Analisis

Rupiah "Galau" Tapi Masih berpeluang Tembus Rp 14.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 October 2019 12:41
Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah "galau" antara menguat atau melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (29/10/19). Pelaku pasar masih wait and see, mengingat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan suku bunga di pekan ini.

Rupiah membuka perdagangan di level dengan stagnan di level Rp 14.020/US$, kemudian menguat ke 0,04% ke Rp 14.015/US$. Tidak lama, Mata Uang Garuda balik melemah 0,07% ke Rp 14.030/US$.

Berada dekat Rp 14.000/US$, rupiah tentunya perlu tenaga yang lebih besar untuk melawati level psikologis tersebut.

Tingginya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed di pekan ini belum cukup menjadi "bensin" bagi rupiah untuk terus melaju. Hal ini tidak lepas dari kemungkinan setelah pekan ini, bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut tidak akan memangkas suku bunga lagi dalam waktu yang cukup lama.



Berdasarkan data piranti FedWatch milik CME Group, sejak pekan lalu hingga hari ini pelaku pasar melihat probabilitas di atas 90% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).

Sementara itu, bank investasi ternama, Goldman Sachs, juga meyakini The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps di pekan ini, tetapi juga memprediksi Powell akan menyatakan pemangkasan kali ini menjadi yang terakhir, dan suku bunga akan ditahan dalam beberapa waktu ke depan.

Kemungkinan tidak agresifnya The Fed memangkas suku bunga tentunya bisa membuat dolar AS kembali menguat, apalagi kesepakatan dagang antara AS dengan China kemungkinan akan ditandatangani dalam waktu dekat.



Senin kemarin, Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representatives/USTR) mengatakan pemerintah berencana untuk memperpanjang penundaan pengenaan bea impor terhadap beberapa produk dari China dengan total nilai US$ 34 miliar.

Sementara itu pada pekan lalu dalam keterangan tertulis, USTR mengatakan AS-China sudah semakin dekat dengan kesepakatan dagang fase I.

"Kedua pihak sudah dekat untuk menyepakati beberapa hal dalam perjanjian. Diskusi tingkat wakil menteri akan terus berlangsung, dan kedua negara akan mengadakan pembicaraan melalui sambungan telepon dalam waktu dekat," ungkap keterangan tertulis itu.

Tidak hanya AS, pihak China pun memberi konfirmasi bahwa diskusi berjalan mulus. Keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China menyebutkan, pembahasan teknis mengenai sejumlah isu bisa dibilang sudah kelar. Salah satu isu yang dibahas adalah soal sektor pertanian.

Dengan ditandatanganinya kesepakatan dagang, perekonomian AS diharapkan bisa bangkit, dan The Fed kemungkinan tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga. Dolar AS pun bisa menguat.

Tetapi di sisi lain, kesepakatan dagang AS-China tentunya akan berdampak pada membaiknya sentimen terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar. Di kala risk appetite meningkat, rupiah juga mendapat rejeki.

Sehingga pergerakan rupiah melawan dolar AS naik turun pada hari ini.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Grafik: Rupoah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20/rerata 20 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai masuk ke zona negatif, begitu juga dengan histogram yang masuk ke zona negatif. Indikator ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.

Foto: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak turun dan masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).

Rupiah kini kembali bergerak di bawah Rp 14.035/US$ yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tidak menembus ke atas level tersebut, rupiah berpeluang menguat dan menguji level psikologis Rp 14.000/troy ons.

Jika level psikologis ditembus, rupiah berpotensi menguar ke Rp 13.980/US$. 

Sementara jika level 14.035/US$ ditembus, rupiah bisa jadi akan melemah kembali menuju Rp 14.070/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular