RI Tak Dilirik, Hong Kong Alihkan Aset Rp 56 T ke Singapura

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 October 2019 13:43
Para pelaku pasar merespons aksi investor di Hong Kong yang memilih mengalihkan aset di sektor jasa keuangan.
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku pasar merespons aksi investor di Hong Kong yang memilih mengalihkan aset di sektor jasa keuangan senilai US$ 4 miliar atau setara Rp 56 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$) ke Singapura bukan ke Indonesia karena aksi demonstrasi yang berlarut-larut.

Bank investasi global, Goldman Sachs, mencatat fenomena pengalihan aset ini terjadi pada periode Juni dan Agustus 2019.

Dengan situasi yang belum kondusif tersebut, investor Hong Kong memilih Singapura, yang saat ini punya peringkat indeks daya saing global pertama dari 140 negara untuk menyimpan uangnya, versi World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitiveness Index 2019.

"Investor di Hong Kong mengalihkan aset sektor keuangan mereka ke Singapura karena faktor daya saing yang lebih kompetitif," kata Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).


Sementara itu, Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma berpendapat, investor Hong Kong lebih memilih Singapura karena mempunyai karakter yang sama seperti Hong Kong, pusat penting dari transaksi di Asia.

"Waktu Hong Kong kembali ke China 1997 juga banyak orang Hong Kong yang pindah ke Singapura," kata Suria Dharma, kepada CNBC Indonesia.

Dia menilai, faktor daya sayang antara Indonesia dan Singapura sangat berbeda karakter, saingan terdekat Indonesia adalah dengan Vietnam, bukan Singapura. "Berbeda karakternya [Indonesia dan Singapura], saingan utama kita negara seperti Vietnam," ujarnya.

Data Goldman Sachs menunjukkan, simpanan dalam bentuk dolar AS di perbankan Hong Kong naik signifikan sepanjang Agustus 2019.


Bank sentral Hong Kong pernah memaparkan soal kenaikan simpanan dalam dolar AS didorong oleh adanya transfer dana dalam jumlah besar dari luar negeri. Namun bank sentral tidak memberikan penjelasan rinci soal transfer dana tersebut.

"Meski begitu, likuiditas pada sistem perbankan di Hong Kong tetap kuat," kata analis Goldman Sachs, seperti dilansir Reuters, Kamis (3/10/2019).

Hong Kong memang tengah menghadapi situasi sulit. Demonstrasi yang berkelanjutan itu sudah pasti akan menekan laju pertumbuhan ekonomi Hong Kong. Bahkan, dari sejumlah data terlansir, Bloomberg memproyeksikan, Hong Kong mengalami resesi teknikal.

RI Kalah Daya Saing, Hong Kong Pilih Singapura Alihkan AsetFoto: Pendemo Hong Kong merusak Bank of China (REUTERS/Athit Perawongmetha)


Indikasinya, hotel mewah hingga pusat perbelanjaan besar sampai toko swalayan kecil dan restoran di pusat pariwisata global itu tutup. Bisnis di Central, Causeway Bay dan Tsim Sha Tsui ditinggalkan pelanggan.

Kontraksi ekonomi yang terjadi di kuartal kedua 2019 lalu, diperkirakan juga akan terjadi di kuartal ketiga ini. Sejumlah ekonom percaya, data-data yang ada masih menunjukkan penurunan. Sebelumnya, ekonomi Hong Kong diprediksi tumbuh 2-3% di 2019. Namun Agustus lalu, pertumbuhan dipangkas 0-1%.


(tas) Next Article Hong Kong Membara, Dana Asing Kabur dari RI Setengah Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular