Net Sell Ramai, Sebenarnya Asing Butuh Kepastian 2 Hal Ini

Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 October 2019 14:58
Net Sell Ramai, Sebenarnya Asing Butuh Kepastian 2 Hal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan manajemen investasi, PT Bahana TCW Investment Management menilai investor, terutama asing saat ini membutuhkan kepastian kebijakan yang lebih berpihak pada masuknya investasi langsung alias foreign direct investment (FDI) dan kepastian reformasi hukum di Indonesia.

Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi Bahana TCW Budi Hikmat mengatakan saat ini pasar surat utang dalam negeri dinilai lebih menarik bagi investor asing ketimbang ekuitas atau pasar saham.

Kepastian kabinet yang akan diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode selanjutnya yang akan lebih berpihak pada FDI dan peningkatan daya saing dinilai dapat menarik perhatian investor asing.


"Paling tidak investor akan menunggu susunan kabinet yang lebih mendukung FDI, reformasi hukum, daya saing dan produktivitas," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/10/2019).

Dalam 3 bulan terakhir, total nilai net sell investor asing dari pasar saham domestik mencapai Rp 19,31 triliun di semua pasar, mengacu data Bursa Efek Indonesia. Adapun sejak awal tahun hingga Jumat sore ini (4/10/2019), atau year to date, asing tercatat net sell Rp 17,28 triliun di pasar reguler.

Namun pada perdagangan hari ini, mulai terjadi net buy asing sebesar Rp 238 miliar di semua pasar.

Menurut Budi, persepsi investor juga dibentuk oleh kondisi fundamental perusahaan di dalam negeri. Hal yang dikhawatirkan ialah rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya beli tercermin pada penurunan penjualan kendaraan bermotor dan semen yang sudah terjadi selama 3 tahun terakhir.


Sebaliknya, ketika daya beli belum membaik, bank sentral terus menurunkan suku bunga sehingga investor asing melihat peluang lebih positif pada surat berharga negara (SBN).

Kepemilikan investor asing di dalam SBN terus meningkat hingga saat ini berkisar Rp 1.028 triliun. Arus modal masuk di SBN ini yang diduga menyebabkan rupiah relatif stabil dengan menguat 1,2% pada periode yang sama.

"Asing lebih memilih SBN memanfaatkan credit risk yang membaik sementara tetap ada peluang BI menurunkan bunga," kata dia.

Sementara itu, kondisi di dalam negeri hingga saat ini dinilai belum kondusif bagi investor asing. Tak hanya karena defisit APBN yang melebar, namun earnings atau laba dari sejumlah korporasi Indonesia di tahun ini cenderung lebih lemah.

LANJUT HALAMAN 2: Pandangan PNM Investment Management

Di tempat terpisah, perusahaan manajemen investasi lainnya, PT PNM Investment Management menilai persoalan kondisi ekonomi dalam negeri juga menjadi perhatian investor asing. PNM menyebutkan defisit APBN pemerintah hingga akhir tahun terus melebar karena target pendapatan dan penerimaan tak sesuai dengan target.

Namun di sisi lain, jelang akhir tahun ini diperkirakan konsumsi akan sedikit meningkat karena pemerintah akan menghabiskan anggaran APBN tahun ini.

"Biasanya siklikal kuartal empat relatif sentimen positif terutamanya karena APBN akan dihabiskan. Namun dari sisi lain defisit APBN melebar karena target pendapatan tidak tercapai. Kalau di-netting pro dan kontra masih ada sentimen positif," kata Usman Hidayat, Senior Analyst PNM Investment Management di kantornya, Jumat (4/10/2019).

Selama 3 bulan terakhir aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi atau surat utang negara tercatat mencapai Rp 38,84 triliun. Pada 2 Juli 2019 nilai kepemilikan asing pada surat utang negara (SUN) tercatat sebesar Rp 991,07 triliun. Nilainya bertambah menjadi Rp 1.029,91 triliun pada 2 Oktober 2019, mengacu data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Kementerian Keuangan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular