Harga Sawit Naik Terus, Saham Produsen CPO Lari Kencang

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
05 November 2019 10:59
Permintaan sawit dunia tampaknya mulai mengalami perbaikan setelah penerapan campuran biodiesel di Indonesia dan Malaysia.
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga minyak sawit dunia (crude palm oil/CPO) mendorong harga saham sejumlah produsen sawit berterbangan pada perdagangan pagi ini, Selasa (5/11/2019). Permintaan sawit dunia tampaknya mulai mengalami perbaikan setelah penerapan campuran biodiesel di Indonesia dan Malaysia.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia mencatat, harga saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) naik 4,52% ke level Rp 370/saham. Lalu harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 4,27% ke level Rp 12.200/saham, saham PT High Eagle Plantations Tbk (BWPT) naik 2,5% ke level Rp 123/saham.

Demikian pula harga saham PT London Sumatera Plantation Tbk (LSIP) naik 2,22% ke level Rp 1.380/saham. Demikian pula saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) naik 1,61% ke level Rp 945/saham dan PT SMART Tbk (SMAR) naik 0,26% ke level Rp 3.800/saham.


Harga CPO kembali reli dan mencetak rekor baru harga tertingginya sejak 20 bulan terakhir.

Harga CPO kontrak kembali naik setelah ditutup menguat pada perdagangan Senin kemarin ke level 2.529 ringgit/ton. Mengawali perdagangan pekan ini harga CPO menguat hingga 2,76% pada perdagangan kemarin.

Pagi ini, Selasa pukul 10.28 WIB harga CPO di Bursa Malaysia Derivatif menyentuh level 2.560 ringgit/ton atau naik 1,23% dibandingkan dengan harga penutupan perdagangan kemarin.

Analis merevisi naik outlook harga CPO ke depannya sebagai akibat dari tingginya permintaan CPO untuk biodiesel. Tahun depan, Malaysia akan mulai menerapkan program B20 sementara Indonesia akan mulai dengan program B30.

Dorab Mistry, analis senior di bidang komoditas, mengatakan bahwa output minyak sawit Malaysia di tahun 2020 akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019 karena kekeringan dan pemangkasan penggunaan pupuk.

Kekeringan tidak hanya melanda Malaysia saja, namun juga menyebar ke berbagai kawasan Asia Tenggara tak terkecuali di Indonesia. Kekeringan yang terjadi dan kebakaran lahan akan jadi salah satu faktor yang juga mempengaruhi pasokan dan kualitas minyak sawit Indonesia.

Di tengah potensi kenaikan permintaan CPO, suplai justru berpotensi tertekan. Faktor ini telah membuat harga CPO kembali naik di perdagangan hari ini.

Menurut James Fry, analis industri CPO, kabut akibat kebakaran yang melanda Indonesia tentu berpengaruh terhadap produksi dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Sementara itu, melansir Reuters, Thomas Mielke selaku editor di World Oil memprediksikan stok minyak sawit akan turun 2-3 juta ton dalam 12 bulan ke depan dari 14,7 juta ton pada September.

Penurunan pasokan terjadi di tengah permintaan yang tinggi. Tahun depan Malaysia akan mulai mengimplementasikan program B20 sementara Indonesia akan mulai dengan program B30.

"Dengan skenario seperti ini maka tren bullish berpotensi berlanjut hingga tahun depan. Ada program biodiesel yang dapat membuat sebagian pasokan dialihkan untuk pembuatan bahan bakar tersebut" terang seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur, melansir Reuters.

Thomas Mielke memprediksi bahwa tahun depan harga CPO berpotensi menguat mencapai 2.600 ringgit/ton.


(hps/tas) Next Article Harga CPO Agak Loyo, Saham Emiten Sawit Mulai Tumbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular