
Berani Beda, IHSG 3 Hari Hijau & Sendirian di Asia
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 October 2019 17:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Membuka perdagangan dengan penguatan terbatas 0,06% Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,51% ke level 6.158,17 indeks poin. Hal ini membuat bursa saham utama Indonesia mencatatkan reli 3 hari beruntun.
Saham-saham yang berkontribusi mendongkrak kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi termasuk PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (11,55%), PT Indosat Tbk/ISAT (7,24%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (7,14%), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (5,46%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (3,64%).
Performa IHSG bertolak belakang dengan bursa saham acuan di kawasan Asia yang cenderung melemah, di mana indeks Shanghai anjlok 0,56%, indeks Hang Seng melemah 0,07% dan indeks Straits Times terkoreksi 0,31%. Sementara itu, indeks Nikkei tercatat melesat hingga 1,87% dan indeks Kospi menguat terbatas 0,04%.
Pelaku pasar dunia global terus diselimuti kewaspadaan seiring dengan ketidakpastiaan yang meliputi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pasalnya, kemarin (14/10/2019), pihak Negeri Tiongkok dikabarkan belum setuju 100% pada hasil negosiasi perdagangan dengan AS, yang diklaim Presiden AS Donald Trump sebagai sebuah keberhasilan.
Sebagaimana dikutip dari Bloomberg, China masih menginginkan adanya putaran pembicaraan lanjutan, sebelum Presiden Xi Jinping menandatangani fase pertama kesepakatan.
Lebih lanjut, Bloomberg memberitakan sumber lainnya menyampaikan bahwa China juga ingin AS untuk membatalkan rencana kenaikan tarif pada 15 Desember mendatang.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pihaknya tidak akan ragu menaikkan tarif hingga 15% pada barang China di akhir tahun (15 Desember) jika tidak ada kesepakatan yang ditanda tangani.
"Saya memiliki ekspektasi bahwa jika tidak ada kesepakatan, maka tarif akan berlaku, tapi saya berharap kita akan mencapai kesepakatan" katanya saat diwawancarai CNBC International di acara Squax Box.
Meski demikian, ia mengatakan pihaknya dan China akan segera melakukan pembicaraan lanjutan minggu ini. Pembicaraan akan dilakukan via telepon.
Sebagai informasi, hasil perundingan pekan lalu pemerintahan Trump memang tidak memberikan putusan yang sama pada barang-barang yang akan kena tarif tambahan di Desember. Sebelumnya pada 15 Desember nanti, produk seperti ponsel, laptop, mainan dan pakaian asal China akan kena tarif tambahan hingga 15%.
Kesepakatan fase pertama hanya menyetujui penundaan pemberlakuan kenaikan tarif bea masuk produk China senilai US$ 250 miliar dari 25% menjadi 30%, yang seyogianya efektif per 15 Oktober.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
Saham-saham yang berkontribusi mendongkrak kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi termasuk PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (11,55%), PT Indosat Tbk/ISAT (7,24%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (7,14%), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (5,46%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (3,64%).
Performa IHSG bertolak belakang dengan bursa saham acuan di kawasan Asia yang cenderung melemah, di mana indeks Shanghai anjlok 0,56%, indeks Hang Seng melemah 0,07% dan indeks Straits Times terkoreksi 0,31%. Sementara itu, indeks Nikkei tercatat melesat hingga 1,87% dan indeks Kospi menguat terbatas 0,04%.
Pasalnya, kemarin (14/10/2019), pihak Negeri Tiongkok dikabarkan belum setuju 100% pada hasil negosiasi perdagangan dengan AS, yang diklaim Presiden AS Donald Trump sebagai sebuah keberhasilan.
Sebagaimana dikutip dari Bloomberg, China masih menginginkan adanya putaran pembicaraan lanjutan, sebelum Presiden Xi Jinping menandatangani fase pertama kesepakatan.
Lebih lanjut, Bloomberg memberitakan sumber lainnya menyampaikan bahwa China juga ingin AS untuk membatalkan rencana kenaikan tarif pada 15 Desember mendatang.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pihaknya tidak akan ragu menaikkan tarif hingga 15% pada barang China di akhir tahun (15 Desember) jika tidak ada kesepakatan yang ditanda tangani.
"Saya memiliki ekspektasi bahwa jika tidak ada kesepakatan, maka tarif akan berlaku, tapi saya berharap kita akan mencapai kesepakatan" katanya saat diwawancarai CNBC International di acara Squax Box.
Meski demikian, ia mengatakan pihaknya dan China akan segera melakukan pembicaraan lanjutan minggu ini. Pembicaraan akan dilakukan via telepon.
Sebagai informasi, hasil perundingan pekan lalu pemerintahan Trump memang tidak memberikan putusan yang sama pada barang-barang yang akan kena tarif tambahan di Desember. Sebelumnya pada 15 Desember nanti, produk seperti ponsel, laptop, mainan dan pakaian asal China akan kena tarif tambahan hingga 15%.
Kesepakatan fase pertama hanya menyetujui penundaan pemberlakuan kenaikan tarif bea masuk produk China senilai US$ 250 miliar dari 25% menjadi 30%, yang seyogianya efektif per 15 Oktober.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
Next Page
Neraca Dagang September Defisit
Pages
Most Popular