
Internasional
IMF Proyeksi Ekonomi Eropa Semakin Melambat, Tanda Resesi?
Wangi Sinintya Mangkuto & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 November 2019 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) riil Eropa untuk tahun ini akan tumbuh pada tingkat terendah sejak 2013.
Dalam laporan Outlook Ekonomi Regional terbaru, IMF menyebut bahwa PDB riil di seluruh Eropa akan moderat menjadi 1,4%, turun dari 2,3% pada 2018, sebelum rebound menjadi 1,8% pada 2020.
Sementara PDB zona Euro tumbuh 0,2% secara kuartal ke kuartal (QoQ) dalam tiga bulan hingga akhir September, pertumbuhan yang sama dengan periode sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun 2018, pertumbuhan zona euro adalah sebesar 1,1%. Ini merupakan tingkat pertumbuhan tahunan terlemah sejak kuartal keempat 2013.
Sebelumnya pada bulan Maret, Bank Sentral Eropa menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2019-nya menjadi 1,1% dari 1,7%.
Di ekonomi paling maju di benua itu, pertumbuhan diperkirakan akan lebih rendah, naik dari 1,3% pada tahun 2019 menjadi 1,5% pada tahun 2020.
Kenaikan ini akibat permintaan global yang juga diperkirakan akan naik, meskipun IMF mengatakan prospek untuk pemulihan dalam perdagangan global tidak sekuat enam bulan lalu.
IMF juga mengatakan bahwa berbagai hambatan yang menyebabkan perlambatan di sektor manufaktur dan perdagangan Eropa, kemungkinan akan terus berlanjut.
"Pengeluaran barang modal dan perlambatan barang tahan lama di Asia kemungkinan akan terus membebani ekspor dan pertumbuhan Eropa karena kawasan ini adalah eksportir besar barang modal dan peralatan transportasi," kata IMF dalam laporan itu sebagaimana dikutip dari CNBC International.
"Pertumbuhan permintaan yang kuat di Amerika Serikat (AS), mitra dagang besar bagi banyak negara Eropa, telah menjadi faktor yang meringankan, tetapi pertumbuhan AS diperkirakan akan melambat dari kecepatan terkuatnya."
Sektor otomotif yang melambat juga diperkirakan akan kembali menghambat pertumbuhan. Perubahan gaya hidup di mana konsumen lebih tertarik pada kendaraan listrik berdampak pada negara-negara seperti Jerman dan Slovakia.
IMF menyebut beberapa isu yang masih menghambat pertumbuhan seperti perlambatan di sektor industri dan perdagangan, serta perang dagang antara AS-China dan rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit.
Meskipun demikian, konsumsi swasta dan sektor jasa di seluruh benua tetap tangguh, didorong oleh pasar tenaga kerja yang kuat. Hal ini telah membantu mengimbangi beberapa perlambatan yang disebabkan oleh lingkungan eksternal yang bergejolak.
Namun, IMF menyimpulkan bahwa sektor manufaktur dan perdagangan Eropa telah melemah secara signifikan.
"Beberapa tanda perlambatan dalam permintaan domestik, khususnya dalam investasi, telah muncul. Jasa dan konsumsi sejauh ini tahan lama, tetapi sejauh mana ketahanannya yang berkelanjutan akan tergantung pada perkembangan di pasar tenaga kerja," kata IMF lagi.
Dalam laporan Outlook Ekonomi Regional terbaru, IMF menyebut bahwa PDB riil di seluruh Eropa akan moderat menjadi 1,4%, turun dari 2,3% pada 2018, sebelum rebound menjadi 1,8% pada 2020.
Sementara PDB zona Euro tumbuh 0,2% secara kuartal ke kuartal (QoQ) dalam tiga bulan hingga akhir September, pertumbuhan yang sama dengan periode sebelumnya.
Sebelumnya pada bulan Maret, Bank Sentral Eropa menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2019-nya menjadi 1,1% dari 1,7%.
Di ekonomi paling maju di benua itu, pertumbuhan diperkirakan akan lebih rendah, naik dari 1,3% pada tahun 2019 menjadi 1,5% pada tahun 2020.
Kenaikan ini akibat permintaan global yang juga diperkirakan akan naik, meskipun IMF mengatakan prospek untuk pemulihan dalam perdagangan global tidak sekuat enam bulan lalu.
IMF juga mengatakan bahwa berbagai hambatan yang menyebabkan perlambatan di sektor manufaktur dan perdagangan Eropa, kemungkinan akan terus berlanjut.
"Pengeluaran barang modal dan perlambatan barang tahan lama di Asia kemungkinan akan terus membebani ekspor dan pertumbuhan Eropa karena kawasan ini adalah eksportir besar barang modal dan peralatan transportasi," kata IMF dalam laporan itu sebagaimana dikutip dari CNBC International.
"Pertumbuhan permintaan yang kuat di Amerika Serikat (AS), mitra dagang besar bagi banyak negara Eropa, telah menjadi faktor yang meringankan, tetapi pertumbuhan AS diperkirakan akan melambat dari kecepatan terkuatnya."
Sektor otomotif yang melambat juga diperkirakan akan kembali menghambat pertumbuhan. Perubahan gaya hidup di mana konsumen lebih tertarik pada kendaraan listrik berdampak pada negara-negara seperti Jerman dan Slovakia.
IMF menyebut beberapa isu yang masih menghambat pertumbuhan seperti perlambatan di sektor industri dan perdagangan, serta perang dagang antara AS-China dan rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit.
Meskipun demikian, konsumsi swasta dan sektor jasa di seluruh benua tetap tangguh, didorong oleh pasar tenaga kerja yang kuat. Hal ini telah membantu mengimbangi beberapa perlambatan yang disebabkan oleh lingkungan eksternal yang bergejolak.
Namun, IMF menyimpulkan bahwa sektor manufaktur dan perdagangan Eropa telah melemah secara signifikan.
"Beberapa tanda perlambatan dalam permintaan domestik, khususnya dalam investasi, telah muncul. Jasa dan konsumsi sejauh ini tahan lama, tetapi sejauh mana ketahanannya yang berkelanjutan akan tergantung pada perkembangan di pasar tenaga kerja," kata IMF lagi.
Pages
Most Popular