Analisis Teknikal

PM Inggris Ingin Pemilu, Poundsterling Terdorong Melemah

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
29 October 2019 20:13
Mata uang Inggris yakni poundsterling jatuh ke level terendah dalam 10 hari terakhir pada US$ 1,28 terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: Proposal Brexit Ala Boris Johnson (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Inggris yakni poundsterling jatuh ke level terendah dalam 10 hari terakhir pada US$ 1,28 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), karena pelaku pasar menunggu upaya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang ingin mendorong pemilihan umum sebelum akhir tahun.

Johnson diperkirakan memaksa RUU melalui parlemen dengan menyerukan pemilihan umum yang rencananya dihelat pada 12 Desember. RUU baru tersebut hanya membutuhkan suara sebanyak 320 dari 650 kursi parlemen. Pound diperdagangkan pada US$ 1,2817 melawan dolar AS, mendekati level terendah sejak Kamis (17/10/2019).

Namun, analis Commerzbank Thu Lan Nguyen mengatakan bahwa pendekatan tanpa kompromi dari berbagai kubu di dalam parlemen akan menciptakan risiko penundaan Brexit secara konstan, yang dapat merusak poundsterling dalam jangka panjang.

Secara teknikal, pound bisa turun menguji US$ 1,275, harganya cenderung turun karena mulai bergerak di bawah nilai rata-ratanya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5).

Potensi penurunannya terbilang cukup terbuka, mengingat level jenuh jualnya (oversold) terbilang masih cukup jauh, menurut indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum pergerakan pada sebuah grafik.

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular