
Harga Amblas & Tak Lagi Perkasa, Saatnya Tinggalkan Emas?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 October 2019 12:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali melemah pada perdagangan Jumat (11/10/19) kemarin, melanjutkan performa negatif hari sebelumnya. Hasil perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penyebab buruknya kinerja logam mulia ini.
Emas mengakhiri perdagangan Jumat di level US$ 1.489,45/troy ons, melemah 0,3% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum perdagagan berakhir, aset yang dianggap aman (safe haven) ini amblas 1,35% ke level US$ 1.473,9/troy ons.
Perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun akhirnya dihentikan pada Jumat waktu AS kemarin. Perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia memberikan dampak buruk ke perekonomian global. Pelambatan ekonomi terjadi di mana-mana, bahkan beberapa negara terancam resesi, termasuk AS sang Negeri Adikuasa.
Pelambatan ekonomi dan ancaman resesi tersebut membuat bank sentral di berbagai negara melakukan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga acuannya, termasuk bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sudah dua kali memangkas suku bunga di tahun ini.
Kombinasi pelambatan ekonomi dan pelonggaran moneter tersebut membuat harga emas dunia melesat naik hingga hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun terakhir US$1.557/troy ons pada 4 September lalu.
Setelah mencapai level tertinggi tersebut, harga emas terkoreksi turun, meski beberapa kali sempat kembali menguat tapi tidak pernah lagi bisa benar-benar perkasa lagi.
Harapan akan adanya damai dagang AS-China memberikan tekanan bagi emas, jika penyebab kenaikan harga itu akhirnya "berdamai", maka emas kehilangan satu pijakannya untuk terus menguat.
Damai dagang AS-China (meski sebenarnya tidak benar-benar damai) akhirnya terwujud Jumat kemarin. Setelah melalui "drama" yang membuat hubungan AS terlihat panas-dingin akibat laporan beberapa media di awal pekan ini, perundingan dagang 10-11 Oktober di Washington akhirnya berjalan lancar dan menghasilkan deal yang sudah dinanti pelaku pasar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Emas mengakhiri perdagangan Jumat di level US$ 1.489,45/troy ons, melemah 0,3% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum perdagagan berakhir, aset yang dianggap aman (safe haven) ini amblas 1,35% ke level US$ 1.473,9/troy ons.
Perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun akhirnya dihentikan pada Jumat waktu AS kemarin. Perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia memberikan dampak buruk ke perekonomian global. Pelambatan ekonomi terjadi di mana-mana, bahkan beberapa negara terancam resesi, termasuk AS sang Negeri Adikuasa.
Pelambatan ekonomi dan ancaman resesi tersebut membuat bank sentral di berbagai negara melakukan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga acuannya, termasuk bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sudah dua kali memangkas suku bunga di tahun ini.
Kombinasi pelambatan ekonomi dan pelonggaran moneter tersebut membuat harga emas dunia melesat naik hingga hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun terakhir US$1.557/troy ons pada 4 September lalu.
Setelah mencapai level tertinggi tersebut, harga emas terkoreksi turun, meski beberapa kali sempat kembali menguat tapi tidak pernah lagi bisa benar-benar perkasa lagi.
Harapan akan adanya damai dagang AS-China memberikan tekanan bagi emas, jika penyebab kenaikan harga itu akhirnya "berdamai", maka emas kehilangan satu pijakannya untuk terus menguat.
Damai dagang AS-China (meski sebenarnya tidak benar-benar damai) akhirnya terwujud Jumat kemarin. Setelah melalui "drama" yang membuat hubungan AS terlihat panas-dingin akibat laporan beberapa media di awal pekan ini, perundingan dagang 10-11 Oktober di Washington akhirnya berjalan lancar dan menghasilkan deal yang sudah dinanti pelaku pasar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular