
Meski Asing Profit Taking Rp 315 M, IHSG Tetap Ditutup Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 October 2019 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (28/10/2019), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,07% ke level 6.256,79. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut adalah sebesar 0,02% ke level 6.253,8. Namun pada tengah perdagangan sesi 2, IHSG mulai memerah, kendati per akhir sesi dua, IHSG mampu berbalik arah dan menguat sebesar 0,21% ke level 6.265,38.
Data perdagangan mencatat, saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+1,47%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+2,41%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,81%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+3,39%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,69%).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau: indeks Nikkei terapresiasi 0,3%, indeks Shanghai menguat 0,85%, indeks Hang Seng naik 0,84%, dan indeks Kospi bertambah 0,27%.
Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Singapura diliburkan guna memperingati Diwali.
Kehadiran asa damai dagang AS-China sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Jumat waktu setempat (25/10/2019, Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan bahwa AS dan China telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara, seperti dilansir dari CNBC International.
Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan perkembangan tersebut pasca Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin melakukan pembicaraan via sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
"Mereka membuat kemajuan dalam beberapa isu dan kedua pihak telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan," demikian dilaporkan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS.
"Perbincangan akan berlanjut di level deputi, dan para negosiator tingkat tinggi akan kembali berbincang melalui sambungan telepon dalam waktu dekat."
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.
"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih.
"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.
Untuk diketahui, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.
Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.
Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.
Mengingat posisi AS dan China selaku dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentu laju perekonomian kedua negara yang relatif kencang akan membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dunia.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Suku Bunga Acuan Dipangkas (Lagi) Dari dalam negeri, sentimen positif bagi pasar saham tanah air datang dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Pada hari Rabu pekan lalu (23/10/2019), RDG BI untuk periode Oktober 2019 dimulai dan berakhir pada hari Kamis (24/10/2019), diikuti oleh pengumuman tingkat suku bunga acuan.
Dalam konferensi pers yang digelar pasca RDG selesai digelar, BI kembali memutuskan untuk menyuntikkan stimulus bagi perekonomian Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.
Untuk diketahui, pemangkasan tingkat suku bunga pada pekan lalu menandai pemangkas tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun. Jika ditotal, suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps dalam empat bulan terakhir.
Keputusan tersebut sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5%. Keputusan tersebut juga sesuai dengan analisis dari Tim Riset CNBC Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas oleh BI, yakni sebesar 25 bps.
Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Untuk diketahui, pada awal Agustus Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal II-2019.
Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07% YoY. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.
Bahkan, saat ini perekonomian Indonesia dikhawatirkan akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh lembaga keuangan besar berbendera asing.
Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Dengan dipangkas kembalinya tingkat suku bunga acuan oleh BI, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Merespons potensi melorotnya pertumbuhan ekonomi ke bawah level 5%, BI mengungkapkan optimisme bahwa hal itu tidak akan terjadi.
"Secara keseluruhan kami melihat perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 akan cenderung berada di bawah titik tengah 5%-5,4%. Titik tengah [berada di level] 5,2% maka [pertumbuhan ekonomi] akan cenderung di bawah 5,2%, saya pernah katakan di sekitaran 5,1%," kata Perry menjawab pertanyaan wartawan.
Untuk periode kuartal III-2019, BI memproyeksikan perekonomian tumbuh di kisaran 5,05% secara tahunan.
"Sekali lagi dari mana 5,05% karena konsumsi masih bagus, khususnya konsumsi rumah tangga memang masih bergerak sekitar 5%," tegasnya.
"Masalahnya di triwulan tiga dan empat enggak ada lagi pengeluaran terkait pemilu, di triwulan satu dan dua tinggi dan menopang di atas 5%. Dengan tidak adanya [sumbangan dari pos] Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) maka konsumsi rumah tangga berasal dari income, dari golongan menengah," terang Perry.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Aura Profit Taking Terasa Sejatinya, IHSG nyaris ditutup di zona merah pada hari ini. Di sepanjang sesi dua, IHSG cenderung ditransaksikan di zona merah. Barulah pada menit-menit akhir IHSG melonjak hingga ditutup di zona hijau. Aura profit taking kental terasa pada hari ini.
Apresiasi yang sudah begitu signifikan yang dibukukan oleh IHSG membuat pelaku pasar tergiur untuk melakukan aksi ambil untung. Sepanjang bulan Oktober (hingga penutupan perdagangan hari ini), IHSG sudah membukukan penguatan sebesar 1,56% (dihitung dari akhir September).
Bahkan, IHSG sempat tercatat menguat hingga 10 hari beruntun yakni pada periode 11-24 Oktober. Dalam periode tersebut, IHSG menguat 5,25%.
Dalam periode tersebut, IHSG menguat seiring dengan optimisme terkait dengan pelantikan presiden dan pengumuman nama-nama menteri yang akan mendampingi presiden.
Pada hari Minggu (20/10/2019), Joko Widodo (Jokowi) resmi dilantik dan menjalani periode duanya sebagai presiden, ditemani wakilnya yang baru yakni Ma’ruf Amin. Pada hari Rabu (23/10/2019), Jokowi secara resmi memperkenalkan deretan menteri yang akan menghiasi kabinet barunya. Kabinet di periode dua pemerintahan Jokowi diberi nama Kabinet Indonesia Maju.
Di kabinet periode dua Jokowi, terdapat beberapa nama profesional seperti Pendiri Gojek Nadiem Makarin, CEO NET Wishnutama, serta Pendiri Mahaka Group Erick Thohir. Nadiem didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, dan Wishnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Di sisi lain, nama-nama lama yang memiliki rekam jejak oke di periode satu pemerintahan Jokowi masih dipertahankan, Sri Mulyani misalnya. Sri Mulyani akan kembali menjabat sebagai menteri keuangan di periode dua Jokowi.
Selain Sri Mulyani, Basuki Hadimuljono selaku menteri PUPR di periode satu Jokowi juga kembali dipercaya untuk memegang posisi yang sama di periode dua.
Sejatinya, hawa-hawa bahwa pelaku pasar akan mulai mencairkan keuntungan yang sudah diraup sudah mulai terasa pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (25/10/2019). Kala itu, IHSG ambruk hingga 1,38%.
Melihat aura profit taking yang masih terasa pada perdagangan hari ini, terlepas dari IHSG yang ditutup menguat, patut diwaspadai bahwa IHSG masih akan tertekan pada perdagangan esok hari (29/10/2019).
Hanya saja asing keluar Rp 315,10 miliar di semua pasar, terdiri dari pasar reguler Rp 159,14 miliar dan pasar nego tunai Rp 155,97 miliar. Aksi beli yang dilakukan investor domestik cukup menyelamatkan IHSG hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,07% ke level 6.256,79. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut adalah sebesar 0,02% ke level 6.253,8. Namun pada tengah perdagangan sesi 2, IHSG mulai memerah, kendati per akhir sesi dua, IHSG mampu berbalik arah dan menguat sebesar 0,21% ke level 6.265,38.
Data perdagangan mencatat, saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+1,47%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+2,41%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,81%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+3,39%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,69%).
Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Singapura diliburkan guna memperingati Diwali.
Kehadiran asa damai dagang AS-China sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Jumat waktu setempat (25/10/2019, Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan bahwa AS dan China telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara, seperti dilansir dari CNBC International.
Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan perkembangan tersebut pasca Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin melakukan pembicaraan via sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
"Mereka membuat kemajuan dalam beberapa isu dan kedua pihak telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan," demikian dilaporkan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS.
"Perbincangan akan berlanjut di level deputi, dan para negosiator tingkat tinggi akan kembali berbincang melalui sambungan telepon dalam waktu dekat."
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.
"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih.
"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.
Untuk diketahui, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.
Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.
Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.
Mengingat posisi AS dan China selaku dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentu laju perekonomian kedua negara yang relatif kencang akan membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dunia.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Suku Bunga Acuan Dipangkas (Lagi) Dari dalam negeri, sentimen positif bagi pasar saham tanah air datang dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Pada hari Rabu pekan lalu (23/10/2019), RDG BI untuk periode Oktober 2019 dimulai dan berakhir pada hari Kamis (24/10/2019), diikuti oleh pengumuman tingkat suku bunga acuan.
Dalam konferensi pers yang digelar pasca RDG selesai digelar, BI kembali memutuskan untuk menyuntikkan stimulus bagi perekonomian Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.
Untuk diketahui, pemangkasan tingkat suku bunga pada pekan lalu menandai pemangkas tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun. Jika ditotal, suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps dalam empat bulan terakhir.
Keputusan tersebut sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5%. Keputusan tersebut juga sesuai dengan analisis dari Tim Riset CNBC Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas oleh BI, yakni sebesar 25 bps.
Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Untuk diketahui, pada awal Agustus Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal II-2019.
Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07% YoY. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.
Bahkan, saat ini perekonomian Indonesia dikhawatirkan akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh lembaga keuangan besar berbendera asing.
Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Dengan dipangkas kembalinya tingkat suku bunga acuan oleh BI, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Merespons potensi melorotnya pertumbuhan ekonomi ke bawah level 5%, BI mengungkapkan optimisme bahwa hal itu tidak akan terjadi.
"Secara keseluruhan kami melihat perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 akan cenderung berada di bawah titik tengah 5%-5,4%. Titik tengah [berada di level] 5,2% maka [pertumbuhan ekonomi] akan cenderung di bawah 5,2%, saya pernah katakan di sekitaran 5,1%," kata Perry menjawab pertanyaan wartawan.
Untuk periode kuartal III-2019, BI memproyeksikan perekonomian tumbuh di kisaran 5,05% secara tahunan.
"Sekali lagi dari mana 5,05% karena konsumsi masih bagus, khususnya konsumsi rumah tangga memang masih bergerak sekitar 5%," tegasnya.
"Masalahnya di triwulan tiga dan empat enggak ada lagi pengeluaran terkait pemilu, di triwulan satu dan dua tinggi dan menopang di atas 5%. Dengan tidak adanya [sumbangan dari pos] Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) maka konsumsi rumah tangga berasal dari income, dari golongan menengah," terang Perry.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Aura Profit Taking Terasa Sejatinya, IHSG nyaris ditutup di zona merah pada hari ini. Di sepanjang sesi dua, IHSG cenderung ditransaksikan di zona merah. Barulah pada menit-menit akhir IHSG melonjak hingga ditutup di zona hijau. Aura profit taking kental terasa pada hari ini.
Apresiasi yang sudah begitu signifikan yang dibukukan oleh IHSG membuat pelaku pasar tergiur untuk melakukan aksi ambil untung. Sepanjang bulan Oktober (hingga penutupan perdagangan hari ini), IHSG sudah membukukan penguatan sebesar 1,56% (dihitung dari akhir September).
Bahkan, IHSG sempat tercatat menguat hingga 10 hari beruntun yakni pada periode 11-24 Oktober. Dalam periode tersebut, IHSG menguat 5,25%.
Dalam periode tersebut, IHSG menguat seiring dengan optimisme terkait dengan pelantikan presiden dan pengumuman nama-nama menteri yang akan mendampingi presiden.
Pada hari Minggu (20/10/2019), Joko Widodo (Jokowi) resmi dilantik dan menjalani periode duanya sebagai presiden, ditemani wakilnya yang baru yakni Ma’ruf Amin. Pada hari Rabu (23/10/2019), Jokowi secara resmi memperkenalkan deretan menteri yang akan menghiasi kabinet barunya. Kabinet di periode dua pemerintahan Jokowi diberi nama Kabinet Indonesia Maju.
Di kabinet periode dua Jokowi, terdapat beberapa nama profesional seperti Pendiri Gojek Nadiem Makarin, CEO NET Wishnutama, serta Pendiri Mahaka Group Erick Thohir. Nadiem didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, dan Wishnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Di sisi lain, nama-nama lama yang memiliki rekam jejak oke di periode satu pemerintahan Jokowi masih dipertahankan, Sri Mulyani misalnya. Sri Mulyani akan kembali menjabat sebagai menteri keuangan di periode dua Jokowi.
Selain Sri Mulyani, Basuki Hadimuljono selaku menteri PUPR di periode satu Jokowi juga kembali dipercaya untuk memegang posisi yang sama di periode dua.
Sejatinya, hawa-hawa bahwa pelaku pasar akan mulai mencairkan keuntungan yang sudah diraup sudah mulai terasa pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (25/10/2019). Kala itu, IHSG ambruk hingga 1,38%.
Melihat aura profit taking yang masih terasa pada perdagangan hari ini, terlepas dari IHSG yang ditutup menguat, patut diwaspadai bahwa IHSG masih akan tertekan pada perdagangan esok hari (29/10/2019).
Hanya saja asing keluar Rp 315,10 miliar di semua pasar, terdiri dari pasar reguler Rp 159,14 miliar dan pasar nego tunai Rp 155,97 miliar. Aksi beli yang dilakukan investor domestik cukup menyelamatkan IHSG hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular