Brexit Masih Maju-Mundur, Untung Rupiah Bisa Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2019 08:51
Brexit Masih Maju-Mundur, Untung Rupiah Bisa Menguat
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Mampukah rupiah memberikan kado akhir pekan?

Pada Jumat (18/10/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah berhasil menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,15% terhadap dolar AS. Penguatan ini hadir setelah rupiah melemah selama tiga hari beruntun. Sepertinya ada peluang rupiah kembali melanjutkan catatan positif tersebut.


Sejauh ini mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang Benua Kuning yang juga menguat adalah yuan China, dolar Hong Kong, rupee India, dan dolar Singapura. Performa rupiah lumayan oke, karena berhasil menjadi mata uang terbaik ketiga di Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:09 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Tidak heran mata uang Asia bergerak mixed karena sentimen yang beredar juga variatif. Di satu sisi, ada sentimen positif yaitu semakin dekatnya Inggris dan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan 'perceraian'.

Pada 2016, referendum membuahkan hasil Inggris berpisah dengan Uni Eropa, fenomena yang disebut Brexit. Namun setelah tiga tahun sejak referendum, kesepakatan perpisahan tersebut tidak kunjung kelar.

Bahkan proses yang panjang dan melelahkan itu sudah memakan 'tumbal'. Theresa May memutuskan mundur dari kursi perdana menteri, dan digantikan oleh sang mantan menteri luar negeri, Boris Johnson.

Awalnya, publik pesimis Inggris bisa mendapatkan kesepakatan Brexit yang menguntungkan karena Johnson adalah seorang euroskeptik. Johnson pernah berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober 2019, dengan atau tanpa kesepakatan.

Namun ternyata Johnson berhasil membuktikan bahwa dirinya layak ditunjuk menjadi menteri luar negeri dan kemudian perdana menteri. Kemarin malam waktu Indonesia, Inggris dan Uni Eropa berhasil menyepakati perjanjian Brexit.


"Ketika ada kemauan, di situ ada kesepakatan. Kita sudah memilikinya! Ini adalah perjanjian yang adil bagi Uni Eropa dan Inggris, serta menjadi bukti komitmen kami untuk mencari solusi," tegas Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Uni Eropa, seperti diwartakan Reuters.

"Kita sudah memiliki kesepakatan baru yang bagus. Kesepakatan ini membuat Inggris kembali memegang kendali," tutur Johnson, juga dikutip dari Ruters.

Isu yang selama ini menghambat kesepakatan Brexit, yaitu backstop, berhasil menemukan jalan keluar. Inggris dan Uni Eropa sepakat tidak ada pemeriksaan ketat untuk orang dan barang di perbatasan Republik Irlandia-Irlandia Utara. Dalam kesepakatan yang baru ini, Irlandia Utara diperlakukan berbeda dengan Inggris daratan sehingga tidak perlu ada pengawasan pabean yang ketat.

Apabila Sidang Uni Eropa memutuskan menerima proposal Brexit yang baru ini, maka Inggris bisa keluar dengan tenang. Tidak ada Hard Brexit, tidak ada No Deal Brexit. Dengan begitu, arus perdagangan dan investasi Inggris-Uni Eropa tidak terganggu.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)



Akan tetapi, ada sentimen negatif. Johnson masih punya satu pekerjaan rumah yaitu meloloskan proposal Brexit di parlemen negaranya sendiri. Sebagai catatan, proposal Brexit tiga kali dimentahkan parlemen kala May masih berkantor di Jalan Downing Nomor 10.

Reuters

Tugas Johnson tidak ringan, karena suara-suara penolakan masih ada di Palace of Westminster. Democratic Unionist Party (DUP) dari Irlandia Utara menolak kesepakatan Brexit yang baru.

Dalam pernyataan tertulisnya, para pimpinan DUP menyatakan masih berdiskusi dengan pemerintah. Namun apabila draf kesepakatan yang sekarang disetujui oleh Uni Eropa, maka DUP bakal menolaknya.

"Kalau (kesepakatan Brexit) masih seperti ini, maka kami tidak bisa memberikan dukungan. Soal kepabeanan, Pajak Pertambahan Nilai, tidak ada kejelasan. Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk merumuskan kesepakatan yang dapat diterima untuk Irlandia Utara dalam rangka melindungi integritas ekonomi dan konstitusi Inggris Raya," tulis pernyataan itu.

Jika DUP benar-benar menolak, maka proposal pemerintah bakal sulit memenangkan voting. Sebab, kubu oposisi Partai Buruh hampir pasti bakal menolak sehingga Partai Konservatif harus mengumpulkan sekutu sebanyak mungkin agar bisa memenangkan pemungutan suara. Melihat jejak rekam tiga kali voting proposal Brexit di parlemen, suara DUP bisa menjadi penentu.

Oleh karena itu, masih ada kemungkinan proposal Brexit kembali mentok. Mengingat deadline 31 Oktober semakin dekat, pembahasan yang tidak kunjung selesai tentu bisa membuat tensi meninggi.

"Kita memang sudah ada di jalur yang lebih baik. Namun saya ingatkan, kita belum mencapai tujuan," tegas Angela Merkel, Kanselir Jerman, seperti dikutip dari BBC.

Nasib Brexit yang boleh dibilang masih 50-50 ini membuat pelaku pasar belum terlalu berani mengambil risiko. Masih ada keinginan untuk bermain aman sembari menunggu perkembangan terbaru. Jadi wajar saja pasar uang Asia bergerak galau pagi ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular