Darmin Ungkap Alasan Lion-Garuda Bikin Hanggar di Batam

Market - Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
11 October 2019 16:37
Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia. Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia - Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) lewat anak usahanya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) untuk membangun bengkel pesawat atau hanggar di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Kawasan Batam itu akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MRO (
Maintenance, Repair, and Overhaul) alias hanggar pesawat di Indonesia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ada dua KEK dalam proses persiapan dan tinggal menyiapkan dokumen peraturan pemerintah (PP), salah satunya Batam ini.

"[KEK] pertama MRO kerja sama antara Lion Group dan Garuda, untuk maintenance," katanya di kantor Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Kamis kemarin (10/10/2019).


Dia mengatakan alasan di balik kerja sama dua grup maskapai penerbangan itu karena pemerintah ingin mendorong lahirnya hanggar pesawat yang bisa bersaing dengan bengkel pesawat di kawasan regional. "Saya bilang [ke Garuda dan Lion] enggak boleh bikin MRO masing-masing, nanti bersaingnya dengan regional," tegas mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

Menurut Darmin dengan perkembangan yang ada, maka KEK saat ini sudah ditetapkan 13 dan empat masih dalam proses PP-nya keluar sehingga jumlahnya 17 KEK.


"Ada pariwisata juga tapi masih kurang persyaratannya. Ada 2 KEK, Sungai Liat di Provinsi Bangka Belitung [Babel] dan Tanjung Gunung di Babel."

Dengan adanya sinergi dan kerja sama antar para pihak ini diharapkan makin banyak tercipta KEK yang bisa meyakinkan investor dan dunia usaha sehingga bisa berkontribusi pada ekonomi Indonesia. "K
ita anggap penting ada kerja sama dengan Kadin. Makin banyak KEK makin penting, ada upaya-upaya meyakinkan investor, yang pasti dunia usaha. Mereka [investor] lebih percaya Kadin daripada pemerintah."

Kerja sama Lion dan Garuda ini membuat harga saham GIAA pada penutupan perdagangan Jumat ini (11/10) meroket hingga 10,48% di level Rp 580/saham. Year to date, saham GIAA sudah melesat 95% sejak awal tahun dengan catatan net buy asing Rp 96,90 miliar.

Kerja sama BAT dan GMFI tertuang melalui kesepakatan pengembangan kerja sama, peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan hanggar tahap III dan hanggar joint venture. Keduanya akan membangun delapan unit hanggar yang dapat menampung 24 pesawat Boeing 737 dan Airbus 320.

Pembangunan itu diharapkan dapat meningkatkan serapan perawatan pesawat baik dalam dan luar negeri, serta meminimalisir jumlah pekerjaan yang dikirim ke luar negeri. Kedua pihak juga sepakat bersama mitra pabrikan ban pesawat juga meneken kesepahaman pembangunan pabrik dan vulkanisir ban pesawat (tire retread).

Foto: Pesawat Lion Air (REUTERS/Enny Nuraheni)

Direktur Utama Batam Aero Technic, I Nyoman Rai Pering Santaya mengatakan tujuan kerja sama ini
tak lain demi sinergi mendukung bidang aviasi. Menurut dia, iklim usaha yang diciptakan oleh pemerintah sangat mendukung pertumbuhan dan pengembangan di Indonesia.

"Sebagai pelaku usaha di bidang industri penerbangan khususnya jasa angkutan udara sangat merasakan bantuan dan dukungan dari pemerintah dalam rangka pengembangan dan pertumbuhan bidang usaha industri penerbangan," ungkapnya melalui keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (15/8/2019).


Sayangnya belum diungkapkan besaran dana investasi hanggar ini.

Namun mengacu data laporan keuangan GMFI per Juni 2019, anak usaha Garuda ini sebetulnya sudah mendapatkan fasilitas kredit investasi untuk pembangunan hanggar sebesar Rp 490 miliar dan US$ 6 juta (sekitar Rp 84 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Fasilitas kredit ini jatuh tempo pada 26 November 2025 dengan suku bunga mengambang sebesar LIBOR (London Interest) 3 bulanan ditambah 3,50% per tahun untuk fasilitas Rp 490 miliar dan suku bunga tetap sebesar 6,00% per tahun untuk fasilitas US$ 6 juta.

Artikel Selanjutnya

GMF Aero Asia Bukukan Rugi Bersih USD 3,18 Juta pada 2019


(tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading