
The Fed Berpotensi Pangkas Bunga, Bursa Asia Malah Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini Rabu (30/10/2019), di zona merah. Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei turun 0,57%, indeks Shanghai jatuh 0,5%, indeks Hang Seng melemah 0,44%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,59%.
Bursa saham Benua Kuning melemah kala ada keyakinan yang besar bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada dini hari nanti waktu Indonesia (31/10/2019).
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 30 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada dini hari nanti berada di level 96,2%.
Di sepanjang tahun ini, The Fed telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli dan September. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 50 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.
Jika tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Prospek ditekennya kesepakatan dagang AS-China yang memudar menjadi faktor yang melandasi aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Melansir Reuters, seorang pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa ada kemungkinan kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara belum akan siap untuk diteken pada bulan depan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.
"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih.
"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.
![]() |
Pemberitaan Reuters kemudian menyebut bahwa permintaan Trump agar China membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah besar menjadi faktor yang mengganjal dalam negosiasi dagang kedua negara.
Untuk diketahui, sebelumnya AS menyebut bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan memasukkan komitmen dari Beijing untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar per tahun. Sebagai gantinya, AS setuju untuk membatalkan pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang sedianya akan dieksekusi pada pertengahan bulan ini.
Reuters melaporkan bahwa hingga kini AS masih terus berupaya untuk memaksa China memasukkan komitmen terkait pembelian produk agrikultur dalam jumlah besar di kesepakatan dagang tahap satu, sementara Beijing menolak dengan keras hal itu. Importir asal China disebut hanya ingin membeli produk agrikultur asal AS berdasarkan kondisi pasar.
Maklum jika pelaku pasar kecewa dengan meredupnya prospek terkait kesepakatan dagang AS-China. Pasalnya, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article The Fed Bikin 'Kaget', Bursa Saham Asia Berguguran
