepemilikan 0,14% dan sisanya publik. Informasi siapa sebenarnya Pratama Duta Sentosa sangat terbatas, baik informasi publik maupun situs resminya, nihil.
Belum jelas juga siapa beneficial ownership perusahaan atau orang pribadi atau badan yang merupakan pemilik sebenarnya dari perseroan tersebut.
Menilik beberapa laporan keuangan tahunan TMPI, Pratama Duta ternyata sudah memiliki saham perseroan sejak akhir 2008 dengan porsi 20,09%, ketika perusahaan dipimpin direktur utama Samuel Ables Lorenzo dan komisaris utama Jhonny Kesuma.
Diketahui juga bahwa pada tahun 2008, Eka Hikmawati Supriyadi sudah menjabat sebagai direktur TMPI, bersama dengan Heri Mardani dan Steven Kesuma. Nama terakhir adalah anak dari Jhonny Kesuma yang menjadi pucuk pimpinan perusahaan, maksudnya direktur utama, mulai dari 2011-2015.
Kembali ke Pratama Duta dan pemilik saham TMPI. Pada 2008, porsi pemegang saham publik sudah mencapai 56,36%, atau menjadi mayoritas dari total 100% saham perseroan yang beredar.
Asset Distribution Ltd
Selain Pratama Duta dan publik, pemegang saham lain perseroan terdiri dari Asset Distribution Ltd sebesar 17,8% dan PT Persada Ganda Nusa sebesar 5,75%. Dengan demikian, pada 2008 saja, Pratama Duta adalah pemegang saham mayoritas TMPI, selain dari publik.
Kepemilikan saham TMPI oleh Pratama Duta juga berfluktuasi hingga 2018, dan hanya satu tahun di mana Pratama Duta tidak tercatat mengempit saham tersebut, yaitu pada 2016. Pada tahun tersebut, pemegang saham perseroan yang tercatat di laporan keuangan hanya terdiri dari PT Asabri (5%) dan publik (95%).
Asabri adalah BUMN yang bergerak di bidang asuransi sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk prajurit TNI, anggota Polri, PNS Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, dan POLRI.
Sebelum 2008
Nama Pratama Duta muncul di dalam laporan keuangan tahunan TMPI sejak 2008.
Uniknya, sebelum tahun tersebut, porsi pemegang saham publik sudah di atas 50% sejak 1997-2000.
Perusahaan masuk bursa pada 1995 dengan nama PT Telaga Mas Pertiwi Tbk, dengan usaha produksi sepatu dan komponennya. Kantor pusat dan pabrik utama perseroan berlokasi di Surabaya (Rungkut dan Gempol), ditambah satu fasilitas papan sol sepatu (insole board) di Blabag, Magelang (Jawa Tengah).
Saat itu pemegang sahamnya terdiri dari PT Imasco Pacific (19,05%), PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) sebesar 19%, PT Telagarona Sentosa (12,5%), PT Santana Satria Perkasa (9,53%), PT Citra Sugimas Pratama (3,42%), Dapen BNI 1946 (3,83%), Rusdianto Hidayat (14,28%), dan publik (18,39%).
Pemilik saham TMPI berubah total setelah penambahan modal dengan cara penerbitan saham melalui mekanisme penawaran umum terbatas (rights issue) perdana digelar pada 1997, yang diikuti oleh pemecahan nilai saham (stock split).
Nama resmi perusahaan TMPI berubah pada tahun tersebut menjadi PT Artha Graha Investama Sentral Tbk.
MNC Group
Aksi korporasi rights issue dan stock split tersebut dilakukan ketika manajemen perusahaan diisi oleh Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo (Rudi Tanoe, adik dari pemilik Grup Bhakti, Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe) sebagai komisaris utama perseroan dan Rusfam E. Makalam sebagai direktur utama.
Grup Bhakti saat ini bernama Grup MNC dengan induk usaha PT MNC Investama Tbk (BHIT), nama baru Bhakti Investama yang dimiliki Hary Tanoe.
Di akhir tahun tersebut, pemegang saham perseroan terdiri dari Bhakti Investama (10,89%), PT Dharma Pinastika Rahardja (9,95%), Jade Securities (6,33%), Fuji International (5,18%), dan publik (67,65%).
Setelah itu, porsi pemegang saham berubah signifikan kembali pada 2001. Pemegang sahamnya terdiri dari Bhakti Investama (49,02%), Dana Pensiun BNI (5,7%), Bank Artha Graha (6,4%), dan publik (38,88%). Pada tahun tersebut, TMPI menggelar rights issue kedua yang disertai penerbitan warrant.
Kepemilikan Bhakti Investama naik signifikan pada tahun tersebut dari 13,49% pada 1999 dan setelah sempat tidak tercatat sama sekali sebagai pemegang saham pada laporan keuangan 2000. Setelah 24 Agustus 1999, nama resmi TMPI berganti menjadi PT Agis Tbk.
Mulai 2007, nama Bhakti Investama benar-benar tidak terlihat lagi di laporan keuangan TMPI, lalu pada laporan keuangan auditan 2008 tadi, barulah muncul nama Pratama Duta.
Nama Hari Tanoe sempat muncul lama sebagai komisaris utama yaitu pada periode 2001-2004, dengan Rudi Tanoe sebagai direktur utama pada periode yang sama.
Barulah pada 2007, nama Jhonny Kesuma muncul sebagai direktur utama. Lalu pada 2008, namanya naik menjadi komisaris utama.
Uniknya, direktur utama TMPI Adriano Pietruschka yang baru mengundurkan diri pada 5 November 2019 lalu, pernah berniat mengundurkan diri juga pada 23 Januari 2017 tetapi dibatalkan 22 Maret 2017. Adriano menjabat direktur TMPI sejak 2013 ketika Steven Kesuma menjabat direktur utama, dan mulai menduduki kursi direktur utama sejak 2016.
Entah sengaja atau tidak, tetapi dengan demikian Pratama Duta terlihat sudah menjadi pemegang saham perseroan sejak 2008, bersamaan dengan masuknya nama Jhonny Kesuma (mendiang) dan Steven Kesuma ke dalam manajemen meskipun porsinya kecil.
Lalu, pada laporan keuangan 2017-2018, nama Pratama Duta muncul lagi meskipun sangat kecil yaitu 0,14%, sehingga diduga memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perseroan, yang saat ini masih dicari-cari keberadaannya.
Lalu siapa di belakang Pratama Duta, hingga kini masih tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Jelang Delisting, Manajemen Diduga Sengaja Gembosi TMPI
Boris, seorang investor yang namanya disamarkan, dalam pertemuan sebelumnya, menyebut manajemen perseroan menyatakan bahwa saat ini TMPI tidak memiliki pemegang saham pengendali, berdasarkan keterangan manajemen.
Tidak hadirnya pemegang saham pengendali perseroan dan mayoritas pemegang saham lain membuat rapat umum pemegang saham (RUPS) TMPI tidak pernah kuorum.
"Jawaban direktur utamanya selalu tidak tahu. Dia [direktur utama dan komisaris] juga tidak menyebutkan identitas pemegang sahamnya, hanya memberitahu lokasinya di Singapura dan sudah tidak dapat dihubungi lagi," ujar Boris bersama dua orang investor ritel lain, Selasa pekan ini (5/11/19).
Boris, seorang bapak yang memiliki marga dari Tanah Batak dan berumur di atas 50 tahun, adalah seorang investor ritel yang bersedia diwawancara oleh CNBC Indonesia tetapi meminta namanya disamarkan atas alasan keamanan dirinya.
Saat ini, dia masih memiliki lebih dari 50.000 lot saham TMPI yang berpotensi tidak memiliki kuasa ketika emiten sudah tidak lagi diawasi otoritas bursa dan pasar modal jika TMPI jadi didepak dari bursa alias delisting. Menurut dia dan dua rekannya, setiap kali perusahaan menggelar RUPS, direksi dan komisaris datang tetapi tidak banyak memberikan keterangan.
Manajemen yang dimaksud adalah direktur utama perseroan Adriano Wolfgang Pietruschka dan komisaris utama Eka Hikmawati Supriyadi. Adriano bahkan sudah mengundurkan diri dari jabatannya pada 5 November kemarin.
Alasan manajemen tidak membahas banyak hal tentang identitas pemegang saham, lanjut Boris, adalah RUPS hanya membahas agenda yang terjadwal.
Terkait dengan pemegang saham, di dalam daftar pemegang saham pada akhir 2018, hanya tercatat satu nama yaitu PT Pratama Duta Sentosa dengan kepemilikan 0,14% dan sisanya publik. Informasi siapa sebenarnya Pratama Duta Sentosa sangat terbatas, baik informasi publik maupun situs resminya, nihil.
Belum jelas juga siapa beneficial ownership perusahaan atau orang pribadi atau badan yang merupakan pemilik sebenarnya dari perseroan tersebut.
Menilik beberapa laporan keuangan tahunan TMPI, Pratama Duta ternyata sudah memiliki saham perseroan sejak akhir 2008 dengan porsi 20,09%, ketika perusahaan dipimpin direktur utama Samuel Ables Lorenzo dan komisaris utama Jhonny Kesuma.
Diketahui juga bahwa pada tahun 2008, Eka Hikmawati Supriyadi sudah menjabat sebagai direktur TMPI, bersama dengan Heri Mardani dan Steven Kesuma. Nama terakhir adalah anak dari Jhonny Kesuma yang menjadi pucuk pimpinan perusahaan, maksudnya direktur utama, mulai dari 2011-2015.
Kembali ke Pratama Duta dan pemilik saham TMPI. Pada 2008, porsi pemegang saham publik sudah mencapai 56,36%, atau menjadi mayoritas dari total 100% saham perseroan yang beredar.
Asset Distribution Ltd
Selain Pratama Duta dan publik, pemegang saham lain perseroan terdiri dari Asset Distribution Ltd sebesar 17,8% dan PT Persada Ganda Nusa sebesar 5,75%. Dengan demikian, pada 2008 saja, Pratama Duta adalah pemegang saham mayoritas TMPI, selain dari publik.
Kepemilikan saham TMPI oleh Pratama Duta juga berfluktuasi hingga 2018, dan hanya satu tahun di mana Pratama Duta tidak tercatat mengempit saham tersebut, yaitu pada 2016. Pada tahun tersebut, pemegang saham perseroan yang tercatat di laporan keuangan hanya terdiri dari PT Asabri (5%) dan publik (95%).
Asabri adalah BUMN yang bergerak di bidang asuransi sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk prajurit TNI, anggota Polri, PNS Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, dan POLRI.
Nama asuransi tersebut kemudian hilang dalam laporan pemegang saham 2017, digantikan oleh nama Pratama Duta lagi tetapi dengan kepemilikan yang hanya 0,14%. Kepemilikan tersebut bertahan hingga akhir 2018.
Sebelum 2008
Nama Pratama Duta muncul di dalam laporan keuangan tahunan TMPI sejak 2008.
Uniknya, sebelum tahun tersebut, porsi pemegang saham publik sudah di atas 50% sejak 1997-2000.
Perusahaan masuk bursa pada 1995 dengan nama PT Telaga Mas Pertiwi Tbk, dengan usaha produksi sepatu dan komponennya. Kantor pusat dan pabrik utama perseroan berlokasi di Surabaya (Rungkut dan Gempol), ditambah satu fasilitas papan sol sepatu (insole board) di Blabag, Magelang (Jawa Tengah).
