
Penjualan Stagnan per September, Laba Bersih LPPF Amblas 21%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 October 2019 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 20,67% secara year-on-year (YoY) pada 9 bulan pertama tahun ini atau Januari-September 2019 menjadi Rp 1,19 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,5 triliun.
Padahal pada periode yang sama, total penjualan perusahaan stabil dengan tumbuh positif 0,67% di level Rp 7,83 triliun dari sebelumnya Rp 7,78 triliun.
Selain itu, mengacu data siaran pers perseroan, manajemen menyebutkan bahwa per akhir September 2019, pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) LPPF tumbuh 0,5%.
Dengan kondisi itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa momok tertekannya performa laba bersih perusahaan disebabkan oleh peningkatan pada pos utama, di antaranya beban pokok penjualan dan beban usaha.
Beban pokok penjualan tercatat naik 6,6% secara tahunan ke level Rp 3,08 triliun dan beban usaha meningkat 7,12% YoY menjadi Rp 3,24 triliun. Beban usaha meningkat seiring dengan kenaikan biaya sewa, gaji dan kesejahteraan karyawan.
Tidak hanya itu, LPPF juga membukukan kerugian atas selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 219 juta, dari sebelumnya mencatatkan keuntungan selisih kurs Rp 775 juta.
Kinerja Kuartal III
Lebih lanjut, potret kinerja 9 bulan pertama tahun ini juga berkaitan dengan pencapaian bisnis di kuartal III-2019 atau Juli-September silam.
Mengacu laporan keuangan dan siaran pers, tercatat bahwa sepanjang kuartal III, total laba yang dikantongi perusahaan terperosok 83,73% secara tahunan, dari Rp 150,95 miliar menjadi Rp 24,55 miliar.
SSSG pada kuartal III tahun ini juga tercatat hanya sebesar 0,1% YoY, lebih rendah dari SSSG di kuartal III-2018 yang mencapai 3,6% YoY.
Alasan kurang ciamiknya kinerja laba kuartal kemarin juga sama, yakni karena pos beban yang kompak menguat secara signifikan di tengah pencapaian pendapatan yang relatif stagnan.
Pos beban pokok pendapatan dan beban usaha LPPF pada periode Juni-September 2019 masing-masing mencatatkan kenaikan 18,46% YoY dan 4,88% YoY. Selain itu, pos beban keuangan perusahaan bahkan tercatat melesat 173,12% YoY.
Alhasil pada sepanjang kuartal III-2019, LPPF harus pasrah membukukan margin bersih hanya 1,31%.
Oleh karena itu wajar saja pelaku pasar merespons dengan melepas saham perusahaan. Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (29/10/2019), harga saham perusahaan melemah 3,34% ke Rp 3.760/saham. Investor asing juga terlihat melego saham LPPF dengan mencatatkan aksi jual bersih mencapai Rp 24,11 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Waduh! Investasi Rp 100 juta di Saham LPPF, Boncos Rp 46 juta
Padahal pada periode yang sama, total penjualan perusahaan stabil dengan tumbuh positif 0,67% di level Rp 7,83 triliun dari sebelumnya Rp 7,78 triliun.
Selain itu, mengacu data siaran pers perseroan, manajemen menyebutkan bahwa per akhir September 2019, pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) LPPF tumbuh 0,5%.
Dengan kondisi itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa momok tertekannya performa laba bersih perusahaan disebabkan oleh peningkatan pada pos utama, di antaranya beban pokok penjualan dan beban usaha.
Beban pokok penjualan tercatat naik 6,6% secara tahunan ke level Rp 3,08 triliun dan beban usaha meningkat 7,12% YoY menjadi Rp 3,24 triliun. Beban usaha meningkat seiring dengan kenaikan biaya sewa, gaji dan kesejahteraan karyawan.
Tidak hanya itu, LPPF juga membukukan kerugian atas selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 219 juta, dari sebelumnya mencatatkan keuntungan selisih kurs Rp 775 juta.
Kinerja Kuartal III
Lebih lanjut, potret kinerja 9 bulan pertama tahun ini juga berkaitan dengan pencapaian bisnis di kuartal III-2019 atau Juli-September silam.
Mengacu laporan keuangan dan siaran pers, tercatat bahwa sepanjang kuartal III, total laba yang dikantongi perusahaan terperosok 83,73% secara tahunan, dari Rp 150,95 miliar menjadi Rp 24,55 miliar.
SSSG pada kuartal III tahun ini juga tercatat hanya sebesar 0,1% YoY, lebih rendah dari SSSG di kuartal III-2018 yang mencapai 3,6% YoY.
Alasan kurang ciamiknya kinerja laba kuartal kemarin juga sama, yakni karena pos beban yang kompak menguat secara signifikan di tengah pencapaian pendapatan yang relatif stagnan.
Pos beban pokok pendapatan dan beban usaha LPPF pada periode Juni-September 2019 masing-masing mencatatkan kenaikan 18,46% YoY dan 4,88% YoY. Selain itu, pos beban keuangan perusahaan bahkan tercatat melesat 173,12% YoY.
Alhasil pada sepanjang kuartal III-2019, LPPF harus pasrah membukukan margin bersih hanya 1,31%.
Oleh karena itu wajar saja pelaku pasar merespons dengan melepas saham perusahaan. Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (29/10/2019), harga saham perusahaan melemah 3,34% ke Rp 3.760/saham. Investor asing juga terlihat melego saham LPPF dengan mencatatkan aksi jual bersih mencapai Rp 24,11 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Waduh! Investasi Rp 100 juta di Saham LPPF, Boncos Rp 46 juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular