Round Up Sepekan

Garuda di Dadaku! Rupiah Menguat Selama Sepekan Nih..

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 September 2020 09:17
Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini rupiah bertahan di jalur hijau, atau membalik posisi sepekan sebelumnya yang melemah. Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan menjadi "stimulus" penguatan Mata Uang Garuda.

Berbeda dari pekan lalu di mana rupiah melemah 0,81% atau 40 poin ke Rp 14.860 per dolar Amerika Serikat (AS), pekan ini Mata Uang Garuda bangkit dengan mencatatkan penguatan sebesar 0,87% secara mingguan ke level Rp 14.730 per dolar AS.

Secara umum, apresiasi rupiah terjadi secara konsisten, dengan hanya mengalami pergerakan menyamping pada Senin. Penguatan terbesar terjadi pada Jumat, setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4%.

Ketika suku bunga ditahan, imbal hasil (yield) aset investasi Indonesia pun membagikan keuntungan lebih tinggi dari negara lain sehingga investor global masuk dan menukarkan dolar mereka ke rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya mempertahankan suku bunga acuan pada September ini dengan mempertimbangkan berbagai hal mulai dari inflasi hingga sistem keuangan baik di domestik maupun global.

"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah," ujar Perry melalui konferensi pers virtual, pada Kamis (17/9/2020).

Meski sedang menguat, sentimen investor asing malah berbalik. Survei 2 mingguan terbaru yang dirilis Reuters menunjukkan investor kembali mengambil posisi jual (short) terhadap rupiah, setelah mengambil posisi beli (long) pada survei sebelumnya.

Dengan kata lain, posisi beli-yang merupakan pertama setelah posisi jual pada 4 survei beruntun-bakal segera berakhir. Investor cenderung menghitung ulang dampak kebijakan moneter tersebut dalam jangka panjang, di mana Indonesia yang dibayangi resesi sedang memerlukan suntikan stimulus ekstra, salah satunya dari suku bunga yang rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Gagal Tembus ke Level Psikologis Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular