
Suku Bunga Acuan Diprediksi Turun, Pasar SUN Lanjut Ngetril!

Penguatan terjadi menjelang penentuan suku bunga acuan BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI-7DRRR) sebagai bagian dari kebijakan moneter bank sentral yang akan diumumkan nanti siang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Selain itu, pasar obligasi masih menerima arus dana yang kencang dari investor global yang kembali menorehkan rekor tertinggi kepemilikannya pada surat utang negara (SUN).
Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 7,04%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penurunan suku bunga acuan dapat berdampak pada penurunan yield pada obligasi yang sudah beredar di pasar sekunder karena ekspektasi kupon efek utang penerbitan baru akan lebih rendah daripada sebelumnya.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Okt'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 23 Okt'19 (%) | Yield 24 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 23 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.558 | 6.529 | -2.90 | 6.5113 |
FR0078 | 10 tahun | 7.084 | 7.045 | -3.90 | 7.0522 |
FR0068 | 15 tahun | 7.523 | 7.501 | -2.20 | 7.4999 |
FR0079 | 20 tahun | 7.763 | 7.74 | -2.30 | 7.7387 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, menyempit dari posisi kemarin532 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps hingga 1,76% dari posisi kemarin 1,75%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 3 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-5 tahun, 3 bulan-10 tahun, dan 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 2 Okt'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 23 Okt'19 (%) | Yield 24 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.659 | 1.659 | 3 bulan-5 tahun | 7.7 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.582 | 1.58 | 2 tahun-5 tahun | -0.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.58 | 1.583 | 3 tahun-5 tahun | 0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.581 | 1.582 | 3 bulan-10 tahun | -10.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.759 | 1.761 | 2 tahun-10 tahun | -18.1 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.039,55 triliun SBN, atau 38,88% dari total beredar Rp 2.673 triliun berdasarkan data per 21 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 146,3 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 900 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 10,16 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,79% sedangkan rupiah di pasar valas kembali ke level yang sama dengan kemarin setelah sempat menguat tadi pagi.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas harganya masih terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara-negara itu turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas dan aset-aset yang lebih berisiko lain.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 23 Okt'19 (%) | Yield 24 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.6 | 6.57 | -3.00 |
China | 3.234 | 3.237 | 0.30 |
Jerman | -0.397 | -0.388 | 0.90 |
Prancis | -0.095 | -0.087 | 0.80 |
Inggris | 0.686 | 0.679 | -0.70 |
India | 6.679 | 6.691 | 1.20 |
Jepang | -0.138 | -0.134 | 0.40 |
Malaysia | 3.425 | 3.427 | 0.20 |
Filipina | 4.614 | 4.626 | 1.20 |
Rusia | 6.44 | 6.5 | 6.00 |
Singapura | 1.695 | 1.681 | -1.40 |
Thailand | 1.585 | 1.56 | -2.50 |
Amerika Serikat | 1.759 | 1.761 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.195 | 8.205 | 1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?