
Investor Mulai Buru Saham Batu Bara, Gimana Kinerjanya?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 November 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak ICE Newscastle kembali mencatatkan penguatan pada penutupan perdagangan kemarin (5/11/2019) seiring dengan keputusan Amerika Serikat (AS) untuk menarik diri dari kesepakatan Paris atau Paris Climate Agreement.
Negara-negara yang berkomitmen dalam perjanjian tersebut sepakat untuk mengurangi emisi karbon, menjaga suhu, dan membantu pendanaan pembangunan yang berkelanjutan. Alhasil secara tidak langsung untuk memenuhi komitmen ini, negara bersangkutan mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, seperti batu bara.
Mundurnya AS dari perjanjian tersebut meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa permintaan akan batu bara akan mulai meningkat. Terlebih lagi karena sudah memasuki musim dingin, maka akan diperlukan bahan bakar lebih untuk pemanas ruangan.
Merespons estimasi peningkatan permintaan, investor pun mulai kembali memburu saham-saham emiten produsen batu bara. Pada pukul 11:23 WIB harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 3,29% disusul oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 2,38% dan PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 2,26%.
Lebih lanjut, sejatinya kinerja fundamental produsen batu bara cukup mengecewakan pada tahun ini, di mana hingga akhir September 2019 bahkan ada yang membukukan penurunan laba hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Salah satu penyebabnya adalah koreksi harga batu bara dunia, di mana sejak awal tahun hingga 30 September 2019 tercatat anjlok 29,24%.
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua produsen batu bara membukukan pertumbuhan laba bersih negatif sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, bahkan INDY dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) berbalik buntung dengan mencatatkan kerugian masing-masing Rp 122,18 miliar dan RP 29,44 miliar.
Kemudian jika ditilik lebih dalam, INDY dan TRAM mencatatkan kerugian karena sepanjang kuartal kemarin perusahaan mencatatkan kerugian yang cukup signifikan, dari sebelumnya selalu untung pada kuartal I dan kuartal II tahun ini.
Pada kuartal III-2019, INDY membukukan kerugian Rp 302,19 miliar dan TRAM mencatatkan total rugi bersih senilai Rp 56,92 miliar.
Di lain pihak, dibandingkan dengan emiten yang lain, PT Toba Batu Bara Tbk (TOBA) membukukan kinerja yang sedikit lebih baik, di mana laba perusahaan hanya membukukan koreksi 17,25% YoY menjadi Rp 274,45 miliar dari sebelumnya Rp 331,67 miliar. Selain itu, total pendapatan perusahaan juga tumbuh positif 16,77% YoY menjadi Rp 5,03 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Harga Batu Bara Terbang, Pendapatan BUMI Semester I Naik 66%
Negara-negara yang berkomitmen dalam perjanjian tersebut sepakat untuk mengurangi emisi karbon, menjaga suhu, dan membantu pendanaan pembangunan yang berkelanjutan. Alhasil secara tidak langsung untuk memenuhi komitmen ini, negara bersangkutan mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, seperti batu bara.
Mundurnya AS dari perjanjian tersebut meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa permintaan akan batu bara akan mulai meningkat. Terlebih lagi karena sudah memasuki musim dingin, maka akan diperlukan bahan bakar lebih untuk pemanas ruangan.
Merespons estimasi peningkatan permintaan, investor pun mulai kembali memburu saham-saham emiten produsen batu bara. Pada pukul 11:23 WIB harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 3,29% disusul oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 2,38% dan PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 2,26%.
Lebih lanjut, sejatinya kinerja fundamental produsen batu bara cukup mengecewakan pada tahun ini, di mana hingga akhir September 2019 bahkan ada yang membukukan penurunan laba hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Salah satu penyebabnya adalah koreksi harga batu bara dunia, di mana sejak awal tahun hingga 30 September 2019 tercatat anjlok 29,24%.
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua produsen batu bara membukukan pertumbuhan laba bersih negatif sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, bahkan INDY dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) berbalik buntung dengan mencatatkan kerugian masing-masing Rp 122,18 miliar dan RP 29,44 miliar.
Kemudian jika ditilik lebih dalam, INDY dan TRAM mencatatkan kerugian karena sepanjang kuartal kemarin perusahaan mencatatkan kerugian yang cukup signifikan, dari sebelumnya selalu untung pada kuartal I dan kuartal II tahun ini.
Pada kuartal III-2019, INDY membukukan kerugian Rp 302,19 miliar dan TRAM mencatatkan total rugi bersih senilai Rp 56,92 miliar.
Di lain pihak, dibandingkan dengan emiten yang lain, PT Toba Batu Bara Tbk (TOBA) membukukan kinerja yang sedikit lebih baik, di mana laba perusahaan hanya membukukan koreksi 17,25% YoY menjadi Rp 274,45 miliar dari sebelumnya Rp 331,67 miliar. Selain itu, total pendapatan perusahaan juga tumbuh positif 16,77% YoY menjadi Rp 5,03 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Harga Batu Bara Terbang, Pendapatan BUMI Semester I Naik 66%
Most Popular