
Tekan NPL, Bank BRI Soroti Kredit Industri Semen & Tekstil!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank beraset terbesar di Indonesia, menegaskan alasan terjadi kenaikan tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) khususnya untuk konsolidasi pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 dikarenakan adanya kendala di nasabah segmen korporasi.
"NPL kita naik terutama yang konsolidasi. Penyebabnya adalah nasabah-nasabah di segmen korporasi, beberapa sektor industri yang kira-kira kita nilai menghadapi masalah di industri kita tetapkan sebagai NPL," kata Direktur Utama Bank BRI Sunarso, dalam konferensi pers paparan kinerja, di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Sunarso menegaskan beberapa industri yang mendapat perhatian di antaranya industri semen dan industri tekstil.
Adapun terkait dengan persoalan tunggakan dari Duniatex Group dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Sunarso mengatakan perseroan sudah memiliki cadangan yang cukup untuk manajemen risiko.
"Yang paling penting kita berani menetapkan sebagai NPL, kita memiliki cadangan cukup secara risk management enggak ada yang perlu dikhawatirkan," tegasnya.
"KRAS sudah sepakat restrukturisasi, kami telah mencadangkan, nanti tergantung hasilnya restrukturisasi. BRI mencadangkan 60%, industri semen dan Duniatex kita cadangkan 100%, tinggal bagaimana untuk merestrukturisasi di perusahaan masing-masing."
Hingga akhir September 2019, BRI secara konsolidasian telah menyalurkan kredit senilai Rp 903,14 triliun, tumbuh 11,65%, lebih tinggi dari industri sebesar 8,59% (data OJK bulan Agustus 2019) dengan NPL konsolidasi sebesar 3,08%.
NPL gross BRI tercatat naik menjadi 2,94% dari sebelumnya 2,46%, sementara NPL nett yakni 1,13% dari sebelumnya 1,16%.
BBRI meraih laba bersih Rp 24,78 triliun hingga periode 9 bulan pertama tahun ini atau per 30 September 2019, meningkat 5,36% dibandingkan laba bersih Rp 23,47 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
"Segmen mikro tumbuh 13,23% yoy dengan proporsinya mencapai sepertiga dari keseluruhan kredit BRI," imbuh Sunarso.
Apabila dirinci, kredit mikro BRI tercatat Rp 301,89 triliun, kredit konsumer BRI Rp 137,29 triliun atau tumbuh 7,85% yoy, dan kredit ritel dan menengah Rp 261,67 triliun atau tumbuh 14,80% yoy. Adapun kredit korporasi BRI Rp 202,30 triliun.
"Jika ditotal, porsi kredit UMKM mencapai 77,60% dari keseluruhan kredit BRI, di mana angka ini berhasil kami tingkatkan secara perlahan dan targetnya proporsi kredit UMKM bisa mencapai 80% di tahun di tahun 2022," ujarnya.
(tas) Next Article Kinerja Cemerlang Bank BRI di Tahun 2021