Akhir Bulan Tapering Dimulai, Pasar Tenaga Kerja AS Mantul!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
06 November 2021 22:40
Antrian pembeli Iphone 13 di New York. (AP/Richard Drew)
Foto: Ilustrasi/New York. (AP/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) merilis data tenaga kerja pada Jumat kemarin (5/11). Hasilnya menggembirakan!

Data tenaga kerja sebelumnya digunakan sebagai salah satu acuan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE), begitu juga dengan kenaikan suku bunga.

Sebelumnya The Fed sudah menyatakan akan mulai mengurangi pembelian aset atau yang juga dikenal sebagai tapering pada akhir November ini.

Keputusan ini menjadi langkah pertama bagi The Fed demi menarik kembali sejumlah besar bantuan yang telah diberikan bank sentral AS ini kepada pasar dan ekonomi negaranya sepanjang pandemi Covid-19.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Oktober perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 531.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) jauh di atas estimasi analis sebanyak 450.000 tenaga kerja.

Sementara, tingkat pengangguran turun menjadi 4,6% yang juga mengalahkan ekspektasi pasar.Tingkat pengangguran di AS ini merupakan yang terendah sejak virus Covid-19 menyerang pada Maret 2020. Demikian data yang dirilis dari Departemen Tenaga Kerja AS dikutip CNBC International, Jumat (6/11/2021).

Bulan lalu upah meningkat 0,4%, sesuai dengan perkiraan, tetapi naik 4,9% secara tahunan, mencerminkan tekanan inflasi yang meningkat sepanjang tahun. Jam kerja mingguan secara rata-rata turun 10% menjadi 34,7 jam.

Namun, satu metrik yang diamati oleh Federal Reserve dengan cermat ialah tingkat partisipasi di antara pekerja yang disebut usia prima yakni 25 hingga 54 tahun, yang angkanya lebih tinggi menjadi 81,7%.

Menteri Keuangan Janet Yellen juga memberikan tanggapan terhadap terbitnya laporan itu dalam sebuah utas di Twitter Jumat sore waktu AS, di mana dia mengatakan kebijakan fiskal agresif pemerintah yang telah memompa lebih dari US$ 5 triliun ke ekonomi membantu mencegah konsekuensi yang lebih mengerikan dari pandemi.

"Kebijakan fiskal yang 'berani' berhasil," tulis Yellen.

"Rebound seperti ini tidak pernah menjadi kesimpulan yang pasti. Ketika [Presiden AS Joe Biden] mengambil alih [administrasi Gedung Putih] pada bulan Januari lalu, ada risiko nyata bahwa ekonomi [AS] akan tergelincir ke dalam resesi yang berkepanjangan. Sekarang pemulihan [AS} melampaui negara-negara kaya lainnya."

Sejak menambahkan lebih dari satu juta pekerjaan pada bulan Juli, pasar tenaga kerja AS telah melambat tajam sepanjang sisa musim panas, dengan hasil yang cukup mengecewakan pada bulan Agustus dan September karena para estimasi para ekonom meleset total.

Namun, data revisi menunjukkan bahwa angka untuk bulan-bulan tersebut tidak sesuram yang dibayangkan. Seiring dengan penambahan dari penghitungan awal September, angka akhir Agustus bertambah 117.000 menjadi 483.000.

Kekhawatiran bahwa ekonomi AS melambat tetap ada. Produk domestik bruto meningkat hanya 2% di Juli-September, jauh dari harapan meski ekspektasi telah diturunkan untuk pertumbuhan selama pemulihan era pandemi.

Data terbaru, bagaimanapun, telah menunjukkan penurunan progresif dalam klaim pengangguran mingguan, sebagian besar hasil dari peningkatan tunjangan pengangguran berakhir.

Data pada hari Kamis menunjukkan produktivitas berjalan pada level terendah 40 tahun dan defisit perdagangan mencatat rekor tertinggi lainnya, melewati US$ 80 miliar untuk pertama kalinya.

Awal pekan ini, The Fed mengatakan pertumbuhan pekerjaan tumbuh cukup kuat sehingga bank sentral siap untuk mulai memotong pembelian obligasi bulanannya (tapering), landasan upayanya untuk meningkatkan ekonomi selama pandemi.

Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa kondisi perekonomian harus terus membaik sebelum The Fed mulai menaikkan suku bunga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Powell Beri Sinyal Suku Bunga Naik di 2023, Pasar Tak Percaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular