Djarum Caplok Como 1907, Ini Sederet Klub Milik Pengusaha RI

Market - CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
18 October 2019 11:25
Grup Djarum menambah daftar pelaku bisnis Indonesia yang merambah industri sepakbola dunia. Foto: Pertandingan Persahabatan (Mini Turnamen Sepakbola Eksekutif Dan Tenis Meja) antara BPK, Kemenkeu, KemenpanRB dan PPATK di Stadion Utama GBK (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar kelompok Grup Djarum membeli klub sepak bola Italia, Como 1907 kembali menggemparkan jagat bisnis dan olah raga dalam negeri. Grup Djarum menambah daftar pelaku bisnis Indonesia yang merambah industri sepak bola dunia.

Jumat ini (18/10/2019) ramai diberitakan Grup Djarum melalui SENT Entertainment LTD mengakuisisi klub divisi 3 Italia, Como 1907. Dikutip dari Laprovincia di Como, SENT Entertainment LTD merupakan perusahaan berbasis di London namun mereka disokong penuh oleh Robert Budi Hartono dan Robert Wijaya Suwanto.

Robert Budi dan Michael Bambang adalah dua bersaudara pemilik Djarum. Robert dan Michael merupakan orang terkaya di Indonesia.

Sebenarnya, kabar Como akan diambil alih oleh SENT Entertainment mencuat sejak April lalu.


Como yang saat ini berkutat di Serie C sempat menembus Serie A pada musim 2002-2003. Namun usai keberhasilan tersebut prestasi mereka merosot. Tim ini dinyatakan bangkrut pada 2004 dan baru kembali bangkit pada 2017.

Como menambah daftar klub luar negeri yang pernah dimiliki oleh pengusaha Indonesia. Berikut ini adalah klub yang pernah diakuisisi oleh para pengusaha Tanah Air.

Tranmere Rovers (Inggris)
Selain Como, Tranmere Rovers juga diakuisisi oleh pengusaha Indonesia di tahun ini. Klub kasta ketiga Liga Inggris ini sahamnya dibeli oleh Santini Group.

Santini Group didirikan oleh Indonesia yaitu Sofjan Wanandi pada tahun 1994. Kini tiga Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi memiliki perusahaan ini.

[Gambas:Instagram]



Lechia Gdanks (Polandia)
Klub di mana Egy Maulana Vikri bermain ini sahamnya 10% dimiliki oleh PT Veritra Sentosa Internasional (Paytren). Paytren merupakan perusahaan milik Yusuf Mansur.

Ustaz yang namanya cukup terkenal di Indonesia tersebut membeli saham Lechia pada 2018 yang lalu. Ia diyakini harus menggelontorkan sebesar 2,5 juta Euro atau sekitar 41,2 miliar untuk memiliki 10 persen saham tim kasta tertinggi Liga Polandia tersebut.

[Gambas:Instagram]



Leicester City (Inggris)
Juara Liga Inggris musim 2015/2016 ini sahamnya pernah 20% dimiliki oleh orang Indonesia yaitu Imam Arif. Iman diketahui sempat memiliki saham sebesar 20% di Leicester pada 2011 silam.

Sayang, setahun kemudian, ia melepaskan keseluruhan sahamnya. Imam memilih melepas sahamnya tersebut ke perusahaan pemilik saham mayoritas Liecester, King Power. Perusahaan yang asal Thailand tersebut 100% memiliki saham Leicester.

[Gambas:Instagram]



DC United (Amerika Serikat)
DC United sempat diakusisi oleh Erick Thohir pada 2012 lalu. Ia bersama rekannya Jason Levien mememilik saham klub Major League Soccer (MLS) ini sebesar 78%.

Dalam 6 tahun berselang tepatnya pada Agustus 2018, Thohir kemudian melepas sahamnya di DC United. Saham milik Thohir tersebut kini sepenuhnya dikuasai oleh Levien. Ia saat ini menjadi presiden DC United bersama Stephen Kaplan.

Inter Milan (Italia)
Selain DC United, Erick Thohir juga sempat menguasai saham Inter Milan. Ia mengakuisisi 70% saham Inter Milan yang sebelumnya dimiliki Massimo Moratti.

Namun serupa dengan saat di DC United, Thohir kemudian juga memutuskan kembali melepas kepemilikan sahamnya. Ia hanya tiga tahun memegang pucuk tertinggi kekuasaan di Inter.

Thohir menjual sahamnya ke Suning Grup sebesar 39% sehingga ia hanya memiliki 31% Saham Inter. Pengaruh Thohir untuk La Beneamata sepenuhnya hilang usai ia memutuskan menjual sisa sahamnya di Inter kepada perusahaan asal Hong Kong, Lion Rock pada Januari 2019.



CS Vise (Belgia)
Saham Vise pernah diakuisisi oleh Bakrie Group pada 2011 lalu. Pengaruh dari kepemimpinan Bakrie Group membuat beberapa pemain Indonesia sempat bermain di tim Liga Belgia ini.

Nama-nama seperti Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, hingga Yandi Sofyan sempat mentas di sana. Bakrie Group kemudian memutuskan melepas saham mereka di Vise tiga tahun berselang usai berkuasa. Ia menjual saham mereka ke investor loka.

Brisbane Roar (Australia)
Sebelum Vise, Bakrie Group terlebih dahulu mengakuisisi saham Brisbane Roar. Mereka pertama kali mengakuisisi Brisbane Roar saham Brisbane Roar pada 2011 sebesar 70%.

Grup ini kemudian membeli 30% sisanya sehingga mereka sepenuhnya menguasai tim asal Australia ini. Sampai saat ini Bakrie Group masih memiliki saham mayoritas Brisbane.

Jabatan presiden klub yang berdiri 62 tahun yang lalu tersebut kini dipegang oleh Rahim Soekasah.

Artikel Selanjutnya

Ini Rencana Grup Djarum Bangun Como 1907, Jadi 'Ajax Digital'


(hps/tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading