
Fitch Solutions: 2020, Suku Bunga Acuan BI Bisa di Level 4,5%
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 October 2019 14:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia diprediksi akan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) hingga 4,5% pada tahun depan untuk menghadapi prospek aktivitas ekonomi global yang melambat.
Hingga akhir tahun ini, suku bunga BI7DRR diprediksi masih akan ditahan Bank Indonesia pada level 5% di tengah inflasi yang diprediksi masih terkendali.
Sepanjang tahun ini, bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan 7DRRR empat kali, sekali pemangkasan dilakukan pekan lalu yang sesuai prediksi pelaku pasar. Mengacu catatan BI, pemangkasan suku bunga 4 kali sebanyak 100 basis poin (bps), yakni pada 18 Juli sebesar 5,75%, pada 22 Agustus 5,50%, lalu 19 September 5,25%, dan 24 Oktober lalu di level 5%.
Dalam riset Fitch Solution Macro Research yang dirilis, Selasa ini (29/10/19), Fitch Solutions Group menilai BI akan membiarkan dulu langkah pelonggaran moneter penurunan suku bunga itu berdampak pada perekonomian dalam 3-4 bulan, baru kemudian menurunkan lagi suku bunga acuan jika dinilai perlu. Langkah tersebut mengacu pada rekam jejak bank sentral tersebut.
Sebagai informasi, Fitch Solutions ini tergabung ke dalam Fitch Group tetapi berbeda dan bertindak independen serta tidak terkait dengan Fitch Ratings yang memiliki ranah pemeringkatan efek.
"Kami menilai tren [penurunan suku bunga] ini akan berlanjut dan BI baru akan kembali melonggarkan kebijakan pada paruh pertama 2020," ujar Fitch Solutions dalam riset tersebut.
Lembaga riset tersebut menilai BI sudah memiliki pandangan bahwa aktivitas ekonomi akan melambat dengan mengacu pada pertumbuhan kredit perbankan pada kuartal III-2019 melambat.
Faktor tersebut ditambah kecenderungan pelaku bisnis yang menahan memasukkan dana investasi langsung di Indonesia karena saat itu masih menunggu Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik kabinet barunya akhir pekan lalu.
Survei keyakinan bisnis dan konsumen BI, tulis riset Fitch Solutions, menunjukkan bahwa para responden memprediksi akan ada kenaikan aktivitas ekonomi pada kuartal IV-2019 yang dapat mendukung angka pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Data yang sama juga menunjukkan bahwa kondisi domestik pada 2020 akan membaik karena dukungan baik dari kebijakan moneter dan fiskal.
"Meskipun demikian, kami meyakini bahwa siklus kebijakan pelonggaran BI belum sepenuhnya terealisasi. Karena itu, kami menilai kondisi eksternal masih akan tetap belum menguntungkan dalam jangka waktu menengah yang dapat berdampak pada prospek perekonomian Indonesia."
Lebih lanjut, target pertumbuhan kredit bank sentral 10%-12% dalam jangka waktu menengah telah dihadapkan pada realitas pertumbuhan kredit yang hanya mampu dibukukan 9,4% YoY (year on year) pada Juni-Agustus.
Fitch Solutions juga meyakini inflasi masih akan stabil dan stabilitasnya akan masih mendukung langkah pelonggaran moneter Bank Indonesia.
Saat ini, BI dianggap masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk bermanuver. Inflasi harga konsumen masih tetap baik dan masih berada di dalam rentang target bank sentral 2,5%-4,5% pada 2019 dan 2%-4% pada 2020, serta dianggap masih tetap terkendali dalam jangka waktu menengah karena harga komoditas global masih belum berfluktuasi (soft).
Tim komoditas dari Fitch Solutions masih tetap netral terhadap harga komoditas beberapa waktu ke depan tetapi tetap menunjukkan adanya potensi risiko penurunan dalam prospek harganya ke depan.
Harga komoditas
Secara khusus, harga minyak mentah diprediksi akan berada pada kisaran US$ 62/barel pada 2020, turun dari US$ 64/barel pada 2019, yang dapat menjaga inflasi impor.
Sejauh ini, Fitch Solutions menilai pemangkasan suku bunga belum membuat rupiah tidak menarik di mata investor dan selisih (spread) suku bunga antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih membuat suku bunga 7DRRR masih tetap menarik.
"Kami menduga kondisi itu masih tetap terjadi beberapa bulan ke depan dan kami menilai inflasi harga konsumsi Indonesia masih akan terkendali. Kami memprediksi Federal Reserve akan memangkas suku bunganya 25 basis poin lagi hingga akhir 2019."
Penyesuaian prediksi kebijakan moneter tersebut diprediksi baru akan berubah jika terjadi aksi jual masif pada rupiah, yang bukanlah pandangan inti Fitch Solutions saat ini.
Rupiah juga diprediksi terkoreksi tipis pada 2020 karena valuasi yang mahal (over valuation), tetapi Bank Indonesia dinyakan masih memiliki beberapa instrumen yang dapat membatasi tekanan depresiasi. Selama beberapa tahun terakhir, Bank Indonesia menjalin perjanjian currency swap dengan Singapura, Korsel, Australia, China, dan Jepang.
Selain itu, cadangan devisa valas bank sentral juga masih terjaga di level yang aman yaitu pada US$ 124,3 miliar per akhir September, yang masih dapat menutup 7,2 bulan impor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Antara Turun dan Tetap, Apa Sih Sebenarnya Suku Bunga Acuan?
Hingga akhir tahun ini, suku bunga BI7DRR diprediksi masih akan ditahan Bank Indonesia pada level 5% di tengah inflasi yang diprediksi masih terkendali.
Sepanjang tahun ini, bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan 7DRRR empat kali, sekali pemangkasan dilakukan pekan lalu yang sesuai prediksi pelaku pasar. Mengacu catatan BI, pemangkasan suku bunga 4 kali sebanyak 100 basis poin (bps), yakni pada 18 Juli sebesar 5,75%, pada 22 Agustus 5,50%, lalu 19 September 5,25%, dan 24 Oktober lalu di level 5%.
Dalam riset Fitch Solution Macro Research yang dirilis, Selasa ini (29/10/19), Fitch Solutions Group menilai BI akan membiarkan dulu langkah pelonggaran moneter penurunan suku bunga itu berdampak pada perekonomian dalam 3-4 bulan, baru kemudian menurunkan lagi suku bunga acuan jika dinilai perlu. Langkah tersebut mengacu pada rekam jejak bank sentral tersebut.
Sebagai informasi, Fitch Solutions ini tergabung ke dalam Fitch Group tetapi berbeda dan bertindak independen serta tidak terkait dengan Fitch Ratings yang memiliki ranah pemeringkatan efek.
"Kami menilai tren [penurunan suku bunga] ini akan berlanjut dan BI baru akan kembali melonggarkan kebijakan pada paruh pertama 2020," ujar Fitch Solutions dalam riset tersebut.
Lembaga riset tersebut menilai BI sudah memiliki pandangan bahwa aktivitas ekonomi akan melambat dengan mengacu pada pertumbuhan kredit perbankan pada kuartal III-2019 melambat.
Faktor tersebut ditambah kecenderungan pelaku bisnis yang menahan memasukkan dana investasi langsung di Indonesia karena saat itu masih menunggu Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik kabinet barunya akhir pekan lalu.
Survei keyakinan bisnis dan konsumen BI, tulis riset Fitch Solutions, menunjukkan bahwa para responden memprediksi akan ada kenaikan aktivitas ekonomi pada kuartal IV-2019 yang dapat mendukung angka pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Data yang sama juga menunjukkan bahwa kondisi domestik pada 2020 akan membaik karena dukungan baik dari kebijakan moneter dan fiskal.
"Meskipun demikian, kami meyakini bahwa siklus kebijakan pelonggaran BI belum sepenuhnya terealisasi. Karena itu, kami menilai kondisi eksternal masih akan tetap belum menguntungkan dalam jangka waktu menengah yang dapat berdampak pada prospek perekonomian Indonesia."
Lebih lanjut, target pertumbuhan kredit bank sentral 10%-12% dalam jangka waktu menengah telah dihadapkan pada realitas pertumbuhan kredit yang hanya mampu dibukukan 9,4% YoY (year on year) pada Juni-Agustus.
Fitch Solutions juga meyakini inflasi masih akan stabil dan stabilitasnya akan masih mendukung langkah pelonggaran moneter Bank Indonesia.
Saat ini, BI dianggap masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk bermanuver. Inflasi harga konsumen masih tetap baik dan masih berada di dalam rentang target bank sentral 2,5%-4,5% pada 2019 dan 2%-4% pada 2020, serta dianggap masih tetap terkendali dalam jangka waktu menengah karena harga komoditas global masih belum berfluktuasi (soft).
Tim komoditas dari Fitch Solutions masih tetap netral terhadap harga komoditas beberapa waktu ke depan tetapi tetap menunjukkan adanya potensi risiko penurunan dalam prospek harganya ke depan.
Harga komoditas
Secara khusus, harga minyak mentah diprediksi akan berada pada kisaran US$ 62/barel pada 2020, turun dari US$ 64/barel pada 2019, yang dapat menjaga inflasi impor.
Sejauh ini, Fitch Solutions menilai pemangkasan suku bunga belum membuat rupiah tidak menarik di mata investor dan selisih (spread) suku bunga antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih membuat suku bunga 7DRRR masih tetap menarik.
![]() |
Penyesuaian prediksi kebijakan moneter tersebut diprediksi baru akan berubah jika terjadi aksi jual masif pada rupiah, yang bukanlah pandangan inti Fitch Solutions saat ini.
Rupiah juga diprediksi terkoreksi tipis pada 2020 karena valuasi yang mahal (over valuation), tetapi Bank Indonesia dinyakan masih memiliki beberapa instrumen yang dapat membatasi tekanan depresiasi. Selama beberapa tahun terakhir, Bank Indonesia menjalin perjanjian currency swap dengan Singapura, Korsel, Australia, China, dan Jepang.
Selain itu, cadangan devisa valas bank sentral juga masih terjaga di level yang aman yaitu pada US$ 124,3 miliar per akhir September, yang masih dapat menutup 7,2 bulan impor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Antara Turun dan Tetap, Apa Sih Sebenarnya Suku Bunga Acuan?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular