Trump Mulai "Selow" dengan China, Harga Emas Nyungsep

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 October 2019 06:31
Trump Mulai
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia secara mengejutkan melemah pada perdagangan pagi ini Jumat (11/10/19) ke bawah US$ 1.500/troy ons. Pelemahan logam mulia ini bahkan terjadi saat bursa saham AS masuk ke zona hijau dini hari tadi, serta inflasi di Negeri Paman Sam yang masih rendah.

Pada pukul 06:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.493,39/troy ons, melemah1,54% di pasar spot dibanding harga kemarin pada jam yang sama senilai US$ 1.516,77/troy unce, berdasarkan data investing. Perundingan dagang antara AS dengan China resmi dimulai pada kemarin di Washington, dan berlangsung hingga hari ini. Pelaku pasar tentunya sangat menanti hasil perundingan tingkat tinggi ini.

Delegasi China dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara AS akan dikomandoi oleh Kepala Kantor Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, dan akan berlangsung hingga Jumat besok.

Kemarin sempat ada "drama" pada harga emas akibat pemberitaan media-media. Harga emas melesat naik ke US$ 1.516,76/troy ons setelah CNBC International mengutip harian South China Morning Post yang mengatakan perundingan dagang AS-China di pekan ini tidak membuat kemajuan apapun.



Namun harga emas kemudian terus terpangkas setelah setelah CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat.

Belum pastinya hasil perundingan dagang kedua negara membuat investor "galau" antara masuk ke aset berisiko atau aset aman (safe haven). Bursa saham AS dibuka melemah tipis, indeks Dow Jones turun 0,1%, sementara S&P 500 dan Nasdaq sedikit di bawah penutupan perdagangan Rabu kemarin.

Namun, tidak lama bursa saham AS masuk ke zona hijau setelah presiden AS Donald Trump mengatakan akan bertemu Wakil Perdana Menteri China Liu He pada hari Jumat, Sentimen pelaku pasar sedikit membaik, meski masih belum ceria.

Selain itu data yang dirilis dari AS malam ini menunjukkan inflasi di bulan Agustus stagnan 0% month-on-month (MoM). Sementara inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan, hanya tumbuh 0,1%.

Inflasi merupakan salah satu acuan utama bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan suku bunga. Inflasi yang rendah tentunya memperbesar kemungkinan suku bunga akan kembali dipangkas bulan ini.

Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 83,9% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB). Probabilitas tersebut turun tipis dari pagi tadi 85%, tetapi masih jauh lebih tinggi dibandingkan dua pekan lalu yang masih di bawah 50%.

Rendahnya inflasi tersebut seharusnya bisa menopang emas menguat lebih jauh, tapi nyatanya emas malah amblas. Aksi ambil untung (profit taking) sebagai antisipasi kesepakatan dagang AS-China menjadi penyebab anjloknya harga emas. Apalagi Presiden Trump sudah menyatakan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Liu He.

Peta permainan bisa berubah jika kedua negara mencapai kesepakatan, ada peluang perekonomian dunia akan bangkit, dan arah kebijakan pelonggaran moneter bank sentral di berbagai belahan dunia juga bisa berbalik. Jika itu terjadi, investor tentunya akan kembali masuk ke aset berisiko, dan emas tentunya tidak menarik lagi.

Namun saat harga emas dunia sedang tersungkur. Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik Rp 4.000 (0,56%) menjadi Rp 717.000 per gram pada perdagangan Kamis ini (10/10/2019), dari Rp 713.000 per gram Rabu kemarin.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 71,7 juta dari harga kemarin Rp 71,3 juta per batang.

Demikian pulan koin 1 dinar dengan kemurnian Au 91,7%, yang dijual oleh Antam, kemarin dibanderol Rp 2.882.890. 1 koin dinar ini memiliki berat 4,25 gram. Antam juga menjual koin ½ dinar, 2 dinar, dan 4 dinar. Ada juga koin dinar dengan kemurnian FG 99,99%.

Naik turunnya koin dinar maupun emas antam tentunya mengikuti harga emas dunia. Harga emas dunia pada Rabu kemarin stagnan, tetapi pagi tadi sempat melesat naik 0,76% ke level US$ 1.516,76/troy ons.

Perundingan dagang AS-China yang dimulai pada hari Kamis 10 Oktober di Washington waktu setempat menjadi penggerak utama harga emas hari ini. "Gosip" terkait perundingan tersebut sejak Rabu kemarin membuat harga emas naik turun signifikan dalam waktu singkat.

Rabu kemarin, harapan akan adanya damai dagang muncul setelah Bloomberg News, China dikabarkan siap membuat beberapa kesepakatan dagang dengan AS asal tidak ada lagi kenaikan bea impor.

Selain itu, Financial Times juga melaporkan untuk mencapai beberapa kesepakatan tersebut, pejabat China akan melakukan pembelian lebih banyak produk pertanian AS.

Sementara pagi tadi, CNBC International mengutip harian South China Morning Post yang mengatakan perundingan dagang AS-China di pekan ini tidak membuat kemajuan apapun.

Harapan akan adanya damai dagang atau setidaknya beberapa kesepakatan kembali meredup, aset-aset berisiko berguguran dan aset aman (safe haven) seperti emas kembali menguat ke US$ 1.516,76/troy ons.

Logam mulia perlahan memangkas penguatan setelah CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat.

Pergerakan harga emas dunia serta rupiah pada hari ini akan menentukan harga koin dinar besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular