Tunda Obligasi, Bagaimana Nasib Tumpukan Utang Waskita?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 October 2019 17:34
Raja Jalan Tol tersebut, total utang perseroan (liabilitas) yang terdiri dari utang jangka pendek dan jangka panjang tercatat Rp 103,71 triliun.
Foto: waskita

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) naik signifikan hari ini dan menjadi incaran pasar setelah perseroan akan mengejar dapat meraih piutangnya tahun ini serta menunda penerbitan obligasi Rp 3,5 triliun.

Namun, bagaimana skenario jika WSKT tetap menerbitkan surat utang tersebut? Dari laporan keuangan Juni kontraktor BUMN yang mendapat sebutan Raja Jalan Tol tersebut, total utang perseroan (liabilitas) yang terdiri dari utang jangka pendek dan jangka panjang tercatat Rp 103,71 triliun.


Liabilitas terhadap ekuitas (liability to equity ratio) menjadi salah satu rasio solvabilitas keuangan yang dapat mengukur besaran modal perseroan yang didanai dengan utang, sehingga dapat menilik jumlah utang yang mampu ditanggung modal jika terjadi pembalikan arah bisnis.

Rasio solvabilitas lain yang lebih umum digunakan adalah utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) tetapi lumrahnya hanya memasukkan utang yang memiliki beban bunga saja ke dalam hitungan tersebut, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Dibanding DER, liability to equity ratio berarti lebih gross karena tidak mengecualikan utang yang tidak berbunga.

Semakin tinggi liability to equity ratio maka dianggap perseroan memiliki tanggungan utang yang lebih besar dibanding pesaing atau pembandingnya sehingga semakin rendah tingkat solvabilitas tersebut maka keuangan perseroan dianggap lebih baik.

Pada periode yang sama, ekuitas perseroan yang dipimpin I Gusti Ngurah Putra itu dibukukan Rp 28,85 triliun, sehingga liability to equity ratio perseroan 3,59 kali.



Dengan asumsi seluruh kondisi masih sama (ceteris paribus) dan memasukkan angka rencana penerbitan obligasi Rp 3,5 triliun, maka liability to equity ratio perseroan dapat naik menjadi 3,72 kali. Angka itu akan semakin mendekati level liability to equity ratio BUMN karya tertinggi yang masih didapuk PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yaitu sebesar 3,92 kali pada Juni juga.

Di antara BUMN karya utama, di luar anak-anak usahanya, liability to equity ratio ADHI dan WSKT masih lebih tinggi dibanding PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yaitu 2,35 kali dan PT PP Tbk (PTPP) 2,26 kali.

Per akhir tahun lalu, masing-masing liability to equity ratio ADHI dan WKST tercatat 3,79 kali dan 3,31 kali, dan WIKA dan PTPP masing-masing sebesar 2,44 kali dan 2,22 kali.


Meskipun liability to equity ratio WSKT bukan yang terbesar, tetapi rerata kenaikan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) liabilitas WSKT hingga akhir 2018 ternyata menjadi yang terbesar dibanding tiga emiten lain, yaitu 134,43%.

Di bawah WSKT, CAGR liabilitas WIKA menjadi yang terbesar kedua yaitu 92,95% periode 2014-2018, diikuti ADHI 85,36% dan PTPP 72,16%.

Kenaikan angka liabilitas seluruh empat BUMN karya utama juga memang meningkat dengan total Rp 185,24 triliun, dengan nilai terbesar juga dialami oleh WSKT yaitu Rp 92,34 triliun. Kenaikan liabilitas WIKA tercatat Rp 38,98 triliun, PTPP Rp 32,18 triliun, dan ADHI Rp 21,81 triliun hingga akhir tahun lalu.

Di pasar hari ini, kenaikan saham WSKT tersisa 0,67% menjadi Rp 1.505 per saham dan menjadikan kapitalisasi pasarnya Rp 20,42 triliun ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,65% menjadi 6.039.


 

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article Heboh Laporan Keuangan Polesan, Bursa Panggil WIKA dan WSKT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular