Mantap! Rupiah Menguat, Saatnya Bilang Happy Weekend

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 October 2019 14:29
Nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat 0,31% minggu ini (21-25 Oktober 2019) secara point to point.
Foto: Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang Sang Garuda terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,31% minggu ini (21-25 Oktober 2019) secara point to point.

Beberapa mata uang kawasan benua Asia lainnya yang menguat yaitu Yuan (0,14%), Dolar Hong Kong 0,07%, serta Rupee (0,16%). Penguatan di hitung secara point to point.


Penguatan rupiah dipicu oleh beberapa sentimen mulai dari euforia kabinet baru Jokowi jilid 2 alias kabinet Indonesia Maju hingga Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang kembali memutuskan memangkas bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) menjadi 5%.

Pelantikan kabinet Indonesia Maju diawali dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober. Kemudian dilanjutkan dengan melantik 38 menteri dan pejabat setingkat menteri pada hari Rabu (23/10).

Kursi menteri diisi oleh berbagai kalangan baik dari segi politisi, pebisnis hingga profesional. Nama pebisnis tersohor seperti Erick Thohir (pendiri Mahaka Group), Nadiem Makarim (pendiri dan Ex-CEO Go-Jek) serta Wishnutama (pendiri NET TV) juga memberikan kesan tersendiri.


Pelaku pasar menyambut pelantikan kabinet tersebut dengan euforia. Selain kabar pelantikan, penurunan suku bunga acuan BI juga turut jadi sentimen yang menggerakkan rupiah pekan ini.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).

"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.

Sementara itu, sentimen global yang juga mempengaruhi pergerakan rupiah pekan ini adalah data ekonomi AS yang buruk.

Kamis malam Departemen Perdagangan AS melaporkan pada pesanan barang tahan lama AS turun 1,1% di bulan September secara month-on-month (MoM). Sementara, pesanan barang tahan lama inti (tak memasukkan sektor transportasi) turun 0,3% MoM. Penurunan tersebut lebih buruk dari prediksi Forex Factory masing-masing pada 0,5% dan 0,2%.

Buruknya data tersebut memberikan gambaran ekonomi AS yang sedang melambat, dan peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga di akhir bulan ini semakin menguat. Dolar menjadi tertekan, dan rupiah memiliki peluang menguat lagi.



Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 93,5% bank sentral AS The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).

Akibat besarnya peluang suku bunga dipangkas lagi, dolar menjadi tertekan, dan rupiah berhasil mencatat penguatan dan happy weekend. 

[Gambas:Video CNBC]



TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular