Internasional

Saat Perang Dagang Jadi Boomerang Bagi Ekonomi AS dan China

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
28 October 2019 07:31
Saat Perang Dagang Jadi Boomerang Bagi Ekonomi AS dan China
Jakarta, CNBC IndonesiaPerang dagang yang terjadi antara AS dan China memang tengah memasuki masa tenang. Bahkan kedua negara kini dikabarkan sudah menyelesaikan sebagian dari fase satu kesepakatan dagang, yang rencananya akan ditandatangani November nanti.

Meskipun kini ketegangan Washington dan Beijing sedikit mereda, efek perang dagang sebenarnya sudah terasa. Bukan hanya bagi perekonomian global, tapi juga berimbas pada perekonomian AS dan China sendiri.


BERLANJUT KE HAL 2>>>>

Ekonomi AS sendiri misalnya, mengalami pelemahan signifikan. Pesanan baru di sektor manufaktur yang menjadi kunci ekonomi investasi bisnis, turun lebih dari yang diprediksi pada September.

Dari data Departemen Perdagangan, pesanan barang modal non-perdagangan turun 0,5%. Pesanan sejumlah barang, belum termasuk pesawat, seperti transportasi, kendaraan bermotor dan komponenenya serta komputer dan produk elektronik.

Padahal ini menjadi tolak ukur rencana belanja bisnis yang akan datang. Data pesanan Agustus juga direvisi turun ke 0,6% dari yang dilaporkan sebelumnya 0,4%.

"Data-data ini volatile (mudah berubah), tapi melalui volatilitas, tren-nya memang signifikan turun," kata Ekonom High Frequency Economics AS Jim O'Sullivan sebagaimana dilansir dari Reuters.

Sementara itu, pesanan barang modal intik naik 1% secara tahunan. Namun pengiriman barang turun 0,7% di September lalu.

Pengiriman barang modal inti menjadi salah satu indikator untuk menghitung pengeluaran peralatan guna menghitung PDB pemerintah.

Sebelumnya, bank sentral AS, The Federal Reserve telah memangkas suku bunga dua kali pada tahun ini. Investor-pun menunggu pemangkasan lainnya yang mungkin akan dilakukan saat Dewan Gubernur The Fed (FOMC).

Keyakinan investor bertambah seiring perlambatan ekonomi global. The Fed sendiri akan melakukan pertemuan guna menentukan suku bunga 29-30 Oktober nanti.

Apalagi sektor manufaktur yang memiliki porsi sekitar 11% dalam ekonomi AS kini tengah terseok-seok. Perang dagang menyebabkan hal ini, di mana ketegangan merusak kepercayaan dan investasi bisnis serta ketidakpastian prospek ke depan.



BERLANJUT KE HAL 3>>>> Laba industri di China turun di September 2019. Penurunan terjadi seiring dengan menurunnya harga jual ke produsen akibat ekonomi yang melambat karena perang dagang yang berlarut-larut antara AS dan China.

Dari data Badan Statistik Nasional (NBS), keuntungan industri turun 5,3% menjadi 575,6 miliar yuan (US$ 81,48 miliar) jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2018 lalu (YoY). Atau turun 2% jika dibandingkan dengan data Agustus.

Perang dagang telah memberi tekanan pada sektor industri di negara tirai bambu ini. Bukan hanya ketidakstabilan, tarif yang tidak wajar juga membebani industri.

Beijing pun telah melakukan sejumlah langkah stimulus untuk menekan efek buruk ini. Jebloknya laba industri ini merupakan yang terburuk sejak 2015 lalu.

Meskipun laba perusahaan turun, ditegaskan NBS, sektor manufaktur mencatat sedikit perbaikan. Di mana kinerja pabrik dan produk industri tumbuh lebih baik dari perkiraan.

Tapi sayangnya, harga jual ke produsen menjadi barometer utama tingkat profitabilitas perusahaan turun. Penurunan bahkan terjadi tiga tahun terakhir akibat pertumbuhan ekonomi China yang turun ke level terendah, selama 30 tahun terakhir di kuartal III ini.

Jika diakumulasi dari Januari hingga September 2019, laba perusahaan industri China turun 2,1% (YoY). Laba BUMN turun 9,6%, sementara swasta naik 5,4%.

Keuntungan sektor migas, batu bara dan pemrosesan bahan bakar lainnya turun 53,5% dalam 9 bulan terakhir. Industri pengolahan besi juga turun 41,8%.

Keuntungan manufaktur mobil juga turun 16,6%. Sementara tekstil juga turun 4,3%.

Pertumbuhan China diprediksi hanya akan dikisaran 6,2% pada tahun ini. Sementara di 2020, ekonomi China diprediksi hanya tumbuh 5,9%.

PDB China di Q3 ini tercatat hanya 6,0% (YoY). Pemerintah China juga sempat menyebutkan tahun ini ekonomi negara itu bakal sangat sulit.

[Gambas:Video CNBC]






Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular