Jika Inggris "Cerai" Baik-Baik, Poundsterling Bisa Menguat 9%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2019 16:39
Median dari hasil polling Reuters tersebut menunjukkan kurs poundsterling dalam satu bulan ke depan akan berada di level US$ 1,22
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling masih belum banyak bergerak melawan dolar Amerika Serikat (AS) memasuki perdagangan sesi Eropa Jumat (4/10/19). Pada pukul 15:57 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2329 atau menguat 0,01% di pasar spot, melansir dara Refinitiv.

Meski demikian, poundsterling diprediksi terbang tinggi seandainya Inggris "bercerai" dengan Uni Eropa secara baik-baik alias ada deal Brexit. Perhatian para pelaku pasar kini tertuju pada proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, ke Komisi Eropa.

Reuters mewartakan para analis skeptis proposal yang diajukan tersebut akan diterima Uni Eropa untuk menghindari no-deal Brexit pada 31 Oktober nanti. 



No-deal Brexit merupakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, dan hal ini merupakan ketakutan paling besar para pelaku pasar. No-deal Brexit diprediksi akan membawa Inggris ke dalam resesi.

Salah satu ganjalan tercapainya kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa adalah adanya backtstop atau kawasan bebas bea cukai di perbatasan Republik Irlandia dengan Irlandia Utara.



Meski banyak yang skeptis, tetapi hasil polling Reuters terhadap para ekonomi dalam tiga tahun terakhir secara konsisten menunjukkan keyakinan deal kedua belah pihak pada akhirnya akan tercapai. Hasil polling terbaru menunjukkan jika deal sudah tercapai, poundsterling diprediksi akan melesat ke level US$ 1,27 sampai US$ 1,34.

Itu artinya dibandingkan posisi saat ini, poundsterling bisa menguat hampir 9% seandainya Inggris dan Uni Eropa "bercerai" secara baik-baik.



Sebaliknya, jika no-deal Brexit yang terjadi, poundsterling diprediksi akan mencapai level paritas (1 poundsterling = 1 dolar AS) sebagaimana dilansir Reuters yang mengutip dua orang sumber polling. Ini berarti poundsterling akan anjlok lebih dari 18%.

Median dari hasil polling Reuters tersebut menunjukkan kurs poundsterling dalam satu bulan ke depan akan berada di level US$ 1,22, kemudian menguat ke US$ 1,25 dalam enam bulan ke depan, dan US$ 1,28 dalam satu tahun ke depan.

Hingga berita ini ditulis belum ada tanggapan dari Komisi Eropa terkait proposal yang diajukan PM Johnson.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Bukan Virus Corona, Ini yang Bikin Poundsterling Jeblok 1,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular