Digoyang 2 Sentimen Ini, Harga SUN Menguat Terbatas!

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 October 2019 11:58
Harga obligasi rupiah pemerintah bergerak beragam.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah bergerak beragam dengan mayoritas harga seri acuan menguat terbatas di awal perdagangan hari ini, Selasa (15/10/2019).

Penguatan tersebut terjadi di tengah pengumuman neraca perdagangan domestik yang dicatatkan defisit meskipun tipis yaitu US$ 160 juta dan menjelang lelang rutin sukuk negara yang akan digelar pemerintah siang ini.

Sentimen positif besar yang masih menaungi pasar obligasi adalah euforia terkait dengan hasil perundingan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China akhir pekan lalu.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.


Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,6 basis poin (bps) menjadi 7,63%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 15 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 14 Okt'19 (%)

Yield 15 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 14 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.651

6.637

-1.40

6.5981

FR0078

10 tahun

7.213

7.215

0.20

7.1915

FR0068

15 tahun

7.666

7.63

-3.60

7.5955

FR0079

20 tahun

7.847

7.848

0.10

7.8086

Sumber: Refinitiv

 

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 553 bps, melebar dari posisi kemarin 546 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 6,7 bps hingga 1,68% dari posisi kemarin 1,75%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Inversi yield pada US Treasury tenor 3 bulan-10 tahun sudah tidak terjadi lagi sejak awal pekan ini terkait dengan sentimen positif damai dagang.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 15 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 14 Okt'19 (%)

Yield 15 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.682

1.684

3 bulan-5 tahun

16.4

UST 2020

2 Tahun

1.614

1.563

2 tahun-5 tahun

4.3

UST 2021

3 Tahun

1.586

1.536

3 tahun-5 tahun

1.6

UST 2023

5 Tahun

1.577

1.52

3 bulan-10 tahun

-0.2

UST 2028

10 Tahun

1.753

1.686

2 tahun-10 tahun

-12.3

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.033,53 triliun SBN, atau 38,45% dari total beredar Rp 2.687 triliun berdasarkan data per 11 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 140,28 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 140,28 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 4,14 triliun.

Penguatan tipis di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,03% sedangkan rupiah masih terkoreksi 0,11%.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih membukukan koreksi harga sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 14 Okt'19 (%)

Yield 15 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.665

6.68

1.50

China

3.194

3.182

-1.20

Jerman

-0.462

-0.457

0.50

Prancis

-0.186

-0.183

0.30

Inggris

0.64

0.645

0.50

India

6.67

6.691

2.10

Jepang

-0.179

-0.176

0.30

Malaysia

3.424

3.434

1.00

Filipina

4.69

4.702

1.20

Rusia

6.71

6.66

-5.00

Singapura

1.676

1.697

2.10

Thailand

1.53

1.54

1.00

Amerika Serikat

1.752

1.685

-6.70

Afrika Selatan

8.215

8.225

1.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular