
Data Ekonomi AS Buruk, Emas Akhirnya Punya Tenaga Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 October 2019 21:33

Kabar bagus datang dari kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, serta perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada Jumat pekan lalu AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang. Presiden AS Donald Trump didampingi Wakil Perdana Menteri China Liu He yang mengumumkan langsung hal tersebut.
Kesepakatan dagang tersebut akan dilakukan dalam beberapa fase, Presiden Trump mengatakan fase pertama akan ditandatangani dalam waktu tiga pekan. Kabar bagus tersebut membuat harga emas anjlok pada pekan lalu. Tetapi beberapa hari setelahnya tepatnya Senin (14/10/19) muncul kabar buruk yang membuat emas kembali menguat.
Kesepakatan dagang AS-China yang dijalin pada Jumat tersebut kini mulai diragukan. CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin perundingan tambahan sebelum meneken kesepakatan fase pertama. Negeri Tiongkok dilaporkan ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya akan berlaku di bulan Desember.
Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Tetapi Mnuchin cukup optimis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.
Kemudian kabar bagus lain datang dari perundingan Brexit. Kesepakatan Brexit dikabarkan bisa tercapai di pekan ini. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Tetapi di tengah kabar baik tersebut terselip kabar buruk, hasil perundingan tersebut masih belum pasti. Seandainya di pekan ini tidak ada kesepakatan, potensi terjadi hard Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, akan meningkat.
PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.
Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi.
Pada dasarnya, baik kesepakatan dagang AS-China dan deal Brexit masih belum pasti sampai ada hitam di atas putih. Hal inilah yang membuat harga emas "mager" sejak pagi hingga sore tadi. Dua isu tersebut masih akan menjadi penggerak utama emas di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada Jumat pekan lalu AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang. Presiden AS Donald Trump didampingi Wakil Perdana Menteri China Liu He yang mengumumkan langsung hal tersebut.
Kesepakatan dagang tersebut akan dilakukan dalam beberapa fase, Presiden Trump mengatakan fase pertama akan ditandatangani dalam waktu tiga pekan. Kabar bagus tersebut membuat harga emas anjlok pada pekan lalu. Tetapi beberapa hari setelahnya tepatnya Senin (14/10/19) muncul kabar buruk yang membuat emas kembali menguat.
Kesepakatan dagang AS-China yang dijalin pada Jumat tersebut kini mulai diragukan. CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin perundingan tambahan sebelum meneken kesepakatan fase pertama. Negeri Tiongkok dilaporkan ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya akan berlaku di bulan Desember.
Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Tetapi Mnuchin cukup optimis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.
Kemudian kabar bagus lain datang dari perundingan Brexit. Kesepakatan Brexit dikabarkan bisa tercapai di pekan ini. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Tetapi di tengah kabar baik tersebut terselip kabar buruk, hasil perundingan tersebut masih belum pasti. Seandainya di pekan ini tidak ada kesepakatan, potensi terjadi hard Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, akan meningkat.
PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.
Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi.
Pada dasarnya, baik kesepakatan dagang AS-China dan deal Brexit masih belum pasti sampai ada hitam di atas putih. Hal inilah yang membuat harga emas "mager" sejak pagi hingga sore tadi. Dua isu tersebut masih akan menjadi penggerak utama emas di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular