AS-China Adem, Ekonomi AS Perkasa, Rupiah Menguat Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 November 2019 17:32
Rilis Angka Pertumbuhan Ekonomi Batasi Apresiasi Rupiah
Foto: Rilis BPS (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)

Seperti yang sudah disebutkan di halaman satu, rupiah sempat merangsek ke bawah level psikologis Rp 14.000/dolar AS pada pembukaan perdagangan. Namun, pada saat penutupan perdagangan rupiah telah kembali ke atas level psikologis tersebut. 

Kehadiran sentimen negatif dari dalam negeri menjadi faktor yang membatasi apresiasi rupiah pada awal pekan.

Sentimen negatif yang dimaksud adalah rilis angka pertumbuhan ekonomi. Besok (5/11/2019), angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019 dijadwalkan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,19%. Pada kuartal II-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, sama persis dengan konsensus. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,06% YoY.



Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.

Pada kuartal III-2019, konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,01% secara tahunan, melambat dari capaian di kuartal I dan II. Sementara itu, konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya akan berada di level 5,02% secara tahunan.

Jika hanya mencapai 5,01% atau 5,02%, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 akan jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Bahkan, Tim Riset CNBC Indonesia melihat bahwa ada ruang yang besar bagi pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019 untuk melandai ke bawah level 5%.

Berbicara mengenai angka pertumbuhan ekonomi, pastilah kita berbicara mengenai konsumsi rumah tangga. Maklum, lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2018, konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 55,7% dari total perekonomian Indonesia.

Sejauh ini, ada indikasi bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah. Pada pekan lalu, BPS mengumumkan bahwa pada Oktober 2019 terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,13%.

"Hasil pantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,02%. Untuk inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2019 mencapai 2,22% dan year-on-year 3,13%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya, Jumat (1/11/2019).


Inflasi pada bulan lalu berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.

Lantas, lagi-lagi inflasi berada di bawah ekspektasi. Untuk periode September 2019, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,27% secara bulanan, lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja.

Untuk diketahui, jika ditotal untuk periode kuartal III-2019, Indonesia membukukan inflasi sebesar 0,16% saja. Inflasi pada kuartal III-2019 berada jauh di bawah rata-rata inflasi kuartal III dalam empat tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mencapai 0,62%.

Lebih lanjut, indikasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia juga datang dari kinerja penjualan barang-barang ritel yang lesu. Sudah sedari bulan Mei, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular