
Nasib! Negosiasi AS-China Bikin Tegang, IHSG Ditutup Merah

Saham-saham konsumer yang masih babak belur membuat IHSG harus pasrah menutup hari di zona merah. Per akhir sesi dua, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,63%. Pada perdagangan kemarin (9/10/2019), indeks sektor barang konsumsi ambruk sebesar 1,07%.
Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-4,58%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-2,16%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,92%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,74%).
Rilis Survei Penjualan Eceran (SPE) periode Agustus 2019 oleh Bank Indonesia (BI) masih menjadi faktor yang memantik aksi jual atas saham-saham konsumer. Sepanjang bulan Agustus, penjualan barang-barang ritel tercatat tumbuh tipis sebesar 1,1% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Juli yang sebesar 2,4% YoY, serta melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Agustus 2018) yang sebesar 6,1% YoY.
Untuk periode September 2019, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 2,1% secara tahunan, di bawah pertumbuhan pada September 2018 yang sebesar 4,8% YoY.
Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Untuk diketahui, anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah sebelumnya juga datang dari rilis angka inflasi.
Pada pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode September 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,39%. Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja secara bulanan.
Sebelumnya pada periode Agustus, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.
Untuk diketahui, konsumsi rumah tangga merupakan komponen terpenting dalam pembentukan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2018, konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 55,7% dari total perekonomian Indonesia.
Kala daya beli masyarakat Indonesia sedang tertekan seperti saat ini, patut dikhawatirkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan loyo.
Saat ini, sekuritas-sekuritas besar berbendera asing memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps)