
Hellooowww, Yakin Mau Buang Dolar?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2019 12:42

Saat The Fed tengah dilanda kegalauan selama dua tahun pada 2013-2015, ekonomi global menjadi sangat tidak pasti. Kala itu, The Fed bolak-balik memberi sinyal bakal menaikkan suku bunga karena perekonomian Negeri Adidaya dinilai sudah mulai pulih dari hantaman krisis 2008-2009.
Namun kenyataannya Federal Funds Rate tidak kunjung dinaikkan. Kebimbangan The Fed ini membuat pasar keuangan dunia ikut galau. Periode penuh tanda tanya ini sering disebut sebagai Taper Tantrum. Situasi yang membuat investor memilih bermain aman dan memilih dolar AS karena berharap The Fed segera menaikkan suku bunga.
Namun nyatanya Janet Yellen dan kolega yang kala itu memimpin The Fed baru menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015. Padahal pasar sudah menunggu selama 2-3 tahun.
Rupiah jadi salah satu korbannya. Sepanjang 2015, mata uang Tanah Air melemah sangat dalam yaitu 11,35%. Gara-garanya ya semua orang memburu dolar AS, rupiah praktis tidak kebagian apa-apa.
Kejadian yang berkebalikan tetapi dampaknya sama terjadi tahun lalu. Kali ini The Fed sangat yakin bahwa ekonomi AS sudah tumbuh begitu cepat karena penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan dan Orang Pribadi. Akibatnya, Jerome Powell dan sejawat menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam setahun agar ekonomi AS tidak mengalami overheating.
Kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menjadi sangat seksi, apalagi kalau sampai empat kali. Tentu seksi sekali.
Kondisi seperti Taper Tantrum pun terulang, arus modal global tersedot ke dolar AS. Rupiah melemah sampai nyaris 6%.
(aji/dru)
Namun kenyataannya Federal Funds Rate tidak kunjung dinaikkan. Kebimbangan The Fed ini membuat pasar keuangan dunia ikut galau. Periode penuh tanda tanya ini sering disebut sebagai Taper Tantrum. Situasi yang membuat investor memilih bermain aman dan memilih dolar AS karena berharap The Fed segera menaikkan suku bunga.
Namun nyatanya Janet Yellen dan kolega yang kala itu memimpin The Fed baru menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015. Padahal pasar sudah menunggu selama 2-3 tahun.
Kejadian yang berkebalikan tetapi dampaknya sama terjadi tahun lalu. Kali ini The Fed sangat yakin bahwa ekonomi AS sudah tumbuh begitu cepat karena penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan dan Orang Pribadi. Akibatnya, Jerome Powell dan sejawat menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam setahun agar ekonomi AS tidak mengalami overheating.
Kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menjadi sangat seksi, apalagi kalau sampai empat kali. Tentu seksi sekali.
Kondisi seperti Taper Tantrum pun terulang, arus modal global tersedot ke dolar AS. Rupiah melemah sampai nyaris 6%.
(aji/dru)
Next Page
Tak Gampang 'Buang' Dolar AS
Pages
Most Popular