
Net Sell Ramai, Sebenarnya Asing Butuh Kepastian 2 Hal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan manajemen investasi, PT Bahana TCW Investment Management menilai investor, terutama asing saat ini membutuhkan kepastian kebijakan yang lebih berpihak pada masuknya investasi langsung alias foreign direct investment (FDI) dan kepastian reformasi hukum di Indonesia.
Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi Bahana TCW Budi Hikmat mengatakan saat ini pasar surat utang dalam negeri dinilai lebih menarik bagi investor asing ketimbang ekuitas atau pasar saham.
Kepastian kabinet yang akan diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode selanjutnya yang akan lebih berpihak pada FDI dan peningkatan daya saing dinilai dapat menarik perhatian investor asing.
"Paling tidak investor akan menunggu susunan kabinet yang lebih mendukung FDI, reformasi hukum, daya saing dan produktivitas," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/10/2019).
Dalam 3 bulan terakhir, total nilai net sell investor asing dari pasar saham domestik mencapai Rp 19,31 triliun di semua pasar, mengacu data Bursa Efek Indonesia. Adapun sejak awal tahun hingga Jumat sore ini (4/10/2019), atau year to date, asing tercatat net sell Rp 17,28 triliun di pasar reguler.
Namun pada perdagangan hari ini, mulai terjadi net buy asing sebesar Rp 238 miliar di semua pasar.
Menurut Budi, persepsi investor juga dibentuk oleh kondisi fundamental perusahaan di dalam negeri. Hal yang dikhawatirkan ialah rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya beli tercermin pada penurunan penjualan kendaraan bermotor dan semen yang sudah terjadi selama 3 tahun terakhir.
Sebaliknya, ketika daya beli belum membaik, bank sentral terus menurunkan suku bunga sehingga investor asing melihat peluang lebih positif pada surat berharga negara (SBN).
Kepemilikan investor asing di dalam SBN terus meningkat hingga saat ini berkisar Rp 1.028 triliun. Arus modal masuk di SBN ini yang diduga menyebabkan rupiah relatif stabil dengan menguat 1,2% pada periode yang sama.
"Asing lebih memilih SBN memanfaatkan credit risk yang membaik sementara tetap ada peluang BI menurunkan bunga," kata dia.
Sementara itu, kondisi di dalam negeri hingga saat ini dinilai belum kondusif bagi investor asing. Tak hanya karena defisit APBN yang melebar, namun earnings atau laba dari sejumlah korporasi Indonesia di tahun ini cenderung lebih lemah.
LANJUT HALAMAN 2: Pandangan PNM Investment Management