Saat itu pemegang sahamnya terdiri dari PT Imasco Pacific (19,05%), PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) sebesar 19%, PT Telagarona Sentosa (12,5%), PT Santana Satria Perkasa (9,53%), PT Citra Sugimas Pratama (3,42%), Dapen BNI 1946 (3,83%), Rusdianto Hidayat (14,28%), dan publik (18,39%).
Pemilik saham TMPI berubah total setelah penambahan modal dengan cara penerbitan saham melalui mekanisme penawaran umum terbatas (rights issue) perdana digelar pada 1997, yang diikuti oleh pemecahan nilai saham (stock split).
Nama resmi perusahaan TMPI berubah pada tahun tersebut menjadi PT Artha Graha Investama Sentral Tbk.
MNC Group
Aksi korporasi rights issue dan stock split tersebut dilakukan ketika manajemen perusahaan diisi oleh Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo (Rudi Tanoe, adik dari pemilik Grup Bhakti, Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe) sebagai komisaris utama perseroan dan Rusfam E. Makalam sebagai direktur utama.
Grup Bhakti saat ini bernama Grup MNC dengan induk usaha PT MNC Investama Tbk (BHIT), nama baru Bhakti Investama yang dimiliki Hary Tanoe.
Di akhir tahun tersebut, pemegang saham perseroan terdiri dari Bhakti Investama (10,89%), PT Dharma Pinastika Rahardja (9,95%), Jade Securities (6,33%), Fuji International (5,18%), dan publik (67,65%).
Setelah itu, porsi pemegang saham berubah signifikan kembali pada 2001. Pemegang sahamnya terdiri dari Bhakti Investama (49,02%), Dana Pensiun BNI (5,7%), Bank Artha Graha (6,4%), dan publik (38,88%). Pada tahun tersebut, TMPI menggelar rights issue kedua yang disertai penerbitan warrant.
Kepemilikan Bhakti Investama naik signifikan pada tahun tersebut dari 13,49% pada 1999 dan setelah sempat tidak tercatat sama sekali sebagai pemegang saham pada laporan keuangan 2000. Setelah 24 Agustus 1999, nama resmi TMPI berganti menjadi PT Agis Tbk.
Mulai 2007, nama Bhakti Investama benar-benar tidak terlihat lagi di laporan keuangan TMPI, lalu pada laporan keuangan auditan 2008 tadi, barulah muncul nama Pratama Duta.
Nama Hari Tanoe sempat muncul lama sebagai komisaris utama yaitu pada periode 2001-2004, dengan Rudi Tanoe sebagai direktur utama pada periode yang sama.
Barulah pada 2007, nama Jhonny Kesuma muncul sebagai direktur utama. Lalu pada 2008, namanya naik menjadi komisaris utama.
Uniknya, direktur utama TMPI Adriano Pietruschka yang baru mengundurkan diri pada 5 November 2019 lalu, pernah berniat mengundurkan diri juga pada 23 Januari 2017 tetapi dibatalkan 22 Maret 2017. Adriano menjabat direktur TMPI sejak 2013 ketika Steven Kesuma menjabat direktur utama, dan mulai menduduki kursi direktur utama sejak 2016.
Entah sengaja atau tidak, tetapi dengan demikian Pratama Duta terlihat sudah menjadi pemegang saham perseroan sejak 2008, bersamaan dengan masuknya nama Jhonny Kesuma (mendiang) dan Steven Kesuma ke dalam manajemen meskipun porsinya kecil.
Lalu, pada laporan keuangan 2017-2018, nama Pratama Duta muncul lagi meskipun sangat kecil yaitu 0,14%, sehingga diduga memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perseroan, yang saat ini masih dicari-cari keberadaannya.
Lalu siapa di belakang Pratama Duta, hingga kini masih tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Jelang Delisting, Manajemen Diduga Sengaja Gembosi TMPI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular