
Bos The Fed Serang Balik Trump, Pangkas Bunga Acuan Disetop?

Untuk diketahui, The Fed memiliki dua mandat yang ditetapkan oleh Kongres AS, yakni kestabilan harga (inflasi) dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang maksimum.
Berbicara mengenai inflasi, saat ini tingkat inflasi AS berada di level yang rendah. Untuk diketahui, acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur tingkat inflasi adalah Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index.
Data teranyar, Core PCE price index tercatat tumbuh sebesar 1,8% secara tahunan pada Agustus 2019, masih cukup jauh di bawah target The Fed yang sebesar 2%.
Kali terakhir Core PCE price index mencapai target The Fed adalah pada Desember 2018 silam kala pertumbuhannya adalah 2%, sama persis dengan target. Selepas itu, pertumbuhan Core PCE price index selalu berada di bawah angka 2%.
Sementara itu, jika kita berbicara mengenai pasar tenaga kerja, saat ini pasar tenaga kerja AS sedang berada dalam posisi yang sangat-sangat oke. Per September 2019, tingkat pengangguran di AS berada di level 3,5% yang merupakan level terendah dalam 50 tahun terakhir.
Dengan memperhatikan dua indikator yang menjadi mandat dari The Fed, jelas bahwa ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka, seiring dengan inflasi yang masih berada di bawah target.
Lebih lanjut, data-data ekonomi AS yang belakangan dirilis jelas menunjukkan bahwa negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut sedang dihadapkan pada tekanan yang signifikan.
Belum lama ini, Manufacturing PMI AS periode September 2019 versi ISM diumumkan di level 47,8, jauh di bawah konsensus yang sebesar 50,4, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Kontraksi yang terjadi pada bulan September merupakan kontraksi terburuk yang dibukukan oleh sektor manufaktur AS dalam satu dekade terakhir. Perang dagang dengan China terbukti telah sangat menyakiti perekonomian AS.
Kemudian, Non-Manufacturing PMI periode September 2019 diumumkan oleh Institute for Supply Management (ISM) di level 52,6, di bawah konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory. Melansir CNBC International, Non-Manufacturing PMI yang sebesar 52,6 tersebut merupakan level terendah yang pernah dicatatkan semenjak Agustus 2016 silam.
Jika dibiarkan berlanjut, kombinasi lemahnya aktivitas manufaktur dan jasa akan menekan perekonomian AS secara keseluruhan. Ketika ini yang terjadi, inflasi akan semakin sulit dipacu ke level 2%, sementara tingkat pengangguran akan bergerak ke atas, yang berarti mandat dari The Fed menjadi semakin jauh dari dicapai.
Mencermati hal tersebut, rasanya The Fed akan tetap memangkas tingkat suku bunga acuan. Dipertaruhkannya mandat dari The Fed sendiri jika tingkat suku bunga acuan tak dipangkas kami rasa cukup untuk menjustifikasi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps lagi, tanpa adanya anggapan bahwa The Fed tidak independen.
Apalagi, kemarin (8/10/2019) ada komentar dari Powell yang mengindikasikan bahwa The Fed akan bertindak fleksibel dalam menormaisasi tingkat suku bunga acuan. Powell mengungkapkan bahwa dirinya dan koleganya di bank sentral melihat bahwa saat ini perekonomian AS berada di posisi yang kuat, namun rentan terhadap guncangan, utamanya dari perlambatan ekonomi global, perang dagang, dan masalah geopolitik seperti Brexit.
Kalau data ekonomi yang akan dirilis di masa depan kembali mengecewakan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan lagi sebesar 25 bps di bulan Desember juga rasanya tak akan menjadi masalah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)