Analisis Teknikal

Usai Tembus Rekor Tertinggi, ke Mana Arah Saham BBCA?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 October 2019 14:49
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham BBCA dalam sepekan terakhir naik 1,7%
Foto: PT Bank Central Asia Tbk. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5% berdampak positif pada saham-saham perbankan, termasuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham BBCA dalam sepekan terakhir naik 1,7%, bahkan harganya sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all time high) pada harga Rp 31.625/saham, Jumat ini (25/10/2019).

Sejak awal tahun hingga saat ini atau year to date, harga saham bank milik Grup Djarum ini sudah melambung 20,58%, yang diikuti oleh aksi beli investor asing (net buy) di pasar reguler yang mencapai Rp 2,20 triliun.


Hingga penutupan sesi I hari ini, BBCA mengalami penurunan 175 poin atau melemah 0,56% pada Rp 31.325/saham akibat aksi ambil untung (profit taking) para pelaku pasar. Pada pukul 14.41 WIB, saham BBCA berada di level Rp 31.325/saham, turun 0,56%.

Namun, secara teknikal saham BBCA sebenarnya sedang dalam tren naik dalam jangka pendek, karena posisinya yang masih bergerak di atas rata-rata harganya dalam 5 hari terakhir (moving average/MA5).

Ada potensi saham tersebut menguji level harga psikologis harga pada Rp 32.000/saham setidaknya selama September.

Hal ini diperkuat indikator teknikal Moving Average Convergence/Divergence (MACD) yang bergerak pada wilayah positif dan membentuk pola persilangan naik (golden cross).

Sumber: Refinitiv


Sentimen positif bagi bank yang dulunya mayoritas dipegang Grup Salim tersebut didapat dari penurunan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral, turunnya suku bunga akan membuat biaya dana (cost of fund) sebuah bank menjadi lebih rendah.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (25/10/2019) kemarin, diputuskan penurunan suku bunga BI 7 Day RR sebesar 25 basis poin menjadi 5% dalam.

"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(yam/tas) Next Article Cek nih! Target Harga Terbaru BBCA Usai Cetak Laba Rp 14,5 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular