
Hong Kong Resesi, jadi Bencanakah Bagi RI? Ini Faktanya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 November 2019 15:20

Perlu diketahui bersama bahwa lebih dari 60% PMA China disalurkan melalui Hong Kong karena memiliki sistem arus bebas modal, pelabuhan bebas pajak, sistem hukum dan teknologi investasi yang efektif, serta lembaga keuangan kelas dunia.
Karena itulah China dapat berinvestasi di Indonesia melalui proyek-proyek strategis infrastruktur di Indonesia. Hong Kong tidak hanya memfasilitasi aliran masuk PMA ke Indonesia dari Tiongkok melalui sistem keuangan yang terbuka, lebih dari itu Hong Kong dapat mendukung pembangunan infrastruktur Indonesia di sepanjang mata rantai melalui pembiayaan proyek, manajemen proyek, desain arsitektur, manajemen risiko hingga logistik.
Jadi bisa dibayangkan kalau Hong Kong terkena krisis alias resesi dan terancam terkena capital outflow yang besar-besaran mereka akan cenderung menahan aliran dana untuk tidak keluar dari wilayahnya.
Tidak hanya arus perdagangan dan investasi saja yang terdampak, resesi ekonomi Hong Kong juga dapat berdampak pada sektor tenaga kerja RI. Indonesia mengekspor tenaga kerja ke berbagai negara di dunia, salah satunya Hong Kong.
Menurut situs resmi perusahaan outsource tenaga kerja pembantu rumah tangga Hong Kong, per Februari 2019 terdapat setidaknya 167.000 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Resesi Hong Kong tentu berpotensi mengancam permintaan tenaga kerja dari Indonesia dan dapat memicu penurunan remitansi Indonesia. Hingga kuartal III 2018, remitansi Indonesia dari Hong Kong mencapai US$ 273 juta atau setara dengan 10,1% dari total remitansi Indonesia pada periode tersebut. Kalau remitansi turun, tentu akan berdampak pada neraca pembayaran RI.
Jadi kesimpulannya resesi yang terjadi di Hong Kong tentu akan membawa dampak bagi Indonesia. Namun seberapa besar dampaknya tentu harus kembali melihat apakah demonstrasi akan terus berlanjut dan menyebabkan ekonomi Hong Kong akan semakin terpuruk atau tidak. Jika memang demikian yang terjadi tak menutup kemungkinan dampak ke Indonesia juga akan tereksalasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Karena itulah China dapat berinvestasi di Indonesia melalui proyek-proyek strategis infrastruktur di Indonesia. Hong Kong tidak hanya memfasilitasi aliran masuk PMA ke Indonesia dari Tiongkok melalui sistem keuangan yang terbuka, lebih dari itu Hong Kong dapat mendukung pembangunan infrastruktur Indonesia di sepanjang mata rantai melalui pembiayaan proyek, manajemen proyek, desain arsitektur, manajemen risiko hingga logistik.
Jadi bisa dibayangkan kalau Hong Kong terkena krisis alias resesi dan terancam terkena capital outflow yang besar-besaran mereka akan cenderung menahan aliran dana untuk tidak keluar dari wilayahnya.
Menurut situs resmi perusahaan outsource tenaga kerja pembantu rumah tangga Hong Kong, per Februari 2019 terdapat setidaknya 167.000 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Resesi Hong Kong tentu berpotensi mengancam permintaan tenaga kerja dari Indonesia dan dapat memicu penurunan remitansi Indonesia. Hingga kuartal III 2018, remitansi Indonesia dari Hong Kong mencapai US$ 273 juta atau setara dengan 10,1% dari total remitansi Indonesia pada periode tersebut. Kalau remitansi turun, tentu akan berdampak pada neraca pembayaran RI.
Jadi kesimpulannya resesi yang terjadi di Hong Kong tentu akan membawa dampak bagi Indonesia. Namun seberapa besar dampaknya tentu harus kembali melihat apakah demonstrasi akan terus berlanjut dan menyebabkan ekonomi Hong Kong akan semakin terpuruk atau tidak. Jika memang demikian yang terjadi tak menutup kemungkinan dampak ke Indonesia juga akan tereksalasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular