
Terima Kasih Mr. Powell, "Setan" Tapering Sekali Lagi Diusir

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari dua kali 24 jam, "setan" tapering yang sebelumnya menggentayangi pasar finansial global mulai menghilang lagi.
Penyebabnya, pernyataan Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Alhasil, pasar finansial global mulai tenang, bursa saham kembali ke zona hijau.
"Setan" tapering sebelumnya muncul lagi di pasar finansial global setelah rilis data inflasi AS.
Inflasi yang dilihat berdasarkan Consumer Price Index (CPI) melesat 5,4% di bulan Juni dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2008, dan lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang disurvei Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 5%.
![]() |
Sementara itu inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,5% YoY, jauh di atas prediksi 3,8% dan tertinggi sejak September 1991.
The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan moneter termasuk tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE). Tetapi dat inflasi CPI bisa memberikan gambaran seberapa tinggi inflasi PCE nantinya.
Data terakhir menunjukkan inflasi inti PCE di bulan Mei tumbuh 3,4% YoY. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992.
Pasca rilis data inflasi tersebut spekulasi The Fed akan melakukan tapering (mengurangi pembelian aset obligasi di pasar oleh bank sentral) di tahun ini menguat lagi, pasar finansial pun goyang. Bursa saham global merosot, begitu juga dengan mata uang emerging market.
Tetapi, ketua The Fed Jerome Powell sekali meredam spekulasi tapering di tahun ini.
Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya.
Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.
Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai. Tetapi ia juga mengakui para anggota The Fed sudah mulai membahas mengenai tapering.
"Kondisi pasar tenaga kerja terus membaik, tetapi masih jauh dari kata mencapai target. Pertumbuhan tenaga kerja seharusnya semakin kuat dalam beberapa bulan ke depan sebab kesehatan publik mengalami peningkatan, dan beberapa faktor yang terkait pandemi sudah mulai menghilang," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Powell ada sekitar 7,5 juta pekerjaan yang masih belum kembali seperti saat sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Oleh karena itu, QE senilai US$ 120 miliar per bulan masih akan dilakukan demi mendukung perekonomian.
"Siap langkah untuk mengurangi dukungan ke perekonomian, pertama dengan mengurangi pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan, tetapi itu masih 'jauh' untuk dilakukan," kata Powell.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Powell Beri Sinyal Suku Bunga Naik di 2023, Pasar Tak Percaya