Rekor Terus, Awas! Harga CPO Siap-siap Turun
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 November 2019 10:58
Jakarta, CNBC Indonesia - Reli terus-menerus harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) harus terhenti pada perdagangan kemarin. Harga CPO berpotensi untuk terus tertekan setelah mencetak rekor harga tertinggi barunya dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir.
Pada 10.30 harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif berada di level 2.491 ringgit/ton. Naik sebesar 6 ringgit atau 0,24% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin.
Harga CPO kontrak pengiriman Januari 2020 melesat lebih dari 15%. Melesatnya harga CPO dipicu oleh panic buying akibat kekhawatiran akan adanya pelemahan dari sisi suplai. Selain itu, program Biodiesel di Indonesia dan Malaysia juga jadi sentimen yang mengerek harga komoditas ini.
Tahun depan Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia mulai menetapkan kebijakan program B30 dan B20. Adanya program ini memicu sentimen yang positif terhadap permintaan CPO domestik sebagai bahan campuran.
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) memperkirakan konsumsi biodiesel domestik di tahun 2020 mencapai 9,5 juta kiloliter seiring dengan program B30 yang akan dimulai tahun depan.
Namun sebenarnya secara teknikal, harga CPO telah berada di level jenuh belinya (overbought). Selain itu penguatan ringgit terhadap dolar AS juga jadi salah satu sentimen lain yang berpotensi menekan harga CPO.
Hari ini, ringgit menguat hingga 0,2% terhadap dolar AS. Penguatan ringgit membuat harga CPO yang dibanderol dengan mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing. Akibatnya berpotensi untuk menurunkan permintaan CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?
Pada 10.30 harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif berada di level 2.491 ringgit/ton. Naik sebesar 6 ringgit atau 0,24% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin.
Tahun depan Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia mulai menetapkan kebijakan program B30 dan B20. Adanya program ini memicu sentimen yang positif terhadap permintaan CPO domestik sebagai bahan campuran.
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) memperkirakan konsumsi biodiesel domestik di tahun 2020 mencapai 9,5 juta kiloliter seiring dengan program B30 yang akan dimulai tahun depan.
Namun sebenarnya secara teknikal, harga CPO telah berada di level jenuh belinya (overbought). Selain itu penguatan ringgit terhadap dolar AS juga jadi salah satu sentimen lain yang berpotensi menekan harga CPO.
Hari ini, ringgit menguat hingga 0,2% terhadap dolar AS. Penguatan ringgit membuat harga CPO yang dibanderol dengan mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing. Akibatnya berpotensi untuk menurunkan permintaan CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?
Most Popular