Tidak heran mata uang Asia bergerak
mixed karena sentimen yang beredar juga variatif. Di satu sisi, ada sentimen positif yaitu semakin dekatnya Inggris dan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan 'perceraian'.
Pada 2016, referendum membuahkan hasil Inggris berpisah dengan Uni Eropa, fenomena yang disebut Brexit. Namun setelah tiga tahun sejak referendum, kesepakatan perpisahan tersebut tidak kunjung kelar.
Bahkan proses yang panjang dan melelahkan itu sudah memakan 'tumbal'. Theresa May memutuskan mundur dari kursi perdana menteri, dan digantikan oleh sang mantan menteri luar negeri, Boris Johnson.
Awalnya, publik pesimis Inggris bisa mendapatkan kesepakatan Brexit yang menguntungkan karena Johnson adalah seorang euroskeptik. Johnson pernah berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober 2019, dengan atau tanpa kesepakatan.
Namun ternyata Johnson berhasil membuktikan bahwa dirinya layak ditunjuk menjadi menteri luar negeri dan kemudian perdana menteri. Kemarin malam waktu Indonesia, Inggris dan Uni Eropa berhasil menyepakati perjanjian Brexit.
"Ketika ada kemauan, di situ ada kesepakatan. Kita sudah memilikinya! Ini adalah perjanjian yang adil bagi Uni Eropa dan Inggris, serta menjadi bukti komitmen kami untuk mencari solusi," tegas Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Uni Eropa, seperti diwartakan Reuters.
"Kita sudah memiliki kesepakatan baru yang bagus. Kesepakatan ini membuat Inggris kembali memegang kendali," tutur Johnson, juga dikutip dari Ruters.
Isu yang selama ini menghambat kesepakatan Brexit, yaitu
backstop, berhasil menemukan jalan keluar. Inggris dan Uni Eropa sepakat tidak ada pemeriksaan ketat untuk orang dan barang di perbatasan Republik Irlandia-Irlandia Utara. Dalam kesepakatan yang baru ini, Irlandia Utara diperlakukan berbeda dengan Inggris daratan sehingga tidak perlu ada pengawasan pabean yang ketat.
Apabila Sidang Uni Eropa memutuskan menerima proposal Brexit yang baru ini, maka Inggris bisa keluar dengan tenang. Tidak ada
Hard Brexit, tidak ada
No Deal Brexit. Dengan begitu, arus perdagangan dan investasi Inggris-Uni Eropa tidak terganggu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)