Jualan Asing Berkurang, 5 Saham Ini Diborong Hingga Rp 458 M

tahir saleh, CNBC Indonesia
31 October 2019 07:06
Jualan Asing Berkurang, 5 Saham Ini Diborong Hingga Rp 458 M
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kendati asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp 59,83 miliar pada perdagangan Rabu kemarin (30/10/2019), tapi besaran jual bersih asing tersebut sudah berkurang signifikan dibandingkan dengan hari sebelumnya, Selasa, seiring dengan mulai ada tanda-tanda kondusifnya pasar global.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan Rabu kemarin, net sell asing tercatat hanya Rp 59,83 miliar, terdiri dari pasar reguler Rp 10,72 miliar dan pasar nego dan tunai Rp 49,11 miliar.

Bandingkan dengan Selasa (29/10) ketika net sell asing bahkan menembus Rp 534,70 miliar di semua pasar, terdiri dari pasar reguler Rp 375,19 miliar dan pasar nego dan tunai Rp 159,52 miliar.


Bahkan khusus di pasar reguler, dalam sepekan terakhir perdagangan, asing sudah membukukan beli bersih (net buy) Rp 597,72 miliar. Secara year to date, asing tercatat beli bersih Rp 44,19 triliun (meskipun di pasar reguler secara year to date asing keluar Rp 18,29 triliun).

Di tengah berkurangnya catatan net sell kemarin, dan gencarnya pembelian saham dari investor domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 0,23% ke level 6.295,75.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG kemarin di antaranya: PT Bayan Resources Tbk/
BYAN (+19,56%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,72%), PT Maha Properti Indonesia Tbk/MPRO (+24,91%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,47%), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+3,22%).



Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei jatuh 0,57%, indeks Shanghai turun 0,5%, indeks Hang Seng melemah 0,44%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,59%.

Prospek
ditekennya kesepakatan dagang AS-China yang kini menjadi tak jelas menjadi faktor yang melandasi aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Melansir Reuters, seorang pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa ada kemungkinan kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara belum akan siap untuk diteken pada bulan depan.

Foto: Presiden AS Donald Trump (REUTERS/David Becker)


Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan rasa optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran
KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.

"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat
KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih, dikutip CNBC International.

"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.

[Gambas:Video CNBC]

Di sisi lain, sentimen positif bagi pasar saham Tanah Air datang dari optimisme bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada dini hari nanti waktu Indonesia (31/10/2019).

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 30 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada dini hari nanti berada di level 96,2%.

Di sepanjang tahun ini, The Fed telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 bps (basis poin), yakni pada bulan Juli dan September.

Jika ditotal, Federal Funds Rate sudah dipangkas sebesar 50 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Bila tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.


Rabu kemarin, dengan sentimen positif ini, sebanyak lima saham emiten memimpin aksi beli asing terbesar, yakni:

1. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dengan net buy asing Rp 170,86 miliar, dan harga saham naik 3,83% di level Rp 2.440/saham.

2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dengan catatan beli bersih asing Rp 149 miliar, harga saham naik tipis 0,72% di level Rp 31.325/saham.

3. PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dengan net buy asing Rp 63,15 miliar, harga saham naik 2,23% di level Rp 56.050/saham.

4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dengan net buy Rp 42,83 miliar, harga saham naik 0,47% di level Rp 4.250/saham.

5. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), net buy Rp 32,2 miliar, saham naik 0,65% di level Rp 11.675/saham. Total kelima saham ini diborong asing hingga Rp 458,04 miliar.


Hanya saja, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan, walau IHSG kembali ditutup menguat, pelaku pasar saham wajib berhati-hati dalam menghadapi perdagangan Kamis ini (31/10). Pasalnya, aura profit taking di pasar saham tanah air masih saja kental terasa.

Wajar jika hasrat pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungan di pasar saham begitu terasa dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, IHSG sudah membukukan apresiasi yang signifikan.

Pada bulan ini, IHSG sempat tercatat menguat hingga 10 hari beruntun yakni pada periode 11-24 Oktober. Dalam periode tersebut, IHSG menguat 5,25%.

Dalam periode tersebut, IHSG menguat seiring dengan optimisme terkait dengan pelantikan presiden dan pengumuman nama-nama menteri yang akan mendampingi presiden.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular